• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARVED WOOD CRAFT BUSINESS IN DESA MULYOHARJO KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA

F. Usaha Pengembangan Kerajinan Ukiran Kayu

Untuk meningkatkan usaha kerajinan ukiran kayu para perajin telah melakukan usaha pengembangannya. Usaha tersebut antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan modal. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting karena modal dasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil ukirannya. Sebagaiman dijelaskan sebelumnya kondisi perajin di Desa Mulyoharja sebagian besar tingkat pendidikan

masih rendah (hanya SD), dengan tingkat ketrampilan dasar atau hanya terampil. Untuk itu upaya pengembangan dan pembinaan perlu dilaksanakan secara terprogram, terpadu dan kontinyu. Jalur pembinaan dapat melalui formal dan non formal. Pembinaan melalui jalur formal, antara lain berkaitan dengan peran dan fungsi lembaga-lembaga pemerintah terkait, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Balai-balai Latihan yang terkait. Selain itu, melalui jalur formal misalnya melalui pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan, dan menjadi kurikulum sekolah (muatan lokal) mulai SD sampai SLTA seperti membuat pola, dan pengenalan alat.

Sementara untuk pembinaan melalui jalur non formal, antara lain terkait erat dengan peran dan fungsi berbagai lembaga non pemerintah diantarnya Kamar Dagang Indonesia, Dewan Kerajinan Daerah dan Nasional, Asosiasi Profesi terkait, dan perusahaan-perusahaan yang representatif. Selain itu, dapat diupayakan pula keterlibatan para pakar dan praktisi yang tidak terkait oleh lembaga-lembaga pemerintah atau swasta, yaitu mereka yang secara mandiri memiliki reputasi baik sebagai konsultan yang relevan (Gustami,2000:287).

Adapun usaha yang telah dilakukan oleh perajin untuk membina ketrampilan pengukir kayu secara non formal. Usaha tersebut antara lain oleh seorang perajin (Muslikin), dengan mengajak keponakannya untuk langsung ikut bekerja, untuk anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah dari pada menganggur, menampung anak-anak muda yang mau belajar mengukir. Bahkan anak-anak yang masih usia sekolah yang sudah tidak sekolah dari daerah lain seperti Kudus, Pati juga ditampung dan menginap untuk belajar mengukir. Kemudian dari Organisasi Sentral Industri Desa Mulyoharjo akan mendirikan Lembaga Pendidikan Ketrampilan (LPK), yang diharapkan nantinya dapat menjadi instruktur, tempat untuk Workshop bila ada kunjungan ke Sentra ukir kayu di Desa Mulyoharjo. Di samping itu, para perajin dan pengusaha diikutkan pameran untuk pemasaran dan pengalaman dengan daerah lain untuk saling tukar pengalaman. Dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tetapi juga memacu kemampuan para perajin dan pengusaha dalam membaca peluang pasar.

Menurut Gustami (2000:287) aspek-aspek lain yang cukup penting untuk meningkatkan efektifitas dan efesien pembinaan dan pengembangan ukir kayu dengan metode pendekatan, strategi dan teknik yang dipergunakan. Beberapa pendekatan yang dapat dianjurkan, antara lain pendekatan presuasif, ekonomi, budaya dan relegi. Bentuk-bentuk pembinaan yang tampaknya sesuai untuk diterapkan bagi masyarakat perajin antara lain On the Job Training,

in House Training atau melalui kelompok-kelompok arisan masyarakat perajin, yang termasuk bentuk pembinaan langsung turun ke lapangan. Selain itu, dapat digunakan bentuk pembinaan tidak langsung, yaitu memberikan informasi secara tertulis, majalah, contoh-contoh desain. Usaha pengembangan ini meliputi beberapa aspek, yaitu pengembangan produksi, modal, pemasaran, kemasan dan pengembangan distribusi.

Masalah modal ini juga tidak kalah pentingnya untuk pengembangan usaha kerajinan ukir kayu. Hal ini bisa dilihat para perajin yang berusaha hasil produksinya cepat laku, sementara modalnya terbatas. Mereka menjual sebagian hasil produksinya untuk membayar upah mingguan para tukang yang harus memenuhi kebutuhan keluarganya, terutam pada hari Kemis. Kondisi ini para perajin perlu modal yang dapat mencukupi bila hasil produksinya belum laku. Untuk itu, pemberian kredit dari pemerintah dengan bunga rendah dan proses pengurusannya mudah. Dengan demikian, modal yang cukup merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam usaha kerajinan ukir kayu.

Selanjutnya, dalam usaha pengembangan kerajinan ukir kayu ini Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara telah berusaha keras untuk memperbaiki berbagai sarana dan prasarana yang mendukung usaha perajin. Upaya itu antara lain berkaitan dengan peningkatan sarana dan prasarana produksi, transportasi, telekomunikasi, dan pemasaran. Sarana dan prasarana transportasi yang telah dibangun adalah jalan tembus Jepara Semarang sehingga dapat memperlancar transportasi dan distribusi, Jaringan pemasaran melalui berbagai cara dan media juga telah dikembangkan, baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional, antara lain promosi melalui pameran di dalam dan luar negeri.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

Desa Muyoharjo merupakan salah satu desa yang termasuk wilayah Kecamatan Jepara sebagian masyarakat dalam kehidupannya sebagai perajin ukir kayu dan desa yang unik dan spesifik karena di kaitkan mitos asal mulanya ukiran Jepara. Desa yang merupakan cikal bakal berkembangnya perajin ukiran kayu yang pada saat itu terkenal produk ukiran Macan Kurung. Ukiran Macan Kurung ini sudah tidak ada lagi produknya karena sulit pembuatanmya, hanya perajin tertentu yang bisa.Pada umumnya perajin lebih menyesuaikan keinginan konsumen baik dari dalam maupun luar negeri. Meskipun usaha kerajinan ukir kayu terutama produk mebel ukir Jepara mengalami penurunan, namum perajin atau usaha kerajinan ukir kayu di Desa Mulyohajo masih bertahan dan bahkan mengalami perkembangan. Produk yang dikembangkan tidak jenis mebel ukir, tetapi patung ukir dan almari ukir.

Usaha kerajinan ukir kayu di Desa Mulyoharjo mengalami peningkatan atau berkembang karena ada beberapa faktor pendorongnya. Faktor pendorongnya antara lain adalah (1) usaha kerajinan ukir kayu ini sudah dikembangkan menjadi daerh tujuan atau sentra kerajinan ukir di Jepara, (2) pemerintah dan instansi terkait mendukung dan mempromosikan, (3) sebelum menjadi wirausaha mereka sudah mempunyai ketrampilan sebagai pengukir sehingga akan lebih mudah berkembang dan sebagai modal dasar, (4) modal yang mengembangkan usaha ini tidak menjadi hambatan karena dapat meminjam melalui koperasi dan bank dengan kredit UKM. Namun demikian, usaha kerajinan ukir kayu ini ada faktor penghambatnya untuk lebih berkembang lagi. Faktor penghambatnya antara lain adalah (1) sumberdaya manusia terutama tingkat pendidikan yang rata-rata masih rendah yaitu tingkat SD, (2) adanya persaingan antar perajin mengenai harga jual dengan jenis produk yang sama, (3) minat generasi muda untuk menjadi perajin ukir kayu makin berkurang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan usaha kerajinan ukiran kayu perlu adanya peningkatan sumberdaya manusia dengan memberikan pembinaan dan pengembangan, serta pelatihan para perajin untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ukiran kayu. Upaya pembinaan dan pengembangan harus dilakukan secara terprogram dan kontinyu, melalui jalur-laur formal maupun non formal dengan memberikan bantuan pemasaran dan permodalan. Jalur formal antara lain berkaitan peran dan fungsi lembaga-lembaga pemerintah yang terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Dinas Tenaga Kerja, sedangkan jalur non formal antara lain lembaga non pemerintah terkait seperti Kadin, Dewan Kerajinan, dan para ahli yang tidak terikat lembaga pemerintah.

2. Peran masyarakat perajin dan tokoh masyarakat setempat, untuk lebih mengefektifkan fungsi dan peran organisasi para perajin OCI (Organisasi Central Industri) sesuai maksud dan tujuan dibentuk organisasi tersebut. Dengan demikian, permasalahan keterbatasan pemasaran, permodalan, teknologi produksi, sulitnya bahan baku, dan persaingan harga antar perajin yang kurang sehat, paling tidak dapat dikurangi atau diminimalkan.

3. Terutama untuk menghindari atau mengurangi persaingan harga jual antar perajin ukiran kayu, koperasi yang ada tidak hanya memberikan bantuan atau pinjaman modal tetapi dapat menampung hasil produksi perajin dengan harga standar.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Lestari, S, Dkk., 1994. Pekerja Wanita dan Industri Kerajinan Ukiran di Jawa Tengah. Yogyakarta: PPK UGM

Gustami, SP., 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara: Kajian Estetik Melalui Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta: Kanisius

Haryadi, K., 2010. Macan Kurung Belakang Gunung: Pendekatan Interdisiplin Seni Ukir 'Macan Kurung' Belakanggunung Jepara. Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara Nazir, M., 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Pemerintah Desa Mulyoharjo, 2011. Daftar Isian Potensi Desa Mulyohajo. Jepara: Pemerintah Desa Mulyoharjo

Sumber Internet

Isa, D.M, 2009. Kawasan Wisata dan Ukiran Kayu Mulyoharjo Jepara. Tugas Akhir Perencanaan dan Perancangan Arsitektur, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UMS

(http://etd. eprints.ums.ac.id/664711/ D300050012/pdf.) diunduh tanggal 28-12-2011 Organisasi Central Industri (O.C.I), 2011. Seni Kerajinan Kayu: Patung, Relief, Mebel &

Souvenir Desa Mulyoharjo-Jepara (http://www.swarajepara.com/?pilih= news&mod= yes&aksi lihat&id=71) diunduh tanggal 29-12-2011

Sulismanto, 2011. Kerajinan Ukir (http://www.jeparakab.go.id/index.php?option=com-conten&view=article&id=330& Itemi, diunduh tanggal 11-1-2012)

Ukir Jepara (http://alvinvernando.blogspot.com/ diunduh tanggal 11-1-2012 Ukir-ukiran Jepara Menjadi Trend Pasar Domestik Maupun Eksp