Banyak orang merasa takut ketika akan berbicara di depan publik, terutama pemula. Saat seseorang mengalami demam panggung, ia akan merasa grogi, gugup karena tidak percaya diri, atau takut—takut tidak bisa, takut salah, takut tidak bisa menjawab pertanyaan, takut menyampaikannya dengan buruk, takut akan orang banyak, takut ditertawakan, atau rasa takut lainnya. Mari kita cari tahu apa yang menyebabkan seseorang merasakan demam panggung, sensasi apa yang dirasakannya, dan cara mengatasinya.
Demam panggung adalah sensasi yang biasa dirasakan seseorang pada waktu bicara di depan publik. Menurut American Psychological Association, demam panggung adalah rasa cemas dan takut terhadap pencapaian yang akan seseorang dapatkan ketika tampil. Mengapa sensasi itu dirasakan? Ketika seseorang merasa terlalu gembira atau tegang karena ingin menyampaikan yang terbaik, adrenalin di dalam tubuh akan meningkat dan menimbulkan sensasi tertentu. Adrenalin adalah hormon di dalam tubuh yang memicu reaksi terhadap tekanan atau situasi yang menantang dan meningkatkan kerja organ tubuh. Namun, rasa yang sama juga dapat disebabkan oleh kurangnya persiapan.
Sangat buruk bila demam panggung disebabkan kurangnya persiapan karena ketika berbicara di depan publik, konsentrasi pembicara bisa terpecah antara takut, bingung dengan apa yang ingin disampaikan, malu, dan sensasi-sensasi lain yang dirasakan di tubuh. Namun bila demam panggung disebabkan karena adrenalin, hal itu justru dapat membuat pembicara lebih fokus dan semangat dengan apa yang ingin disampaikan, seakan-akan mempunyai kemampuan ekstra yang bisa membuat diri kita menjadi lebih luar biasa.
Sensasi yang dirasakan seakan-akan mengingatkan bahwa ‘sekarang sudah waktunya; bicaralah dengan sebaik mungkin’.
Sadari bahwa demam panggung yang disebabkan karena adrenalin adalah hal yang baik, tidak perlu menghilangkan sensasi itu. Berdoa, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan (lakukan ini berulang kali), tersenyum, berdiri
tegak, dan katakan pada diri sendiri: “Saya siap, saya bisa,” dan berpikirlah positif. Pikirkan hal-hal yang baik, seperti ‘saya bisa karena saya sudah mempersiapkan dan mempelajari materi dengan baik. Publik pasti senang mendengar apa yang akan saya sampaikan. Bila ada masalah, itu pasti hal yang biasa dan dapat saya atasi dengan baik’. Semakin sering kita bicara di depan publik, ditambah dengan persiapan yang baik, semakin cepat sensasi itu berubah menjadi kekuatan bagi kita.
Kapan sensasi itu muncul? Sensasi tersebut bisa muncul sebelum berbicara.
Biasanya dikarenakan pembicara merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi.
Bahkan, untuk acara-acara yang sangat penting, sensasi demam panggung bisa dirasakan beberapa hari sebelum acara dimulai. Demam panggung juga bisa dirasakan pada tahap awal bicara, ketika pembicara menyadari bahwa begitu banyak mata yang memperhatikannya. Atau, bisa juga terjadi di tengah-tengah penyampaian, yaitu saat pembicara menyadari ada sesuatu yang salah atau tidak sesuai dengan rencana, seperti lupa dengan kata-kata yang ingin disampaikan, slide presentasi bermasalah, ada publik yang tidak memperhatikan dan sibuk bicara atau berbisik dengan rekan di sebelahnya, peralatan yang dipakai tidak berfungsi dengan baik, dan faktor-faktor lainnya.
Datang terlambat juga dapat mengakibatkan demam panggung. Menyadari bahwa kita akan terlambat sudah membuat kita merasa tidak nyaman. Belum lagi, ketika memasuki ruangan, kita melihat semua orang sudah menunggu dan semua mata memandang kita. Tentu hal itu membuat kita menjadi semakin gugup.
Reaksi yang umumnya dirasakan tubuh saat demam panggung adalah:
• Gemetar
– Suara bergetar: ketika kita menyadari suara kita bergetar (dan audiens juga menyadarinya), kita akan merasa malu dan mulai tidak percaya diri. Suara yang bergetar adalah salah satu bentuk demam panggung yang sulit disembunyikan. Tapi tidak apa-apa, ini adalah hal yang wajar, terutama bagi pemula atau orang yang tidak biasa berbicara di depan publik. Bukan hanya Anda yang mengalami hal ini sehingga Anda tidak perlu malu karena orang lain juga bisa mengalaminya.
Fokus saja pada materi yang akan disampaikan dan tanpa disadari suara segera kembali normal.
– Tangan gemetar: bila Anda mengalami hal ini, sebaiknya jangan memegang kertas yang tipis dan besar (contoh, kertas ukuran A4)
saat berbicara karena hal itu justru akan memperlihatkan tangan Anda gemetar. Bila ada materi yang harus dibaca, ketiklah materi pada kertas yang lebih kecil dan cukup tebal. Pastikan tulisan diketik dengan huruf cukup besar dan jelas untuk dibaca karena bila tulisan tidak terbaca, hal itu akan menimbulkan kesulitan baru bagi Anda.
– Dengkul gemetar dan kaki terasa lemas: berjalan dan rileks sebelum bicara.
• Tidak tahu mau bicara apa, tiba-tiba lupa dan kehilangan kata-kata.
Sebelum tampil, kita biasanya akan mempersiapkan diri dengan membuat catatan di kertas atau laptop. Jangan hafal catatan tersebut. Pahami apa yang ingin disampaikan. Karena bila Anda menghafal isi catatan tersebut, Anda bisa lupa. Namun bila Anda paham dengan apa yang ingin disampaikan, Anda bisa melakukan improvisasi dengan tata bahasa dan kalimat yang tidak sama persis tetapi memiliki arti yang sama. Saat kita lupa apa yang ingin disampaikan, Anda dapat membaca catatan yang telah Anda siapkan, terutama di bagian awal bicara. Bila sudah mulai tenang, secara otomatis Anda tidak lagi bergantung pada catatan tersebut. Sekali lagi, penguasaan materi dan persiapan yang baik akan memperlancar penyampaian.
• Tenggorokan terasa kering. Basahi tenggorokan dengan minum air putih secukupnya, tidak minum air es. Sebaiknya, jangan minum terlalu banyak karena Anda menjadi ingin buang air kecil. Minum perlahan, jangan sampai tersedak.
• Tenggorokan seperti tercekat, rasanya ingin berdehem dan suara menjadi serak. Saat adrenalin meningkat, lendir di tenggorokan pun ikut bertambah.
Sebaiknya hindari minuman yang lengket, seperti minuman yang manis dan susu, sebelum bicara.
• Merasa ingin sendawa. Hindari minuman bersoda.
• Sesak napas. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Lakukan secara berulang sebelum bicara hingga Anda merasa tenang.
• Jantung berdegup lebih cepat (deg-degan). Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh. Tenangkan diri dan atur napas Anda seperti ketika menghadapi sesak napas.
• Perut terasa mulas seperti ingin buang air besar. Jaga makanan dan minuman sejak malam sebelumnya atau sebelum bicara supaya tidak
benar-benar sakit perut. Bila tahu bahwa rasa itu hanyalah sensasi yang timbul karena demam panggung, pastinya Anda akan lebih tenang.
• Rasanya ingin buang air kecil terus. Minum secukupnya untuk membasahi bibir, mulut, dan tenggorokan. Bila terasa ingin buang air kecil, pergilah ke toilet. Tidak perlu ditahan-tahan, sekalipun harus dilakukan berulang kali.
• Keringat berlebihan. Kenali bagian tubuh mana yang mengeluarkan keringat lebih banyak. Bila keringat lebih banyak keluar:
– Di sekitar wajah, seperti dahi, bawah hidung, dan samping telinga:
sediakan tisu yang cukup tebal (agar sobekan tisu tidak menempel di wajah atau leher) atau sapu tangan untuk mengelap keringat. Se-baiknya jangan terlalu sering mengelap wajah karena selain terlihat tidak bagus, hal itu menunjukkan Anda merasa tidak nyaman dan mengganggu konsentrasi publik.
– Di telapak tangan: sediakan tisu atau sapu tangan untuk memegang mikrofon agar mikrofon tidak basah. Bila bicara tanpa mikrofon, pegang tisu atau sapu tangan. Bila keringat tidak terlalu banyak, sebaiknya abaikan saja atau cukup sediakan tisu atau sapu tangan di dekat Anda.
– Di ketiak dan badan: pakai baju dalam, pilih warna baju yang tidak terlalu terlihat bila basah kena keringat, dan pakailah deodoran.