• Tidak ada hasil yang ditemukan

MA’DERO PADA MASYARAKAT DESA LEDU-LEDU KABUPATEN LUWU TIMUR ( Kajian Antropologi Budaya )

Dalam dokumen Makassar, 09 Juni 2019 Penulis (Halaman 123-127)

Oleh:

Reza Raynaldy Syamsul Abstrak

Budaya Ma’dero adalah salah satu kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu dalam bentuk kesenian. Budaya ini sangat populer dikalangan masyarakat desa Ledu-ledu Kabupaten Wasuponda. Tarian ini biasanya diadakan setiap acara-acara adat ataupun hajatan, selain itu tarian Dero juga dijadikan sebagai ajang menyambung silaturahmi. Umumnya tarian ini dilakukan tak hanya kaum muda, tapi juga dilakukan oleh kaum tua. Adapun tujuan menulis artikel ini adalah untuk menyelesaikan tugas perkuliahan dari dosen. Selain itu, untuk memperkenalkan budayaMa’Dero kepada para pembaca dan orang banyak.

Kata Kunci : Tarian, Budaya, Ma’Dero . A. Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan dan suku yang beragam, dengan suku yang beragam berarti Indonesia juga memiliki tradisi-tradisi kebudayaan yang beragam pula. Di setiap daerah, tradisi-tradisi tersebut juga memiliki berbagai macam tata cara pelaksanaannya, atau juga bisa berbeda dari segi tempat pelaksanaannya. Mungkin ada juga di suatu daerah yang memiliki tata cara pelaksanaan yang hampir sama, namun istilah yang di gunakan berbeda. Hal ini

ditandai dengan bentuk sistem kepercayaan, seni dan budaya yang menjadi ciri khas dan kepribadian masing-masing wilayah yang ada di Indonesia.

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Melalui akalnya manusia dapat mengembangkan Kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan hasil-hasil ciptannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.Manusia dalam mengemban amanah kebudayaan, tidak dapat melepaskan diri dari komponen-komponen kehidupan yang juga merupakan unsur-unsur pembentuk kebudayaan yang bersifat universal, seperti: bahasa, sistem teknologi harian, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan religi dan kesenian.

Manusia memerlukan suatu bentuk keyakinan dalam hidupnya karena keyakinan akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup budayanya. Dengan keyakinan yang sempurna, hidup manusia tidak akan ragu. Keyakinan yang benar haruslah bersumber dari nilai yang benar.

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sangsekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Jadi, kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Kebudayaan adalah perwujudan dari sebuah renungan, kerja keras dan kearifan masyarakat dalam mengarungi dunianya. Kebudayaan yang menjadikan suatu masyarakat memandang lingkungan hidupnya dengan bermakna. Banyak orang yang beranggapan bahwa ekonomi, politik, teknologi, religi dan sebagainya termasuk unsur-unsur kebudayaan. Pemahaman seperti ini tidak mengungkap lebih dalam apa yang dikandung oleh kebudayaan walaupun sebenarnya terdapat kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan prilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindera (yaitu penglihat, penghidup, pengecap, perasa dan pendengar).Dengan adanya berbagai macam kebudayaan yang dimiliki maka akan menjadi bangsa yang memiliki jati diri sebagai bangsa yang majemuk.

Kebudayaan yang telah diwariskan oleh para leluhur merupakan suatu sistem yang sudah dikembangkan sejak berabad-abad silam dan didalamnya tersimpan banyak hal-hal yang perlu diresapi sebagai salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam rangka pembinaan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya berbagai macam kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia maka sudah seharusnya kita sebagai generasi mudah untuk tetap melestarikan budaya-budaya yang ditinggalkan oleh leluhur kita agar tetap lestari dimasa yang akan datang.

Sulawesi Selatan merupakan suatu provinsi di Indonesia yang kaya akan seni dan budaya Salah satu contohnya adalah Budaya Ma’Dero. Budaya Ma’Dero ini merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat suku Pamona di Sulawesi Tengah kini menjadi tradisi bagi masyarakat luwu khususnya di Luwu Timur Kecamatan Wasuponda. Tarian ini tergolong tarian pergaulan yang ditarikan secara masal oleh semua kalangan masyarakat, baik pria maupun wanita, baik tua maupun muda bisa melakukan tarian ini

B. Pembahasan

Tarian Ma’Dero muncul pada tahun 1924 di Kecamatan Wasuponda tetapi baru populer pada tahun 1942.Suku Pamona adalah masyarakat asli Kabupaten Poso yang mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten. Nenek moyang Suku Pamona sendiri berasal dari Luwu Timur daerah yang masuk di wilayah administratif Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya mereka kemudian menetap dan mencari nafkah di wilayah tersebut. Dalam suatu waktu ketika mereka merayakan pesta panen, mereka kemudian merayakan acara tersebut dengan Tarian Ma’Dero. Sehingga masyarakat disekitarnya pun ikut penasaran dengan tarian tersebut.

Tarian Ma’Dero merupakan tarian yang sangat mudah untuk dipelajari oleh orang awam sekalipun. Adapun gerakan Tarian Ma’Dero yaitu peserta tarian hanya berdiri berdampingan dan bergandengan tangan dengan sesama penari. Kemudian melakukan hentakan kaki sekali ke kiri kemudian dua kali kekanan mengikuti alunan pantun yang sahut-menyahut yang didendangkan salah seorang yang sedang ikut

menari kemudian diikuti nyanyian pantun bersama oleh seluruh penari Dero. Oleh karena itu, menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk mempelajari Tarian Dero tersebut. Budaya Ma’dero dalam masyarakat Wasuponda Kabupaten Luwu Timur, dalam perkembangannya sangatlah erat hubungannnya dengan anak muda. BudayaMa’Dero biasanya dilakukan setiap pesta pernikahan ataupun hajatan. Tarian Ma’Dero yang dikenal oleh anak muda zaman sekarang adalah Dero yang tariannya sudah bervariasi dan diiringi musik DJ. Berbeda halnya dengan terdahulu yang hanya diiringi alat musik tradisional seperti gendang dan gong. Sehingga kaum mudalah yang banyak berpartisipasi dalam kebudayaan ini.

Tak hanya kaum muda, kaum tua pun masih bersemangat dalam ikut serta pada tarian Dero, selain karena kebudayaan warga setempat, Dero juga dijadikan sebagai ajang menyambung silaturahmi, biasanya warga-warga yang sibuk dengan urusan mereka, bisa bertemu dengan kawan-kawannya melalui kebudayaan ini. Disamping melakukan tarian Dero banyak juga yang menonton tarian ini. Tarian Dero biasanya dilakukan di lapangan atau daerah yang luas, karena jumlah peserta tidak dibatasi, Maka masyarakat atau penonton yang ingin bergabung dalam Tarian Dero bisa saja bergabung tanpa harus memikirkan skill atau bakat.

MANETTE’ PADA MASYARAKAT MANDAR KEC TINAMBUNG

Dalam dokumen Makassar, 09 Juni 2019 Penulis (Halaman 123-127)