• Tidak ada hasil yang ditemukan

FARMER PERCEPTIONS OF SOCIO-CULTURAL AND ECONOMIC VALUES OF WETLAND IN PERI URBAN OF YOGYAKARTA

B. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Nilai Ekonomi Lahan Sawah

Probabilitas persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah secara signifikan dipengaruhi faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan, lokasi lahan sawah dan factor internal yaitu pendapatan lahan dan nilai sosial-budaya lahan. Sementara itu, probabilitas persepsi petani kategori sedang terhadap nilai ekonomi lahan sawah secara signifikan hanya dipengaruhi faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan dan lokasi lahan sawah, sedangkan faktor internalnya yaitu nilai sosial-budaya lahan dan pendapatan hasil usahatani lahan sawah tidak berpengaruh signifikan. Hasil uji parameter estimates

Tabel 9. Faktor Yang Mempengaruhi Probabilitas Persepsi Petani Terhadap Nilai Ekonomi Lahan Sawah di Pinggiran Kota Yogyakarta

a. The reference category is: Tinggi.

b. This parameter is set to zero because it is redundant.

Hasil analisis parsial seperti yang tercantum pada Tabel 9. memperlihatkan ada perbedaan tingkat signifikan faktor-faktor yang mempengaruhi probabilitas persepsi petani kategori rendah maupun sedang terhadap nilai ekonominya. Hal ini tampak dari hasil penelitian yang menemukan ada kecenderungan petani yang memiliki lahan sawah dengan harga jual yang tinggi diikuti dengan persepsinya terhadap nilai ekonomi tinggi. Kecenderungan tersebut dibuktikan dari hasil analisis regresi logistik multinomial yang menemukan pengaruh harga lahan sawah pada persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah bersifat positif. Ini berarti jika harga lahan sawah semakin meningkat maka ada kecenderungan persepsi petani terhadap nilai ekonominya, juga akan semakin tinggi dan akan terjadi sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Irawan dkk., (2005:24-30) yang menemukan bahwa meningkatnya harga lahan pada titik tertentu dapat meningkatkan petani lain di sekitarnya untuk mengkomersilkan lahan sawah karena dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Pendapatan usahatani dalam mempengaruhi persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah hanya signifikan pada kategori persepsi petani rendah, sedangkan pada kategori persespsi sedang tidak berpengaruh signifikan. Pengaruh pendapatan usahatani dalam mempengaruhi rendahnya persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah bersifat positif. Ini berarti meningkatnya hasil usahatani lahan akan diikuti dengan meningkatnya persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah. Hal ini terjadi karena jika hasil usahatani memberikan pendapatan yang cukup maka petani akan memandang nilai ekonomi lahan sawah akan tinggi dan terjadi sebaliknya. Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat Cahyono (1983) yang mengatakan bahwa rendahnya pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian akan mendorong petani untuk mencari pekerjaan lain dan melepaskan lahan sawahnya karena dianggap tidak bernilai ekonomi jika diusahakan untuk pertanian.

Nilai sosial-budaya lahan hanya signifikan dalam mempengaruhi probabilitas persepsi petani kategori rendah, sedangkan kategori sedang tidak berpengaruh signifikan. Pengaruh nilai sosial-budaya lahan sawah dalam mempengaruhi rendahnya probabilitas persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah bersifat negatif. Ini berarti, ada kecenderungan petani

Persepsi Terhadap Nilai Ekonomi B Std. Error Wald df Sig.

Lahan Sawah (a) Lower Upper Lower Upper Lower

Bound Bound Bound Bound Bound

Persepsi Intercept 5.6253 .971 2.006 1 .015

Rendah Harga lahan sawah (X )2 .000 .000 4.891 1 .027 Pendapatan hasil usaha tani (X )3 .000 .000 3.972 1 .046 Nilai ekonomi lahan sawah (X )4 -.250 .110 5.105 1 .024 Lokasi lahan sawah (X )5 -5.046 1.571 10.314 1 .001 Aksesibilitas lahan sawah (X )1 .422 .197 4.568 1 .033

Persepsi Intercept 1.805 2.058 .769 1 .080

Sedang Harga lahan sawah (X )2 .000 .000 4.356 1 .037 Pendapatan hasil usaha tani (X )3 .000 .000 2.686 1 .101 Nilai ekonomi lahan sawah (X )4 -.059 .070 .704 1 .402 Lokasi lahan sawah (X )5 -3.395 .653 26.994 1 .000 Aksesibilitas lahan sawah (X )1 .301 .105 8.278 1 .004

Model fitting information: -2 Log Likelihood 227.665; chi-square 104.306 dan df 10 sig. 0.000. Goodness of fit indeks (GFI): Pearson sig. 0,989 dan Deviance sig.1.000

yang memiliki persepsi rendah terhadap nilai ekonomi lahan sawah akan memiliki persepsi yang tinggi terhadap nilai sosialnya dan sebaliknya petani yang memiliki persepsi tinggi terhadap nilai sosail-budaya lahan sawah akan memiliki persepsi rendah terhadap nilai ekonominya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Irawan dkk., (2005:21-22); Sudrajat (2013:165); Witjaksono (1996:113) yang menyatakan tingginya nilai ekonomi lahan karena adanya kenaikan harga lahan telah menyebabkan adanya perubahan cara padangan petani terhadap lahan yang dimilikinya.

Lokasi lahan secara signifikan berpengaruh dalam mempengaruhi probabilitas persepsi petani kategori rendah maupun sedang. Pengaruh lokasi lahan dalam mempengaruhi persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah bersifat negatif. Ini berarti, petani yang lokasi lahan sawahnya berada di pinggir jalan raya ada kecenderungan memiliki tingkat persepsi yang tinggi terhadap nilai ekonomi lahan sawahnya dan terjadi sebaliknya. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Sudrajat (2013:167) yang menemukan lahan sawah yang lokasinya berada di pinggir jalan raya dianggap lebih strategis karena memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga petani akan dengan mudah mengkomersilkannya dengan cara dijual, disewakan untuk digunakan non pertanian dan dirubah sendiri menjadi lahan non pertanian. Akibatnya, lahan sawahnya yang lokasinya di pinggir jalan raya lebih cenderungan dirubah ke arah horisontal (pertanian ke non pertanian) yang digunakan untuk berinvestasi di non pertanian (dibuat ruko untuk dipakai sendiri maupun dikontrakan). Demikian juga menurut Gunanto (2007:1-2), bahwa lokasi lahan yang berkembang pesat biasanya dekat dengan jalan raya dan secara ekonomis harga lahan akan terus meningkat sehingga mengkomersilkan lahan sawah untuk non pertanian menjadi tujuan utama.

Aksesibilitas lahan secara signifikan berpengaruh dalam mempengaruhi probabilitas persepsi petani kategori rendah maupun sedang. Pengaruh lokasi lahan sawah dalam mempengaruhi persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah bersifat positif. Ini berarti jika aksesibilitas lahan tinggi akan diikuti dengan tingginya persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah dan sebaliknya, jika aksesibilitas lahan rendah akan diikuti dengan rendahnya persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah. Hasil temuan ini sejalan dengan teori penggunaan lahan pertanian yang dipelopori oleh Von Thunen (1826) dalam Daldjoeni (1992), yang menyatakan bahwa lokasi lahan yang dekat dengan pusat kota (pasar) akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi (nilai sewa lahan) karena memiliki aksesibilitas yang tinggi terkait dengan ketersedian transportasi dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan lahan yang jauh dari pusat kota (pasar).

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

Perubahan sosial-budaya pada masyarakat petani pinggiran Kota Yogyakarta, salah satunya tampak dari prilaku sosial-budaya masyarakat petani yang tidak lagi memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan lahan sawahnya. Hal ini terjadi sebagai imbas dari kondisi lingkungan lahan sawah petani yang sebagian besar berada di lingkungan lahan terbangunan dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya sudah berada di lingkungan masyarakat non agraris.

Petani di pinggiran Kota Yogyakarta sebagian besar memiliki persepsi yang rendah terhadap nilai sosial-budaya lahan sawah, sedangkan petani yang masih memiliki persepsi kategori sedang dan tinggi relatif lebih sedikit. Sebaliknya, persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah sebagaian besar tinggi, sedangkan petani yang tergolong memiliki persepsi kategori sedang dan rendah relatif lebih sedikit. Keadaan ini memberikan gambaran

bahwa petani di pinggiran Kota Yogyakarta telah banyak yang memandang rendah terhadap nilia-nilai sosial-budaya lahan sawah, sedangkan terhadap nilai ekonominya dipandang lebih tinggi.

Probabilitas rendahnya persepsi petani terhadap nilai sosial-budaya lahan sawah secara signifikan dipengaruhi oleh faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan dan lokasi lahan sawah serta faktor internalnya hanya nilai ekonomi lahan sawah, sedangkan faktor internal lainnya yaitu pendapatan hasil usahatani lahan sawah tidak signifikan. Sementara itu, probabilitas persepsi petani kategori sedang secara signifikan hanya dipengaruhi oleh faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan dan lokasi lahan, sedangkan faktor internalnya yaitu nilai ekonomi lahan dan pendapatan hasil usahatani lahan sawah tidak berpengaruh signifikan.

Probabilitas rendahnya persepsi petani terhadap nilai ekonomi lahan sawah secara signifikan dipengaruhi faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan, dan lokasi lahan sawah serta faktor internalnya yaitu pendapatan lahan sawah dan nilai sosial-budaya lahan sawah. Sementara itu, probabilitas persepsi petani kategori sedang secara signifikan hanya dipengaruhi faktor ekternal yaitu aksesibilitas lahan, harga lahan dan lokasi lahan sawah, sedangkan faktor internalnya yaitu nilai sosial-budaya lahan dan pendapatan hasil usahatani lahan sawah tidak berpengaruh signifikan.

B. Saran

1. Perlu adanya upaya penguatan kembali nilai-nilai sosial-budaya lahan sawah dalam kehidupan masyarakt petani sebagai langkah untuk menekan komersialisasi lahan sawah yang mengarah pada alih fungsi lahan pertanian.

2. Penguatan pentingnya nilai-nilai sosial-budaya lahan sawah dapat dilakukan melalui sosialisasi atau pemberdayaan.

3. Pelaksanaan penguatan nilai-nilai sosial-budaya lahan sawah harus memperhatikan perubahan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal petani maupun di lingkungan lahan sawahnya dengan memperhatikan perkembangan harga lahan, lokasi lahan, aksesibilitas lahan dan pendapatan lahan sawahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni, N., 1992, Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek,

Penerbit Alumni, Bandung.

Departemen Pertanian, 2005, Profil dan Prospek Pengembangan Pertanian Pinggiran Kota,

Ringkasan Ekslusif, http://www.psedeptan.go.id/fileweb/pup1.html

Cahyono, B.T., 1983, Pengembangan Kesempatan Kerja, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi, FE-UGM, Yogyakarta.

Eckert, J.K, 1990, Property Appraisal and Assessment Administration, IAAO, Chicago Illinois, page 151-180.

Eldred G., 1987, Real Estate Analysis and Strategy, Harper & Row, Publisher New York. Gunanto E.S., 2007, Buku Pedoman Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya:

Konversi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan, http://www.pu.go.id/sekjen/ puskabijak/warta /web-001/kajian_3_ed1.htm.

Ilham, N., 2003, Perkembangan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya, IPB Press,Bogor.

Irawan, B., E. Husen, Maswar, R.L. Watung, dan F. Agus. 2005. Persepsi dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Multifungsi Pertanian: Studi kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Prosiding, Seminar Multifungsi Pertanian dan Konservasi Sumber Daya

Lahan, hlm. 21-43, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. McGee, T.G., 1997, The Emergence of Desa-Kota Region in Asia: Expanding a Hypothesis In

Norton Ginsburg, Bruce Kopel, T.G. McGee (eds), The Extanded Metropolis and Settlement Transition in Asia, Honohulu, The University of Hawaii Press.

Muhlisin, 2006, Wacana: Daerah peri urban, Jurnal Dinamika Peri Urban, Vol. 1-M, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITI, Tanggerang Banten.

Nasoetion, L. dan J. Winoto, 1996, Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya, terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan, Prosiding, Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras: 6482, Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Bogor.

Nothadiprawiro, T., 1990, Kriteria Penataan Ruang dan Implikasinya Untuk Keberlanjutan Penggunnan Lahan Bermaslahat, Makalah dan Seminar Nasional Penataan Ruang Untuk Sumberdaya Alam yang Efisien dan Berkesinambungan, HITI_UNHAS, Ujung Pandang.

Pryor, R. J., 1971, Definie the Rural Urban Fringe, In, Larry S., Bourne (ed.): The Internal Structur of the City: Reading on Space and Enviroment, Oxford: Oxford University Press.

Shengkel W. M., 988, Modern Real Estate Appraisal, Mc Graw Hill, p. 31.

Sudrajat, 2011 Strategi Petani Dalam Mempertahankan Kepemilikan Lahan Sawah Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Prosiding, Seminar hasil Penelitian Tahun 2011, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada: LPPM-UGM, Yogyakarta.

Sudrajat, 2011 Famer's Commitment on Rice Field Ownership and Its Infulencing Faktors in Peri-urban Area of Yogyakarta, Proceeding International Conference On The Future of Urban and Peri-urban Area, Yogakarta.

Sudrajat, 2013, Tinjauan Spasial Komitmen Petani Mempertahankan Kepemilikan Lahan Sawah dan Pemanfaatannya Di Kabupaten Sleman dan Bantul DIY, Disertasi, Pascasarjana, Faklutas Geografi-UGM, Yogyakarta.

Sudrajat, 2013, Penguasaan Lahan Sawah dan Keragaman Sumber Pendapatan Petani di Pinggiran Kota Yogyakarta, Jurnal Patrawidya, Vol.14 No.4. hlm. 663-679.

Sudrajat, 2013, Persepsi Petani Terhadap Nilai Sosial-Budaya dan Ekonomi Lahan Sawah Di Pinggiran Kota Yogyakarta, Laporan Penelitian, Fakultas Geografi UGM, Yogyakaryta.

Suprapto, 2010, Wawasan Nilai Dan Norma Sosial, http://carauntukbangkit. blogspot. com/2010/02/nilai-dan-norma-sosial.html.

Yunus, H. S., 2001, Perubahan Pemanfaatan Lahan Di Daerah Pinggiran Kota: Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta, Disertasi, Program Pascasarjana-UGM, Yogyakarta. Walter F., 1947, The Structure of Sosial Action: A Study In Sosial Theory With Special Land

Use In Central Boston, Harvard University Press, Cambridge.

Witjaksono, R., 1996, Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis, Prosiding, Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras: 113-120, Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Bogor.

USAHA KERAJINAN UKIR KAYU DESA MULYOHARJO