• Tidak ada hasil yang ditemukan

CENTRAL JAVA

C. Fungsi Ekspresi Diri

V. STRATEGI PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL CALUNG

Makna kata 'pelestarian' merujuk pada tiga pengertian meliputi perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Aspek pertama pelestarian menyangkut aspek perlindungan, yaitu sejauh mana sebuah warisan budaya tradisional tersebut dilindungi dari kepunahan. Aspek kedua berkaitan dengan pengembangan; sebuah warisan budaya tradisional tidak bisa dipersepsikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan selalu berkembang dan berubah. Ketiga adalah aspek pemanfaatan; warisan budaya tradisional diposisikan dalam ruang lingkup kebutuhan saat ini. Warisan budaya tradisional dapat dimanfaatkan secara positif untuk kebutuhan perorangan, kelompok masyarakat, maupun pemerintah. Melalui bidang pendidikan, warisan budaya dimanfaatkan untuk membentuk karakter dan jatidiri bangsa.

Upaya pengembangan dan pemanfaatan kesenian tradisional calung diarahkan dalam kerangka pembentukan karakter anak melalui kecintaannya pada kesenian calung. Seperti yang telah dilakukan oleh Mas Wendo Setiyono dan Ki Sumitro. Mereka aktif datang ke sekolah-sekolah guna melatih kesenian tradisional calung pada para guru dan siswa. Hampir seluruh sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten Purbalingga belajar memainkan calung. Tidak hanya di sekolah saja, banyak pula warga masyarakat yang ingin belajar memainkan alat musik calung datang berlatih ke Grup Kesenian Calung Wisanggeni (di kantor Dinas Kebudayaan), atau ke Rumah Sekar Cempaka (di rumah Mas Wendo), atau ke rumah Ki Sumitro di Rembang Purbalingga yang juga memiliki Paguyuban Seni Pedalangan dan Campursari 'Perwira Laras'.

Dalam rangka merevitalisasi budaya tak benda, tiga pilar utama dalam pembangunan kebudayaan, yaitu swasta/ lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, dan masyarakat merupakan unsur penting untuk mewujudkan dan menjaga keberlanjutan (sustainability)

revitalisasi kebudayaan tradisional tersebut. Oleh karena itu, dukungan yang telah diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga, khususnya Bidang Kebudayaan melalui berbagai

event yang diselenggarakan untuk mementaskan kesenian calung, dan partisipasi aktif semua warga masyarakat Purbalingga dalam melestarikan kesenian calung patut diapresiasi.

Melalui kesenian tradisional calung, masyarakat Purbalingga menganyam dan merajut mata rantai identitas yang berbasis kehidupan komunitas Banyumasan. Kesenian tradisional ini mampu berperan sebagai media ungkap identitas kebudayaan Banyumas. Hal demikian menunjukkan bahwa musik calung telah dirasakan sebagai 'milik sendiri' oleh masyarakat di lingkungannya. Calung diolah berdasarkan cita rasa masyarakat selaku pendukung keberlangsungannya. Hasilnya berupa sebuah ragam musik yang membumi, mewakili jiwa sebagian besar masyarakat Purbalingga, dan kemudian diterima sebagai tradisi yang diwariskan kepada generasi mudanya. Dengan demikian, upaya mengajarkan kesenian

calung di sekolah-sekolah di seluruh wilayah Purbalingga dan mementaskan calung dalam berbagai acara resmi merupakan suatu strategi pelestarian yang handal.

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa asal-usul kesenian tradisional

calung Banyumasan di Purbalingga berawal dari seni musik cengklung, berubah menjadi

krumpyung, dan saat ini dikenal dengan sebutan calung. Alat musik krumpyung mirip dengan

angklung sehingga sebagian masyarakat menyebut krumpyung dengan sebutan angklung. Perbedaan calung Purbalingga dengan calung dari daerah lain terletak pada posisi dan cara memainkannya. Calung di Jawa Barat dimainkan dalam posisi alat musik tersebut berdiri, sedangkan calung di Purbalingga posisi dan cara memainkannya seperti gamelan/ direbahkan.

Kesenian calung Banyumasan dalam penyajiannya terdiri dari dua jenis, yaitu pementasan utuh dan pementasan durasi pendek untuk keperluan tertentu. Pementasan utuh terdiri dari beberapa unsur meliputi: musik, tari, vokal, lawak, dan dialog. Pementasan durasi pendek hanya terdiri dari unsur musik dan vokal, atau musik, vokal dan tari. Instrumen musik

calung Purbalingga terdiri dari: gambang barung, gambang penerus, kethuk-kenong, dendhem, kendang, dan gong. Para pemain dalam suatu rombongan kesenian calung terdiri dari seorang pemimpin rombongan, penabuh, dan penari atau penyanyi.

Fungsi kesenian tradisional calung bagi masyarakat Purbalingga meliputi: fungsi tradisi, fungsi hiburan, dan fungsi ekspresi diri. Upaya pelestarian kesenian tradisional calung dapat diarahkan dalam kerangka pembentukan karakter anak melalui kecintaannya pada kesenian

calung. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa seniman calung yang aktif datang ke sekolah-sekolah guna melatih kesenian tradisional calung pada para guru dan siswa. Selain itu, pemerintah juga mendukung dengan memberi kesempatan kesenian calung tampil dalam

event-event resmi pemerintahan/ kenegaraan.

B. Saran

1. Melestarikan kesenian calung melalui jalur pendidikan formal, dengan memasukkan kesenian calung sebagai mata pelajaran kesenian lokal yang wajib diikuti semua peserta didik di semua tingkatan pendidikan formal di Kabupaten Purbalingga.

2. Masyarakat Purbalingga dan komunitas Banyumasan pada umumnya diharapkan memberikan dukungan nyata pada keberadaan kesenian calung, dengan mengundangnya pentas dalam berbagai event, baik di tingkat acara keluarga ataupun satuan masyarakat yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H.S., 2007. Paradigma, Epistemologi dan Metode Ilmu Sosial-budaya.

Makalah. Disampaikan dalam pelatihan ”Metodologi Penelitian” diselenggarakan oleh CRCS-UGM. Yogyakarta.

Tt., Peran dan Fungsi Nilai Budaya Dalam Kehidupan Manusia. Makalah.

Alsa, A., 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik, 2011. Kabupaten Purbalingga Dalam Angka. Kabupaten Purbalingga: Badan Pusat Statistik.

Herusatoto, B., 2008.Banyumas. Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta: LKiS. Kayam, U., dkk., 2000. Ketika Orang Jawa Nyeni. Pengantar Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA.

Penyunting Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA. Yogyakarta: Galang Press. Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kartikawati, S., 1984. Lengger Calung Banyumasan Di Desa Banjarwaru. Skripsi. Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Lindsay, J., 1991. Klasik, Kitsch, dan Kontemporer. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Moleong, L. J., 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pemda Kabupaten Dati II Purbalingga dengan LPM Universitas Gadjah Mada, 1997. Sejarah Lahirnya Kabupaten Purbalingga.

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor 40 dan 42 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan

Suharto, B., 1999. Tayub. Pertunjukan & Ritus Kesuburan. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Suhartono, 2011. “Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya Di Daerah Jawa Tengah”. Makalah Ceramah Workshop dan Festival Seni Tradisi, 19-20 Oktober. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Suhartoyo, 1992. Sekelumit tentang Kesenian Calung Banyumasan. Makalah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

Sumarsono, Siti Dloyana Kusuma, dan Saharuddin, 2007. Nilai-nilai Budaya Tradisional dan Kontemporer. Buku Panduan Diklat Teknis Kebudayaan Tingkat Dasar. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

__________ “Bambu Hitam” diunduh dari http://www.plantamor.com/index. php?plant= 1824, Rabu 11 April 2012, 14.45 WIB.

DAFTAR INFORMAN

No Nama Pendidikan Pekerjaan Alamat

1 Drs. Sri Kuncoro Sarjana Kepala Bidang Kebudayaan Purbalingga

2 Dra. Sri Pamekas Sarjana Kepala Seksi Pembinaan Purbalingga

Kesenian dan Kebudayaan

3 Wendo Setiyono, S.Sn. Sarjana Guru Seni Budaya SMPN I Purbalingga

Bobotsari

4 Susiyati, S.Sn. Sarjana Staf Kesenian Purbalingga

5 Ki Sumitro Purbo SMKI , Perajin Alat Musik Calung Purbalingga

Darsono sampai kelas 2

Dalang

6 Haryanto Sarjana Wirausaha, Pemerhati Purbalingga

Kesenian Tradisional Purbalingga

7 Dwi Cahyo Listiono SMA Wirausaha, Pelatih Purbalingga

Kenthongan Kingsan

8 Suprapto SMP Wirausaha, Pemerhati Purbalingga

Kesenian Tradisional Purbalingga

9 Taufan SMA Pelajar Purbalingga