• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi ini didesain dengan menggunakan pendekatan etnograf modern yang masuk dalam kategori aliran antropologi kognitif. Menurut kajian Goodenough (1957)18 budaya dalam suatu masyarakat

17

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2014.

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI.

18 Goodenough, Ward H, 1957, "Cultural Anthropology and Linguistics:, dalam

Report of the Seven th Annual Round Table Meeting on Lingustics and Language Study. (Penyunting P. Garvin). Washington D.C.: Georgetown University

terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercaya seseorang agar dia dapat berperilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, budaya bukanlah sebuah fenomena yang sifatnya material yang terdiri dari artefak-artefak kebendaan, emosi dan perilaku, namun budaya merupakan suatu bentuk pengorganisasian mengenai segala hal tersebut. Budaya merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang ditempatkan di dalam alam pikirannya dan melalui pikiran inilah, manusia akan mempersepsikan, menghubung-hubungkan dan akhirnya menginterpretasikan mengenai beragam hal.

Pemilihan pendekatan etnografi modern yang mengkaji bidang kesehatan ini, lebih didasarkan pada persoalan yang dikaji dalam penelitian ini berupa pengetahuan masyarakat Desa Miangas yang secara dominan ber-etnis Talaud mengenai kesehatan. Untuk itulah, dalam penelitian ini sangat membutuhkan beragam data yang aktual dan kontekstual. Data-data tersebut akan diperoleh melalui metode pengumpulan data berupa pengamatan terlibat, wawacara terstruktur, pengumpulan cerita-cerita kehidupan. Kedua, pemilihan pendekatan etnografis lebih disebabkan pada persoalan keterkaitan antara persoalan yang dikaji dengan sejumlah data primer dan subyek penelitian yang tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan latar belakang habitat aslinya. Subyek tidak bisa dicerabut dari akar kehidupan sehari-harinya.

Pengetahuan mengenai kesehatan merupakan fenomena yang sifatnya partikular-karakteristik. Hal ini membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih mendalam dan spesifik. Dalam penelitian ini, peneliti mencari sesuatu yang umum dan khusus dari sebuah kasus, namun hasil akhirnya selalu menyajikan sesuatu yang unik dan spesifik.

Dengan demikian, etnografi kesehatan merupakan kegiatan yang mendeskripsikan suatu kebudayaan secara holistik dan mendalam khususnya berkaitan dengan persoalan kesehatan

masyarakat. Bagaimana mereka membangun konsep, berperilaku dan menciptakan artefak dalam konteks kesehatan. Dalam riset ini, peneliti akan memaparkan segala hal yang berkaitan dengan kesehatan subyek dan konteks kehidupannya. Oleh sebab itu, peneliti wajib langsung turun ke lapangan untuk mencari data melalui informan. Tujuan utama dalam aktifitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli19.

Adapun kerangka konsep studi disusun berdasar teori Blum tentang status kesehatan dan unsur-unsur budaya dari Koentjaraningrat. Kerangka konsep yang digunakan dalam mempelajari status kesehatan dipengaruhi oleh: perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya. Terkait dengan tujuan penelitian yang akan mengkaji budaya kesehatan, maka tujuh unsur budaya merupakan kajian pokok untuk menggali budaya setempat yaitu: 1) alam, kedudukan dan tempat tinggal; 2) organisasi sosial dan sistem kekerabatan; 3) sistem teknologi; 4) sistem pengetahuan; 5) sistem mata pencaharian; 6) sistem religi; dan 7) kesenian20.

Dalam proses pencarian data yang berkaitan dengan ketujuh unsur budaya dalam kaitan dengan kesehatan tersebut, perlu adanya prosedur yang perlu dilalui. Secara bertahap, pencarian data harus dilakukan melalui beberapa rangkaian pentahapan seperti melakukan observasi kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat, observasi melalui keterlibatan atau partisipatif, wawancara mendalam, simak (mendengarkan) dan studi pustaka. Pengamatan dan wawancara mendalam melalui keterlibatan di dalam kehidupan masyarakat merupakan tahapan yang paling dominan dalam proses pencarian data dan menjadi elemen paling penting dalam riset etnografi. Terlebih dalam konteks ini, kehadiran peneliti merupakan bagian dari

19

Spradley, James P., 1997. Metode Etnografi (terjemahan). Yogyakarta: Tiara Wacana.

instrumen penelitian yang tidak bisa dipisahkan. Oleh sebab itu, pentingnya nilai "kehadiran" peneliti sebagai instrumen berimplikasi pada tidak adanya toleransi untuk menggantikan kehadirannya oleh orang lain atau digantikan dalam bentuk instrumen yang lain.

Sebagai konsekuensi, dimana peneliti sebagai instrumen penelitian, peneliti harus tinggal di lokasi penelitian dalam jangka waktu yang panjang. Lamanya kehadiran peneliti dalam kehidupan masyarakat memungkinkan peneliti dapat menggambarkan secara detail kondisi lingkungan geografis dan menangkap fenomena budaya yang dilakukan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan. Untuk memperoleh kedalaman informasi yang dapat menggambarkan realitas yang sesungguhnya, peneliti perlu melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) kemudian diikuti dengan tahap triangulasi. Ketekunan, kesungguhan, dan lamanya peneliti tinggal di kehidupan masyarakat yang ditelitinya akan menentukan reliabilitas (keajegan) data yang diperoleh. Agar penggalian data dapat terfokus pada masalah budaya kesehatan, peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara sebagai panduan menggali informasi kepada para informan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian di Desa Miangas menggunakan alur penelitian maju bertahap (The Development Research Sequence). Teknik ini didasarkan pada 5 prinsip, yaitu: teknik tunggal, identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian orisinal, dan problem solving.

Pertama, dalam penelitian etnografi, peneliti dapat melakukan

berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian, seperti wawancara etnografik, observasi partisipasi, membuat peta genealogis, dan sebagainya. Kedua, peneliti mengenali langkah-langkah pokok yang harus dilakukan dalam menjalankan

teknik tersebut. Dalam teknik wawancara etnografis Spradley21 menggariskan 12 langkah pokok, yaitu: (1) menetapkan informan, (2) mewawancarai informan, (3) membuat cacatan etnografis, (4) mengajukan pertanyaan deskriptif, (5) melakukan analisis wawancara, (6) membuat analisis domain, (7) mengajukan pertanyaan struktural, (8) membuat analisis taksonomik, (9) mengajukan pertanyaan kontras, (10) membuat analisis komponen, (11) menentukan tema-tema budaya, dan (12) menulis etnografi.

Ketiga, setiap langkah pokok tersebut sebaiknya dijalankan

secara berurutan atau maju bertahap. Keempat, peneliti melakukan proyek penelitian secara sungguh-sungguh. Kelima, teknik alur penelitian maju bertahap didasarkan pada pandangan Spradley 22 bahwa ilmu harus mempunyai kegunaan praktis dalam menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan.

Jenis data yang didapatkan meliputi data primer berupa pengetahuan (cara, prosedur, dan tahapan) yang dimiliki oleh masyarakat Desa Mingas. Data ini diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dan pengamatan. Kemudian data sekunder yang dibutuhkan berasal dari berbagai dokumen hasil penelitian sebelumnya melalui penelusuran dokumen dan pustaka terkait budaya dan permasalahan kesehatan di Etnik Talaud khususnya di Kecamatan Khusus Miangas, kemudian dokumen-dokumen yang berwujud data monografi desa maupun data kesehatan yang tercatat di puskesmas. Data sekunder diperlukan untuk memperkuat, melengkapi, atau menguji kebenaran data yang diperoleh dari informan. Data visual diperoleh dari pengambilan gambar dan film dengan menggunakan kamera.

21 Spradley, James P., 1997. Metode Etnografi (terjemahan). Yogyakarta: Tiara Wacana.

22

Marzali, Amri, 2007, Antropologi & pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana hal xvi-xvi.

Informan terpilih yang dilibatkan menjadi subyek dalam penelitian etnografi ini adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dan kemampuan mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya tentang pengetahuan budaya dan kesehatan. Informan terpilih tersebut, yaitu: pertama, sejumlah tokoh adat seperti Mangkubumi 1 dan dua, ketua-ketua marga, pendeta, kepala desa, guru dan tokoh masyarakat, Kedua, para pelaku pencari kesehatan di Desa Miangas baik penduduk setempat maupun pendatang, Ketiga, sejumlah pejabat birokrasi terutama yang terlibat dalam aktifitas kesehatan di Desa Miangas.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskripsi, interpretasi fungsi dalam sudut pandang emik dan etik, analisis keterkaitan dari data yang ditemukan, komparasi data sekunder dan data primer, serta triangulasi data. Adapun prosedur awal dalam teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertama, melakukan tahap reduksi data berwujud memisahkan antara data yang relevan dan kurang relevan, kedua melakukan pen- display -an data, yaitu dengan melakukan pengkategorian data, ketiga melakukan tahap verifikasi, dan penarikan simpulan 23.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa setelah data penelitian baik primer maupun sekunder terkumpul, peneliti akan mereduksi sekaligus juga mengkategorikan data mentah untuk diklasifikasi sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah tereduksi dan sudah diklasifikasikan ditampilkan (di-display), serta diverifikasi kembali untuk meminimalisir kesalahan dan ketidaktepatan dalam proses interpretasi data. Penafsiran terhadap data yang sudah terkumpul dilakukan pada tahap akhir untuk menemukan pola-pola, bentuk modus operandi partisipasi sekaligus juga solusi yang telah dilakukan oleh subjek penelitian.

Dalam melakukan analisis data, peneliti akan membahas secara sistematis berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian ini, yaitu: untuk mendeskripsikan, menjelaskan, serta menafsirkan konstruksi pengetahuan dan kearifan lokal komunitas masyarakat yang berpartisipasi dalam aktifitas kesehatan. Tahap selanjutnya, peneliti akan menganalisis tentang bentuk-bentuk praktik sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Miangas.