• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA

Dalam dokumen PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING DI KOTA CILEGON (Halaman 110-116)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.4 Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA

Karakteristik-karakteristik pengawasan dapat dikatakan efektif jika salah satunya adalah realistik secara ekonomi, maksudnya adalah biaya pelaksanaan sistem pengawasan sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut. Dan peneliti juga menilai apakah terdapatpeningkatan pendapatan daerah seperti yang dijelaskan dalam teori HR Abdusalam (2008:322) yang terdapat poin meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai penunjang pembangunan di Indonesia. Maka dalam aspek realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA, peneliti menanyakan pertanyaan mengenai anggaran dalam pelaksanaan kegiatan

pengawasan dan izin Tenaga Kerja Asing berkontributif terhadap perekonomian Kota Cilegon.

Dalam melakukan pengawasan tenaga kerja asing, terdapat anggaran yang dikeluarkan dalam pengawasannya. Anggaran tersebut dikeluarkan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengawasan.Dan anggaran tersebut diperoleh dari APBD. Adapun biaya tersebut dipergunakan untuk biaya transportasi. Seperti yang di jelaskan oleh I1-1 yaitu Bapak Ubaidillah selaku Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten yang menyatakan bahwa:

“Iya ada.Dalam pengawasan itu anggarannya dari APBD.Anggaran

tersebut digunakan untuk transportasi.” (22 Mei 2017, pukul 14:00 di Disnaker Provinsi Banten)

Hal senada juga disampaikan oleh I5 yaitu Bapak H. Rudi Darmawan selaku Kepala Bidang Organisasi & Penanganan Konflik di Kesbangpol Kota Cilegon yang menyatakan:

“Anggaran sesuai dengan yang dikeluarkan dari APBD untuk

pengawasannya.” (19 Mei 2017, pukul 10:30, di Kesbangpol Kota Cilegon)

Sementara itu, Kantor Imigrasi secara khusus memiliki anggaran sendiri dalam melakukan pengawasan secara tertutup yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon tanpa berkoordinasi dengan instansi lain. Selain untuk transportasi, anggaran tersebut dipergunakan untuk properti yang digunakan petugas pengawas untuk menyamar agar tidak terlihat sebagai pengawas dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon. Biasanya pengawasan secara diam-diam atau penyamaran ini dilakukan apabila

terdapat Tenaga Kerja Asing yang diketahui bermasalah. Adapun anggaran yang dikeluarkan oleh Kantor Imgrasi Kelas II Cilegon dalam pengawasan tersebut sebesar Rp. 800.000,-. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Sahat Pasaribu selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon sebagai I2 yang menyatakan:

“Pengawasan tertutup yang dilakukan khusus Imigrasi sendiri (misalnya dilakukan secara diam-diam atau menyamar) dengan anggaran delapan ratus ribu rupiah.” (26 April 2017, pukul 10:00, di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon)

Selain anggaran yang dikeluarkan dari APBD, adapun pemasukan untuk APBD yang didapatkan dari retribusi yang terkait dengan izin tenaga kerja asing. Untuk pembuatan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dikenakan retribusi daerah sebesar $100 per bulan dan masa berlaku IMTA untuk satu tahun maka dikenakan biaya retribusi sebesar $1200 dan IMTA bisa diperpanjang sesuai dengan permohonan yang diajukan. Begitupun dengan perpanjangan IMTA dikenakan juga retribusi perpanjangan IMTA sebesar $100 per bulan. Untuk pembuatan IMTA dilakukan di Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, sedangkan untuk memperpanjang IMTA dilakukan sesuai dengan lokasi bekerjanya jika bekerja di satu wilayah kota maka perpanjangan IMTA dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, jika bekerja di dua atau lebih wilayah kota/kabupaten di Provinsi Banten maka perpanjangan dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, dan jika bekerja di dua atau lebih wilayah kota/kabupaten lintas Provinsi maka perpanjangan

dilakukan di Kemernterian Ketenagakerjaan dan otomatis retribusi Tenaga Kerja Asing masuk kedalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing. Seperti yang dipaparkan oleh I1-2 yang menyatakan sebagai berikut:

“Untuk pembuatan IMTA dikenakan retribusi daerah perbulannya seratus dolar, biasanya kalau bikin itu kebanyakan untuk satu tahun jadi seribu dua ratus dolar itu langsung masuk ke kas daerah tergantung lokasi pembuatan IMTAnya masing-masing.” (18 Mei 2017, pukul 14:30, di Disnaker Provinsi Banten)

Senada dengan yang dikatakan oleh I1-2, I3-1 juga mengatakan hal yang sama mengenai retribusi izin tenaga kerja asing yang menyatakan bahwa:

“Sebenernya ada pengaruh tetapi menurut saya belum maksimal. Seperti misalnya perusahaan-perusahaan asing disini kan rata-rata perusahaan besar seperti PT Krakatau Posco tetapi mereka tidak menyediakan tempat tinggal di Kota Cilegon malah kebanyakan di Serang, padahal itu salah satu potensi ekonomi apakah di perhotelannya, di mess-mess atau lainnya, itu kebayakan di Serang contohnya kebanyakan para TKA menginap di hotel Horizon yang letaknya di Serang, dan perumahan BMW itu kan di Serang. Paling ada TKA yang sudah lama disini itu tinggalnya di PCI yang homestay, palm, dan Argabaja tetapi tetap lebih banyak di BMW. Malah PT Krakatau Posco membuat Badan Penelitian SDMnya bukan di Cilegon tetapi di Serang. Seharusnya pemerintah Kota Cilegon juga harus merencanakan jika ada perusahaan asing yang ingin membangun perusahaan industri harus merencanakan apa yang dibutuhkan, mungkin dari pembuatan tempat makan atau penginapan. Adapun retribusi dari TKA yang masuk ke PAD, realisasinya 1M lebih itu retribusi perpanjangan IMTA yang ingin memperpanjang masa kerjanya. Kalau pembuatan IMTA itu bayarnya di pusat kalau disini hanya perpanjangan IMTA saja, itupun ga semua TKA yang kerja disini memperpanjang IMTA karena kebanyakan TKA yang bekerja paling hanya 3-6 bulan saja. Adapun masa berlaku IMTA hanya untuk 1 tahun.” (12 Mei 2017, pukul 11:00, di Disnaker Kota Cilegon)

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Wawan Gunawan selaku Kasi Penempatan Dalam Negeri di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon mengatakan meskipun terdapat retribusi IMTA untuk pemasukan pendapatan daerah, seharusnya terdapat potensi ekonomi lain dalam meningkatkan pendapatan daerah yang tidak dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cilegon seperti tempat tinggal, penginapan, atau tempat makan yang disesuaikan dengan Tenaga Kerja Asing yang masuk di Kota Cilegon. Karena faktanya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Kota Cilegon banyak yang bertempat tinggal di Kabupaten Serang sehingga pendapatan untuk tempat tinggal masuk ke dalam APBD Kota Serang padahal Tenaga Kerja Asing tersebut bekerja di Kota Cilegon. Contohnya seperti banyaknya Tenaga Kerja Asing yang bekerja di PT. Krakatau Posco yang bertempat tinggal di perumahan BMW yang terletak di Kramatwatu Kabupaten Serang.

Adapun pendapatan yang diperoleh dari retribusi IMTA tersebut dipergunakan juga untuk Dana Pengembangan Keahlian Daerah (DPKD) yang digunakan untuk meningkatkan keahlian kerja tenaga kerja lokal Kota Cilegon. Dana tersebut dipergunakan untuk pembelian peralatan-peralatan, ruang gedung dan pelatihan untuk tenaga kerja lokal Kota Cilegon. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ahmad Taufan Taufani selaku Staff Fungsional Pengantar Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon sebagai I3-2 yang menyatakan bahwa:

“Iya.TKA yang kerja di Kota Cilegon ini tidak gratis. Ada penghasilan di DPKD (Dana Pengembangan Keahlian Daerah) dana tersebut diperuntukan untuk meningkatkan skill keahlian warga Kota Cilegon (dan seluruh Indonesia) Jadi setiap TKA yang ingin bekerja disini itu izinnya perbulan sebesar 100dolar kalau 1 tahun berarti 1200 dolar dia bayar ke negara. Dan dana itu untuk pengembangan keahlian warga Cilegon seperti peralatan-peralatan, pelatihan, ruang gedung. Kalau TKA yang illegal itu mereka tidak bayar, yang paling banyak illegal itu dari Cina.” (12 Mei 2017, pukul 09:25 di Disnaker Kota Cilegon)

Jadi salah satu penyebab adanya Tenaga Kerja Ilegal karena terdapat TKA yang tidak membayar retribusi pembuatan IMTA sehingga IMTA tersebut tidak dikeluarkan.

Sementara itu, dari segi perizinan lokasi pembuatan industri pada perusahaan asing yang berada di Kota Cilegon juga memberikan keuntungan dalam segi peningkatan tenaga kerja lokal.Industri-industri asing yang berada di Kota Cilegon rata-rata bertempatkan di Kecamatan Ciwandan. Kepala kantor Kecamatan Ciwandan mengatakan untuk mendirikan industri memiliki syarat harus memperkerjakan 70% tenaga lokal dari Kota Cilegon untuk bagian non-teknis agar diharapkan pengangguran tenaga kerja lokal dapat berkurang. Berikut pernyataan dari Bapak Ahmad Junaedi selaku Kepala Kantor Kecamatan Ciwandan sebagai I9 :

“Udah pasti dapat, pertama dari perizinannya dan dari tenaga kerjanya juga. Karena dari izin domisili itu saya tekankan untuk non-teknis atau pegawai-pegawai kasar seperti tukang potong atau las itu saya minta harus tenaga kerja lokal dari kita. 70% harus dari kita dan dari 70% itu saya bagi lagi umpamanya 40% dari masyarakat Ciwandan dan 30% dari masyarakat Cilegon, kalau tidak ya tidak saya tandatangani.” (17 Mei 2017, pukul 11:00, di Kantor Kecamatan Ciwandan)

Dalam dokumen PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING DI KOTA CILEGON (Halaman 110-116)