• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara yang ber-ibukota di Melonguane. Sebagian besar wilayahnya merupakan lautan, sehingga dikenal juga sebagai daerah maritim atau bahari. Memiliki luas laut sekitar 37.800 km yang membentang dari garis pantai Pulau Miangas hingga garis pantai Pulau Kabaruan. Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri membawahi 19 kecamatan yang tersebar di 17 Pulau, yaitu 11 kecamatan di Pulau Karakelang, 4 kecamatan di Pulau Salibabu, 2 kecamatan di Pulau Kabaruan, 1 kecamatan di Kepulauan Nanusa, dan yang terakhir 1 kecamatan khusus di Pulau Miangas41.

Secara umum status kesehatan di Kabupaten Kepulauan Talaud menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) pada tahun 2013 menduduki peringkat 326 dari 497 Kabupaten di Indonesia. Secara khusus, kabupaten ini berada di peringkat 12 dari 15 kabupaten yang ada di Sulawesi Utara. Adapun indikator kesehatan yang menjadi lampu kuning di Kabupaten ini adalah aspek pelayanan kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta kesehatan

41

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2014, Kepulauan Talaud

lingkungan yang belum memadai42. Sampai saat ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud telah melakukan berbagai upaya dalam bidang kesehatan. Mulai dari sisi organisasi dan manajemen, program pelayanan kesehatan masyarakat, sumber daya kesehatan, termasuk pembiayaan dan kemitraan, dan lain-lainnya untuk mencapai Indikator Derajat Kesehatan dari ujung Ibukota Melonguane sampai ujung utara Pulau Miangas43.

Kecamatan Khusus Miangas sendiri merupakan satu dari 2 kecamatan yang termasuk daerah DTPK yang berbatasan langsung dengan Negara Philipina, khususnya di Kecamatan Miangas dan Kecamatan Nanusa44. Sejak tahun 2006, Miangas dimekarkan menjadi sebuah kecamatan khusus. Berubahnya status ini membuat Miangas mendapat perhatian yang ‘lebih’ baik dari pemerintah. Salah seorang informan yang berprofesi sebagai kepala puskesmas di Miangas mengatakan,

“...Dibandingkan dulu, masyarakat masih susah cari beras, nda kaya sekarang, Miangas udah mulai terbuka, warga Miangas sekarang sudah mulai dimanjakan sama pemerintah, kapal sudah banyak yang masuk, beras udah ada, barang-barang dari kota juga sudah bisa dinikmati sama warga, ditambah lagi pembangunan-pembangunan udah banyak di Miangas...” (Kepala Puskesmas Miangas)

Meskipun mendapatkan perhatian yang ‘lebih’ dari pemerintah, bukan berarti ketersediaan pelayanan kesehatan di Miangas sudah memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas. Karakteristiknya sebagai pulau yang menyendiri dan jauh dari pulau-pulau lainnya, serta ekstrimnya cuaca di Samudera Pasifik tak jarang mengharuskan masyarakat survive, bertahan, dan berjuang ditengah

42

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2014.

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI

43 Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten

Kepulauan Talaud. Melonguane; Dinkes Kabupaten Kepulauan Talaud

44

Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil Dan Daerah

keterbatasan yang ada. Adapun potret kesehatan yang menjadi pembahasan pada bab ini adalah implementasi pembangunan kesehatan di Miangas, potret status kesehatan masyarakat, sistem pelayanan kesehatan, dan perilaku pencarian pengobatan (Health

Seeking Behavior).

3.1 Implementasi Pembangunan Kesehatan di Miangas

Merujuk pada arah dan strategi nasional dalam RPJMN 2010-2014 bahwa salah satu sasaran prioritas nasional adalah pembangunan dan pengembangan kesehatan khususnya ditujukan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang berada di wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 telah ditetapkan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan menjadi prioritas agar masyarakat yang berada di daerah tersebut dapat dengan mudah menjangkau pelayanan kesehatan yang terjangkau dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan45.

Salah satu perwujudan implementasi pembangunan kesehatan DTPK di Miangas adalah dengan berdirinya Puskesmas Miangas di tengah-tengah masyarakat. Puskesmas Miangas merupakan

satu-satunya pelayanan kesehatan medis yang dapat diakses masyarakat di Miangas, sehingga berperan sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan yang paling dasar dan terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sebelum terjadi pemekaran di Miangas pada tahun 2006, Puskesmas Miangas masih merupakan puskesmas pembantu yang berada di bawah puskesmas induk di Kecamatan Karatung. Seiring berubahnya status Miangas menjadi sebuah kecamatan khusus, maka status Puskesmas Miangas pun berubah menjadi puskesmas setingkat puskesmas kecamatan. Puskesmas Miangas sendiri sekarang telah

45

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di

memiliki 1 puskesmas induk dan 1 puskesmas pembantu (pustu) yang sama-sama berada di Desa Miangas dengan membawahi 766 jiwa dengan 210 Kepala Keluarga46.

Gambar 3.1. Puskesmas Miangas

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Secara umum, Puskesmas Miangas berfungsi seperti kebanyakan puskesmas lainnya di Indonesia, yaitu sebagai penyelenggara 6 program dasar seperti pengobatan dasar dan kegawatdaruratan, Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB), kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, upaya perbaikan gizi, serta pemberantasan dan penanggulangan penyakit. Meskipun Puskesmas Miangas berstatus sebagai puskesmas setingkat puskesmas kecamatan, ternyata masih terdapat beberapa fasilitas dan program-program wajib puskesmas yang tidak terlaksanakan, terutama yang berkaitan tentang penyakit dan penyehatan berbasis lingkungan.

Tidak terlaksananya program-program tersebut salah satunya disebabkan oleh tidak adanya tenaga kesehatan yang memiliki

kopetensi dalam menjalankan program tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang perawat senior di Puskesmas Miangas,

“...Program kita yang jalan cuma KIA, gizi, imunisasi, posyandu, sama pengobatan dasar. Promkes dan sanitasi nda jalan, karna nda ada yang pegang. Kan kalo disini cuma ada perawat, bidan, sama dokter, kan nda kompeten untuk itu no...” (Perawat Senior Puskesmas Miangas)

Pernyataan tersebut didukung oleh observasi peneliti selama di lapangan, program wajib yang dilakukan oleh Puskesmas Miangas hanya pengobatan dasar, persalinan, posyandu, dan imunisasi. Selama di lapangan, peneliti belum menemukan adanya upaya surveilens, penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan program-program pemberantasan penyakit menular secara spesifik yang dijalankan oleh puskesmas. Apalagi untuk upaya kesehatan pengembangan seperti pelayanan kesehatan gigi, kesehatan lansia, laboratorium dasar, dan upaya pengembangan lainnya, yang juga belum ditemukan oleh peneliti.

Gambar 3.2.

Kegiatan posyandu, imunisasi, dan pemeriksaan ibu hamil Sumber: Dokumentasi Peneliti