• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RITUAL POTENCY US A DISASTER MITIGATION AT THE UMBULHARJO VILLAGE, CANGKRINGAN SUBDISTRICT, SLEMAN

II. DESA UMBULHARJO SEBAGAI DAERAH DESTINASI PARIWISATA DI LERENG GUNUNG MERAPI

Desa Umbulharjo merupakan bagian wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Umbulharjo berada di lereng selatan Gunung Merapi. Wilayah Desa Umbulharjo seluas 826 hektar ini berada antara 500 meter sampai dengan 1.000 meter di atas permukaan laut, wilayah dusun-dusun yang paling tinggi berada di wilayah utara khususnya wilayah Dusun Pelemsari, Pangukrejo dan Gondang yang lebih dekat dengan puncak Gunung Merapi. Desa Umbulharjo berbatasan dengan Desa Wukirsari di sebelah selatan. Gunung Merapi merupakan batas sebelah utara. Desa Kepuharjo merupakan batas sebelah timur dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Hargobinangun.

Desa Umbulharjo merupakan salah satu destinasi kunjungan wisatawan yang cukup terkenal karena di desa ini terdapat lapangan golf Merapi Golf Cakringan yang didukung oleh fasilitas penginapan dan tempat beristirahat yang relatif mewah untuk menikmati kesejukan udara dan keindahan pemandangan lereng Gunung Merapi yakni The Cangkringan Jogja Villas & Spa Cangkringan yang berada di Jalan Raya Merapi Golf, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Fasilitas kamar yang ditawarkan untuk wisatawan yang menginap dengan tarif 600 ribu rupiah lebih per hari.

Wilayah Desa Umbulharjo menjadi tempat strategis pengembangan destinasi pariwisata di lereng sebelah selatan Gunung Merapi berdasarkan beberapa potensi yang ada, antara lain: (1) Merupakan jalur menuju lapangan golf Merapi Golf Cangkringan dan jalan menuju obyek wisata Lava Tour Kali Adem, bumi perkemahan Bebeng dan jalur wisata pendakian Gunung Merapi. Lava Tour Kali adem menjadi daya tarik pariwisata yang luar biasa setelah erupsi Gunung Merapi tahun 2006. Obyek wisata ini sangat unik, sangat jarang ditemui di tempat lain kecuali di Pulau Ternate yakni berupa hamparan material lava vulkanik dari Gunung Gamalama. (2) Nama Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi yang kontroversial karena pernah menolak Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk diungsikan, menjadi “ikon pariwisata lereng Merapi” yang menarik minat para wisatawan untuk datang ke Kampung Kinahrejo tempat bermukim Mbah Marijan sebelum erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Rumah Mbah Marijan setiap hari selalu didatangi wisatawan yang ingin bertemu atau sekedar nongkrong

sambil minum kopi, teh dan makan juadah serta tempe bacem di kedai kopi yang dikelola keluarga Mbah Marijan. (3) Desa Umbulharjo dilewati jalan alternatif yang menghubungkan obyek wisata Candi Prambanan dengan Candi Borobudur, para wisatawan yang mengunjungi kedua obyek wisata tersebut dapat singgah berisitirahat sambil menikmati suasana pedesaan di lereng gunung dan mengunjungi obyek wisata alam yang mempesona.

Salah satu obyek wisata alam di Desa Umbulharjo yang banyak dipromosikan melalui media internet adalah Kampung Kinahrejo tempat tinggal Mbah Marijan sebelum erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Portal Wisata Jogja dalam websitenya menawarkan Kinahrejo menjadi salah satu destinasi pariwisata favorit para turis dengan judul “Desa Wisata Kinahrejo: Desa yang sejuk di lereng selatan Merapi”. Selanjutnya Portal Wisata Jogja tersebut menawarkan potensi pariwisata Dusun Kinahrejo sebagai berikut :

masuk menuju pendakian gunung merapi. Berawal dari upacara labuhan Gunung Merapi dari keraton yogyakarta yang diadakan setiap bulan Rejeb yang menarik wisatawan untuk ikut menyaksikan upacara labuhan tersebut, maka didukung dengan adanya budaya dan tradisi yang kental dan potensi alam yang menarik, masyarakat mulai mengelola lebih serius sebagai desa wisata Atraksi. Ada beberapa atraksi yang paling menarik antara lain Labuhan, Jathilan, Kethoprak, Wayang kulit, Sholawatan. Fasilitas yang tersedia seperti treeking, camping ground, outbond area, budaya labuhan, Kali Kuning, dan Kali Adem.

Sebelum terjadi letusan Gunung Merapi disertai awan panas tahun 2010 silam, Desa Kinahrejo merupakan kawasan wisata favorit turis lokal maupun mancanegara. Maklum, Kinahrejo menjadi jalur pendakian yang paling mudah bagi pengunjung jika berwisata hiking ke puncak Merapi. Selain itu, tentu saja karena Kinahrejo memiliki panorama sangat menawan. Desa itu memiliki tujuh mata air, ditambah atraksi budaya proses Labuhan yang mengesankan serta keramahtamahan warga dalam menyambut 2 wisatawan.”

Kinahrejo selain dipromosikan sebagai kawasan wisata alam yang menjadi favorit wisatawan lokal dan mancanegara karena keindahan panorama alamnya juga dianggap memiliki potensi wisata religi yang terkait dengan Upacara Labuhan yang dipimpin oleh sosok juru kunci Gunung Merapi yang sangat terkenal yakni Mbah Marijan.

Di Desa Umbulharjo, selain Kinahrejo yang ditawarkan sebagai daerah tujuan wisata, ada dusun lain yang mengembangkan berbagai paket pelayanan wisata seperti argowisata di Dusun Pentingsari. Kawasan dusun seluas 103 hektar ini merupakan bagian dari dataran tinggi lereng Merapi dengan lansekap pemandangan alam yang menawan. Pada sisi sebelah barat, terdapat lembah yang sangat curam di pinggir Kali Kuning. Di sebelah selatan terdapat lembah lain bernama Gua Ledok yang juga dikenal dengan nama Ponteng. Sisi sebelah utara Dusun Pentingsari bersambung dengan pelataran Gunung Merapi. Para pengunjung dapat melakukan trekking atau berjalan-jalan di wilayah Pentingsari dengan didampingi oleh pemandu wisata yang ada. Melalui aktivitas trekking ini para wisatawan dapat diajak berkunjung ke obyek-obyek wisata sejarah yang ada di Pentingsari seperti Pancuran Sendang, Gua Ponteng, Batu Dakon, Kali Pawon, Luweng, Tempuran dan Batu Persembahan. Bagi pengunjung yang datang ke Pentingsari tidak perlu mengeluarkan uang cukup banyak karena dengan biaya Rp.55.000,00 setiap pengunjung mendapat fasilitas menginap di homestay

ditambah makan tiga kali sehari. Selain itu, pengunjung juga bisa meminta tambahan pelayanan wisata lain seperti belajar membajak di sawah, belajar budidaya jamur, belajar

3

memainkan instrumen musik gamelan dan belajar membatik. Dusun Pentingsari menjadi tujuan objek wisata alam di Indonesia yang sering dikunjungi wisatawan domestik maupun luar negeri. Sejak April 2008 - Oktober 2013, Dusun Pentingsari sudah dikunjungi sekitar 90.000 orang. Wisatawan yang datang tidak melulu dari Jakarta, tapi juga dari Malaysia, Singapura, China, dan Prancis. Dusun Pentingsari telah memperoleh berbagai penghargaan di antaranya Desa Wisata dengan Keunikan Alam dari Pemprov DI Yogyakarta tahun 2009,

Apreciation as Best Practise of Tourism Ethics at Local Level dari WCTE-UNWTO tahun 2011, Cipta Award dari Kemenparekraf pada bulan September 2012, dan Pendamping Pemberdayaan Masyarakat untuk Desa Wisata Terbaik Nasional dari Kementerian

4 Koordinator Kesejahteraan Rakyat bulan Desember 2012 .

Desa Umbulharjo sebagai daerah destinasi pariwisata memiliki nilai komparatif yang hampir setara dengan obyek wisata Kaliurang karena obyek wisata di Umbulharjo nampak lebih “natural”, pengunjung dapat berinteraksi dengan penduduk setempat, melihat aktivitas penduduk bercocoktanam dan merawat binatang ternaknya. Selain itu para pengunjung dapat

2 http://kotajogja.com/wisata/index/Desa-Wisata-Kinahrejo 3 http://jogjatrip.com/id/189/Desa-Wisata-Pentingsari 4 http://www.koran-sindo.com/node/336717

melihat bekas kedahsyatan aliran lava pijar dan sapuan awan panas di jalur Kali Bebeng dan Kali Kuning. Kelebihan lainnya, para pemilik pondok wisata yang menyewakan kamar penginapan bagi para pengunjung memasang tarif yang relatif murah dan terjangkau oleh para wisatawan dari lapisan sosial ekonomi menengah ke bawah. Paguyuban Pondok Wisata Desa Umbulharjo menentukan tarif kamar penginapan sebesar Rp. 30.000,00 sampai dengan Rp. 60.000,00 per hari.

Besarnya minat wisatawan berkunjung ke kawasan wisata di Desa Umbulharjo mendorong warga masyarakat untuk membuka usaha penginapan murah yang disebut pondok wisata. Menurut keterangan Ketua Paguyuban Pondok Wisata Umbulharjo, sebelum erupsi Gunung Merapi tahun 2010 terdapat 50 pondok wisata di desanya. Semua pondok wisata tersebut dibangun di kawasan wisata Kali Kuning, sebagian besar pondok wisata tersebut rusak parah tersapu awan panas pada erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dan hanya tersisa enam pondok wisata yang selamat dari terjangan awan panas yang turun melalui jalur Kali

5

Kuning. Pondok wisata di Desa Umbulharjo ini banyak diminati para pengunjung karena suasana pedesaan lereng gunung yang sejuk di tengah kerimbunan pepohonan.

Secara ideal, pembangunan wisata pedesaan seperti di Desa Umbulharjo ini merupakan momentum bagi masyarakat untuk mempergunkan aspek-aspek kepariwisataan sebagai instrument untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelestarian nilai-nilai budaya serta tradisi masyarakat Desa Umbulharjo. Warga masyarakat Desa Umbulharjo yang tertarik dan terlibat dalam aktivitas pengembangan wisata pedesaan dapat belajar untuk mengimplementasikan sapta pesona pariwisata yang telah lama disosialisasikan pemerintah untuk mendorong pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Indonesia.

Sapta pesona pariwisata atau tujuh unsur pengembangan dan pengelolaan wisata di Desa Umbulharjo itu adalah: (1) Warga masyarakat Umbulharjo seharusnya dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan sehingga wisatawan dapat menikmati kunjungannya dengan tenang, (2) Warga masyarakat Umbulharjo, khususnya warga yang menyediakan jasa kepariwisataan sebaiknya dapat menciptakan lingkungan yang tertib sehingga mampu memberikan pelayanan yang teratur dan efektif bagi wisatawan. (3) Warga masyarakat didorong untuk membangun lingkungan yang bersih sehingga seluruh kegiatan kepariwisataan memberikan pelayanan yang higienis bagi wisatawan. (4) Kondisi lingkungan alam dan sosial yang “sejuk” menjadi dambaan para wisatawan. Warga masyarakat Umbulharjo diharapkan dapat menciptakan kondisi yang demikian sehingga para pengunjung terdorong untuk tinggal lebih lama lagi dan berkeinginan datang lagi ke desa ini. (5) Penataan lingkungan Desa Umbulharjo yang indah dengan memperhatikan prasarana dan sarana yang selaras dengan keadaan alam dan kebudayaan setempat, salah satu unsure penunjang keberhasilan usaha pariwisata di Desa Umbulharjo. (6) Keramahtamahan warga masyarakat Umbulharjo kepada semua pengunjung juga menjadi pendukung keberhasilan pengembangan pariwisata di desa ini. (7) Unsur ke tujuh dari sapta pesona pariwisata adalah kenangan. Para pengelola jasa pariwisata di desa ini memberikan pelayanan yang menyenangkan dengan menyediakan akomodasi serta pelayanan yang cepat dan ramah. Kenangan tentang pariwisata di Desa Umbulharjo juga dapat diupayakan dengan atraksi-atraksi budaya lokal, kuliner dan cendera mata yang memiliki cirri khas.

III. MITOLOGI, RITUAL DAN SOLIDARITAS MASYARAKAT A. Mitologi Gunung Merapi : Basis Legitimasi Kekuasaan Tradisional

Mitos adalah bagian dari tradisi lisan berbentuk narasi cerita yang dituturkan dari generasi ke generasi. Narasi-narasi tersebut bertutur tentang masa lalu atau masa kini yang bersifat menjelaskan fenomena budaya tertentu atau memberi pendidikan secara tidak langsung kepada para pendengarnya. Mitos berbeda dengan legenda dan dongeng. Masyarakat menganggap mitos dan legenda sebagai fakta yang terjadi pada masa lalu. Bedanya “realitas” kejadian dalam mitos berada pada masa silam yang jauh sedangkan “realitas” kejadian dalam legenda terjadi pada masa silam yang tidak terlalu jauh. Tokoh utama dalam mitos bukan manusia namun para dewa atau makhluk halus, sedangkan tokoh utama dalam legenda adalah manusia. Mitos dianggap suci dan bercerita tentang dunia adikodrati, sedangkan legenda bisa bersifat suci maupun profan dan terjadi dalam dunia seperti saat ini. Narasi dalam dongeng oleh masyarakat hanya dianggap rekaan belaka, bisa terjadi kapan saja dan di tempat manapun dengan penokohan yang bebas seperti manusia atau makhluk lainnya serta tidak ada unsur sakralnya (Munandar, 2012: 2-3).

Mitos menurut Mircea Aliade merupakan penampilan proses penciptaan dunia. Mitos menceritakan bagaimana segala sesuatu memulai adanya. Malinowski berpendapat, mitos merupakan pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan pondasi dari kehidupan suatu masyarakat. Dengan demikian mitos juga memiliki keterkaitan dengan konsepsi kosmologi, karena inti ceritanya berkenaan dengan asal-usul alam dengan isinya yang diungkapkan secara metaphorik, bukan saja alam fisik melainkan juga alam metafisik. Malinowski juga berpendapat bahwa ada hubungan erat antara mitos, narasi suci dari suatu kelompok sosial dengan aktivitas ritual, tingkah laku moral, organisasi sosial, bahkan aktivitas politik mereka (Suhardi, 2009: 13).

Minsarwati (2002: 99) menyatakan latar belakang muncul dan berkembangnya mitologi tentang Gunung Merapi dimulai ketika masyarakat mempercayai Gunung Merapi sebagai keraton yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus penunggu Gunung Merapi, sama keberadaannya dengan Keraton Yogyakarta yang mempunyai pemimpin dan prajurit-prajurit keraton.

6

Pada perspektif great tradition, mitologi Gunung Merapi sengaja direproduksi Kerajaan Mataram dan dipelihara demi tegaknya kekuasaan kerajaan. Konsep kosmologi yang dibangun Kerajaan Mataram menggunakan konsep kiblat papat lima pancer atau empat penjuru mata angin dan satu titik pusat di tengah. Lukas S. Triyoga (2010: 119) menjelaskan tentang sistem kosmologi yang mempertautkan Kerajaan Mataram dengan Gunung Merapi. Dalam sistem kosmologi tersebut, Keraton Mataram berada di tengah atau pusat dari kosmologi Jawa, Laut Selatan dengan penguasa Kanjeng Ratu Kidul berada di sebelah selatan, dan Gunung Merapi dibawah penguasa Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan Kyai Sapujagad berada di arah utara, Gunung Lawu yang berada dibawah penguasa Kanjeng Sunan Lawu berada di sebelah timur dan Khayangan Dlepih di sebelah barat dikuasai oleh Sang Hyang Pramoni (Triyoga, 2010: 119). Hubungan antara keempat keraton makhluk halus tersebut dengan Kerajaan Mataram pada masa lalu dan Kesultanan Yogyakarta saat ini, tidak dapat dipisahkan dan keberadaannya saling berkaitan. Eksistensi Keraton Yogyakarta berhubungan erat dengan keempat keraton makhluk halus di sekelilingnya, merupakan tatanan dunia yang dihayati oleh masyarakat Jawa di wilayah Kesultanan Yogyakarta secara mendalam. Dengan demikian Keraton Yogyakarta yang berada pada posisi pusat dan

6

Great tradition atau tradisi besar adalah pola budaya dari suatu peradaban besar, seperti yang tampak dalam agama, kesusasteraan, kesenian, dan seterusnya, berlawanan dengan tradisi kecil yang khas dimiliki komunitas lokal (Keesing, 1992: 284).

dipandang sebagai pusat kosmis yang keramat (Twikromo, 2000: 107-113).

Mitologi Gunung Merapi terus dilestarikan melalui ritual labuhan yakni upacara yang diselenggarakan keraton untuk memberikan sesaji kepada makhluk halus di suatu tempat (Twikromo, 2000: 81). Upacara labuhan diselenggarakan sehari setelah peringatan ulang tahun penobatan raja atau sugengan tingalan dalem. Sri Sultan Hamengkubuwono X dinobatkan pada tanggal 7 Maret 1989 / 29 Rajab 1410 H. Maka, pada masa pemerintahan HB X, labuhan diselenggarakan setiap tanggal 30 Rajab. Upacara labuhan setiap tahun hanya di tiga tempat yakni Parangkusuma, Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Sedangkan labuhan di Dlepih Kayangan hanya dilakukan delapan tahun sekali, setiap Tahun Dal. Upacara labuhan

merupakan warisan tradisi para raja Mataram yang melakukan selamatan labuhan di keempat penjuru mata angin dengan tujuan memberi sedekah kepada makhluk halus sekutu raja yang menjaga keempat penjuru alam semesta dibawah pimpinan Kanjeng Ratu Kidul, agar raja, keluarga raja dan rakyat senantiasa diberi keselamatan, kedamaian, dan terbebas dari segala marabahaya (Triyoga, 2010: 119-120). Penetapan juru kunci Gunung Merapi oleh Kerajaan Mataram dan diteruskan oleh Keraton Yogyakarta dimaksudkan untuk memelihara wibawa penguasa Mataram di hadapan rakyatnya. Salah satu tugas utama juru kunci Gunung Merapi adalah memimpin upacara labuhan yang diselenggarakan setiap tahun khususnya labuhan

untuk penjaga Gunung Merapi. Upacara labuhan ini diselenggarakan sebagai visualisasi mitos yang tanpa harus diceritakan secara lisan melainkan dipertontonkan kepada masyarakat guna meneguhkan kewibawaan Keraton Yogyakarta. Mengacu pada konsep analisis Roland Barthes, mitos merupakan versi imajiner mengenai sejarah, masyarakat dan kebudayaan. Mitos memberikan kerangka pemahaman yang menjelaskan segala yang terjadi di sekitar kehidupan manusia sehari-hari. Lapisan makna yang paling dalam dibalik mitos menurut Barthes adalah ideologi (Trifonas, 2003: 9-12). Ideologi yang ada dibalik mitologi Gunung Merapi adalah pelestarian hegemoni Kerajan Mataram dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa. Jalinan antara mitologi dan praktek ritual dalam sistem religi orang Merapi tidak dapat lepas dari kerangka great tradition yang dibangun oleh Keraton Mataram. Dalam hal ini, religi merupakan bagian dari basis legitimasi kultural untuk memelihara kekuasaan Kerajaan Mataram. Legitimasi kultural terhadap tatanan sosial dan kepemimpinan tradisional dengan memanfaatkan agama atau religi seperti ini menurut Peter L. Berger lazim terjadi di berbagai tempat di dunia karena agama merupakan instrumen yang paling efektif digunakan untuk melegitimasi suatu struktur sosial (Berger, 1991: 36-40).

Mitologi Gunung Merapi ini secara simbolik juga bermakna bahwa kekuasaan keraton menjangkau jauh di pelosok pedesaan bahkan sampai ke lereng dan puncak gunung, sebagaimana juga mitologi tentang penguasa laut selatan bermaksud menceritakan bahwa kekuasaan Keraton Mataram tidak hanya pada teritorial darat saja namun juga lautan. Secara simbolis Keraton Mataram ingin meneguhkan hegemoni kuasa kulturalnya. Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi oleh Keraton Yogyakarta diberi gelar Mas Panewu Suraksohargo menjadi representasi kehadiran keraton di kawasan tersebut.