• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan prosuksi, maka masyarakat/penduduk setempat keberatan dan mengajukan pelepasan daerah dari Kawasan Hutan, seperti yang tertuang dalam hasil wawancara dengan kepala Desa Batu Laki (Bapak Rudi) adalah sebagai berikut:

a) Pada tahun 2009 tanpa sosialisasi dari Kementerian Kehutanan kepada masyarakat Desa Batu Laki, langsung diterbitkan SK. 435/2009 tentang Kawasan Hutan pengganti SK. 453/1999;

b) Mei 2013 Kepala Desa dan masyarakat membuat Surat Pernyataan menolak penanda tanganan berita acara tentang penetapan tata batas Kawasan Hutan (surat terlampir); c) Januari 2014 Kepala Desa dan masyarakat membuat Surat yang ditujukan ke

Kementerian Kehutanan Jakarta sebagai tindak lanjut dari Surat Mei 2013, dan tidak ada tanggapan dari instansi terkait;

d) Dalam periode 2009-2014, Kepala Desa dan masyarakat sudah beberapa kali melakukan usaha meminta penjelasan dari dinas terkait dan tidak ada tanggapan dan di lapangan juga aksi damai dengan tidak memperbolehkan daerah untuk dikelaola/dilakukan kegiatan karena masyarakat telah hidup bertani/berkebun/berladang secara turun-temurun, terbukti dengan kondisi lahanyang ada sebagian besar bekas kebun/ladang milik warga Desa;

e) Pada tanggal 8 September Kepala Desa dan Masyarakat membuat Surat ke Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan Kementerian LHK di Jakarta;

f) Pada tanggal 3 November 2015 ada Surat balasan dari Kementerian LHK yang ditujukan ke BPKH Wil. V Banjarbaru;

g) Tindak lanjut dari Surat tersebut di atas, maka BPKH Wil. V melakukan pengumpulan data lapangan pada tanggal 3-8 Desember 2015 bersama-sama masyarakat dengan identifikasi lahan sesuai laporan dalam surat untuk di laporkan ke Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan;

h) Tanggal 20 April 2016 Kepala Desa Batu laki membuat surat yang ditujukan ke BPKH Wilayah V menanyakan hasil identifikasi lapangan tanggal 3-8 Desember 2015.

3) Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi

Riwayat Kawasan Hutan yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan tidak lepas dari sejarah penunjukan Kawasan Hutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 421/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Provinsi Jambi seluas ± 2.179.440 Ha. Rincian luas ini terbagai kedalam, antara lain:

a) Hutan Konservasi seluas 676.120 ha; b) Hutan Lindung seluas 191.130 ha;

c) Hutan Produksi Terbatas seluas 340.700 ha; d) Hutan Produksi Tetap seluas 971.490 ha.

Seiring berjalannya waktu terbit Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.727/Menhut-II/2012 tanggal 10 Desember 2012 yang menyebutkan terdapat perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan Kawasan Hutan seluas ± 13.712 Ha, perubahan fungsi Kawasan Hutan seluas ± 20.529 Ha di Provinsi Jambi. Begitu juga pada tahun 2014, diterbitkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.863/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi yang menegaskan bahwa luas hutan di provinsi ini adalah ± 2.098.535 Ha, dengan rincian menurut fungsi:

a) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) seluas ± 685.471 Ha;

Kementerian Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan tentang Kawasan Hutan, namun tidak merujuk pada peraturan tata ruang tersebut di atas.

Adapun SK yang diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan yakni: SK. Menteri Kehutanan Nomor 453 tahun 1999 luas Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan dan SK. Menteri Kehutanan Nomor 435 tahun 2009. Apabila kedua SK tersebut dikomparasikan terdapat perbedaan luasan pada masing-masing jenis Kawasan Hutan dari jumlah total luasan, didalam SK Menteri Kehutanan Nomor 453 tahun 1999 luas Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 1.839.494 Ha, sedangkan pada penerbitan SK Menteri Kehutanan Nomor 435 tahun 2009 disebutkan luas Kawasan Hutan menyusut menjadi 1.779.982 Ha. Luasan pada masing-masing jenis Kawasan Hutan juga terdapat penurunan, tetapi terdapat pula yang mengalami penambahan. Detail luasan jenis hutan di Provinsi Kalimantan Selatan tersaji pad tabel berikut.

Tabel 30: Luas Kawasan Hutan

No. Jenis Kawasan Hutan 453/Kpts-SK Menteri Kehutanan Selisih

II/1999 435/Menhut-II/2009

1 Kws Suaka Alam+Kws Pelestarian Alam/ **) 175,565.00 213,285.00 +37,720.00 2 Hutan Lindung 554,139.00 526,425.00 -27,714.00 3 Hutan Produksi Terbatas 155,268.00 126,660.00 -28,608.00 4 Hutan Produksi Tetap 688,884.00 762,188.00 +73,304.00

5 Hutan Produksi yg dpt dikonversi 265,638.00 151,424.00 -114,214.00

Jumlah Luas Kawasan Hutan 1,839,494.00 1,779,982.00 -59,512.00

**): Data Kawasan Konservasi belum disinkronkan dengan luas penunjukan parsial (Sumber: Dirjen Planologi Kehutanan)

a). Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

Adapun Desa sampel adalah Desa Tambak Padi Kecamatan Beruntung Baru merupakan sampel penelitian, berdasarkan SK 453/2009 masuk ke dalam Kawasan Hutan Produksi. Namun Desa tersebut sudah merupakan permukiman dan hamparan sawah. Batas wilayah Desa Tambak Padi:

Sebelah Utaran dengan Kecamatan Gambut; Sebelah Selatan dengan Kecamatan Bumi Makmur;

Sebelah Barat dengan Desa Sungai Musang, Kecamatan Alih Huih; Sebelah Timur dengan Kelurahan Landasan Ulin Selatan.

b). Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

Adapun obyek sampel penelitian berada di Desa Batu Laki, Kecamatan Padang Batung yang berdasarkan SK. 453/21999, Desa tersebut ditunjuk sebagai kawasan Area Penggunaan Lain (APL). Namun dengan terbitnya SK. 435/2009, maka Desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Hutan Produksi. Adapun batas wilayah Desa sebagai berikut:

Sebelah Utara dengan Batu Bini dan Desa Jalatang Kecamatan Padang Batung; Sebelah Selatan dengan Desa Batu Ampar dan Pipitak Jaya Kecamatan Piani; Sebelah Barat dengan Desa Malutu Kecamatan Padang Batung;

76

b) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas ± 179.588 Ha;

c) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 258.285 Ha; d) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 963.792 Ha;

e) Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 11.399 Ha. a). Kabupaten Kerinci

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2013, di Kabupaten Kerinci terdapat Hutan Hak dan Hutan Adat dengan luasan masing-masing 5.000 ha dan 2.398 Ha. Sedangkan untuk Hutan Konservasi memiliki luas 191.822 Ha dan Hutan Produksi (Pola HP3M) seluas 28.665 Ha.

Desa Sungai Kuning, Kecamatan Siulak Mukai sebagai lokasi sampel penelitian berdasarkan SK.863/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi berada dalam Kawasan Hutan Produksi (Pola HP3M) .

b). Kabupaten Muaro Jambi

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah seluas ± 540.342 ha yang terbagi dalam 11 (sebelas) kecamatan. Luas Kawasan Hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan SK. 863/Menhut-II/2014 adalah seluas ± 163.330 Ha (30,2%). Luas Area Penggunaan Lain adalah seluas ± 377.012 Ha (69,8%). Pembagian luas Kawasan Hutan pada masing-masing kecamatan ini belum secara definitif dikukuhkan dan baru dalam tahap batas tentatif dalam pemetaan lokasi sampel penelitian adalah Desa Tanjung Lanjut, Kecamatan Sakernan berdasarkan SK.863/Menhut-II/2014 masuk dalam kawasan hutan produksi.

4) Kabupaten Bintan dan Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau

Kondisi Kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau tidak terlepas dari sebelum tebentuknya provinsi ini secara definitif (masih tergabung dengan Provinsi Riau) hingga tahun 2015 yangperkembangannya cukup dinamis. Berdasarkan sumber dari Kementerian Kehutanan penunjukan Kawasan Hutan masih berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK).

Penunjukan Kawasan Hutan yang merupakan penetapan areal wilayah tertentu sebagai Kawasan Hutan dengan keputusan Menteri Kehutanan dapat mencakup wilayah Provinsi yaitu Penunjukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK), luas Kawasan Hutan di Provinsi Riau (dahulu mencakup wilayah Provinsi Kepulauan Riau) adalah 9.456.160 Ha. kemudian luas Kawasan Hutan untuk Kabupaten Kepulauan Riau menjadi seluas 847.255,47 Ha.

Tabel 31:Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan TGHK (1986)

No. Daratan / Kawasan Hutan dan Perairan Luas (Ha) Keterangan

77

2. Hutan Lindung 35.967,25 -

3. Hutan Produksi Terbatas 354.926,73 - 4. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 453.959,93 -

5. Tubuh Air -

Jumlah 847.255,47 -

Sumber : BPKH Wilayah XII Tanjungpinang (perhitungan dengan SIG)

Pada tahun 1987 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 47/Kpts-II/1987 telah ditunjuk areal hutan di wilayah Kotamadya Batam seluas ± 23.430 Ha. Lima tahun berikutnya diterbitkan Surat Keputusan Nomor 955/Kpts-II/1992 tentang Perubahan Fungsi Htan Produksi Terbatas seluas ± 12.950 Ha dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi seluas ± 21.750 Ha. Pada tahun 2011 sejalan dengan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau sebagai hasil pemekaran Provinsi Riau dilakukan pemutakhiran sesuai dengan perkembangan pengukuhan Kawasan Hutan serta perubahan peruntukan dan fungsi Kawasan Hutan secara parsial diperoleh luas ± 739,902 Ha.

Kemudian pada tahun 2013 diterbitkan lagi Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 463/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas ± 124.775 Ha, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 86.663 Ha dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ±1.834 Ha. Setahun kemudian terbit lagi Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 867/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau seluas ± 590.020 Ha yang dirinci menurut fungsi dengan luasan sebagai berikut.

Tabel 32: Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau

No. Daratan / Kawasan Hutan Luas (Ha) Keterangan

1. Kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam (KPA)/Taman Buru 17.100 -

2. Kawasan Hutan Lindung (HL) 105.879 -

3. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) 164.662 -

4. Kawasan Hutan Produksi Tetap 49.439 -

5. Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) 252.940 -

Jumlah 590.020 -

Sumber: Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 867/Menhut-II/2014

Perubahan terbaru Kawasan Hutan di Provinsi Kepualauan Riau pada tahun 2015, melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK. 76/MenLHK-II/2015 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ± 207.569 Ha, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 60.299 Ha dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan menjadi Hutan Seluas ± 536 Ha. Adapun rincian detail perubahan dalam SK tersebut tersaji pada tabel berikut.

Tabel 33: Perubahan peruntukan Kawasan Hutan

No. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Luas (Ha) Keterangan

1. HPT menjadi APL ± 52. 427

2. HP menjadi APL ± 8.743

b) Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas ± 179.588 Ha;

c) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 258.285 Ha; d) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 963.792 Ha;

e) Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 11.399 Ha. a). Kabupaten Kerinci

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2013, di Kabupaten Kerinci terdapat Hutan Hak dan Hutan Adat dengan luasan masing-masing 5.000 ha dan 2.398 Ha. Sedangkan untuk Hutan Konservasi memiliki luas 191.822 Ha dan Hutan Produksi (Pola HP3M) seluas 28.665 Ha.

Desa Sungai Kuning, Kecamatan Siulak Mukai sebagai lokasi sampel penelitian berdasarkan SK.863/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi berada dalam Kawasan Hutan Produksi (Pola HP3M) .

b). Kabupaten Muaro Jambi

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah seluas ± 540.342 ha yang terbagi dalam 11 (sebelas) kecamatan. Luas Kawasan Hutan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan SK. 863/Menhut-II/2014 adalah seluas ± 163.330 Ha (30,2%). Luas Area Penggunaan Lain adalah seluas ± 377.012 Ha (69,8%). Pembagian luas Kawasan Hutan pada masing-masing kecamatan ini belum secara definitif dikukuhkan dan baru dalam tahap batas tentatif dalam pemetaan lokasi sampel penelitian adalah Desa Tanjung Lanjut, Kecamatan Sakernan berdasarkan SK.863/Menhut-II/2014 masuk dalam kawasan hutan produksi.

4) Kabupaten Bintan dan Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau

Kondisi Kehutanan di Provinsi Kepulauan Riau tidak terlepas dari sebelum tebentuknya provinsi ini secara definitif (masih tergabung dengan Provinsi Riau) hingga tahun 2015 yangperkembangannya cukup dinamis. Berdasarkan sumber dari Kementerian Kehutanan penunjukan Kawasan Hutan masih berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK).

Penunjukan Kawasan Hutan yang merupakan penetapan areal wilayah tertentu sebagai Kawasan Hutan dengan keputusan Menteri Kehutanan dapat mencakup wilayah Provinsi yaitu Penunjukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK), luas Kawasan Hutan di Provinsi Riau (dahulu mencakup wilayah Provinsi Kepulauan Riau) adalah 9.456.160 Ha. kemudian luas Kawasan Hutan untuk Kabupaten Kepulauan Riau menjadi seluas 847.255,47 Ha.

Tabel 31:Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan TGHK (1986)

No. Daratan / Kawasan Hutan dan Perairan Luas (Ha) Keterangan

78

No. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Luas (Ha) Keterangan

3. HPK menjadi APL ± 146.399 Jumlah I ± 207.569 4. KSA menjadi HPT ± 45 5. KSA/TB menjadi HL ± 3.655 6. HL menjadi HPT ± 2.231 7. HL menjadi HP ± 8.518 8. HL menjadi HPK ± 984 9. HPT menjadi HL ±1.231 10. HPT menjadi HP 10.250 11. HPT menjadi HPK ± 3.638 12. HP menjadi HPT ± 269 13. HPK menjadi HL ±299 14. HPK menjadi HPT ± 18.369 15. HPK menjadi HP ± 10.783 Jumlah II ± 60.299 16. APL menjadi HL ± 274 17. APL menjadi HP ± 262 Jumlah III 536

Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:SK. 76/ MenLHK-II/2015 BerdasarkanKeputusan Menteri Kehutanan Nomor: 173/Kpts-II/1986 tanggal 06 Juni 1986 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Riau Sebagai Kawasan Hutan (Tata Guna Hutan Kesepakatan/TGHK) bahwa luas Kawasan Hutan untuk Kabupaten Kepulauan Riau adalah 847.255,47 Ha. Hingga tahun 2015 dengan adanya SK. 76/MenLHK-II/2015 terjadi perubahan cukup signifikan atas Kawasan Hutan (Kawasan Hutan menjadi Areal Penggunaan Lain) seluas ± 207.569 Ha.

a). Kabupaten Bintan

Kondisi kehutanan di Kabupaten Bintan dalam sejarahnya tidak terlepas dari kondisi kehutanan pada Pulau Bintan secara keseluruhan (Wilayah Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang). Seiring dengan perkembangan daerah telah terjadi perubahan tipe Kawasan Hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 955/Kpts-II/1992 yang merubah fungsi hutan produksi seluas 12.950 ha dan hutan konversi seluas 21.750 ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Jago, S. Ekang, S. Anculai, S. Bintan, S. Kangboidan S. Kawal Pulau Bintan menjadi Kawasan Hutan Lindung yang selanjutnya dikenal dengan nama Kawasan Catchment Area. Dengan demikian tipe Kawasan Hutan yang ada di Pulau Bintan dapat dikelompokkan menjadi Hutan Lindung (4.355 Ha),Catchment Area (37.000 Ha), Hutan Produksi Terbatas (21.250 Ha), Hutan konversi(40.250 ha), Hutan Mangrove (9.146 Ha), dengan total jumlah 112.001 Ha.Hingga pada tahun 2014 memiliki luas hutan sekitar 38.796,23Ha. Semuanya termasuk hutan lindung, yang tersebar hampir disemua kecamatan. Hutan Lindung Gunung Bintan Besar di Kecamatan Teluk Bintan seluas 280 Ha, Hutan Lindung Sei Jago di kecamatan Bintan Utara seluas 1.629,60 Ha, Hutan Lindung Gunung Bintan Kecil seluas 308 Ha di kecamatan Teluk Sebong, Hutan Lindung Gunung Lengkuas dan Hutan Lindung Sei Pulai masing-masing seluas 1.071,80 Ha dan 441,20 Ha di kecamatan Bintan Timur

79