• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Informan 6 (Koordinator Pendamping PKH)

TEMUAN PENELITIAN

4.2. Temuan Penelitian

4.2.7. Deskripsi Informan 6 (Koordinator Pendamping PKH)

Informan keenam merupakan informan pendukung yaitu Koordinator Pendamping Kabupaten Aceh Timur, Saiful Fahmi, S.IP. Ia adalah pria kelahiran Aceh Timur dan berdomisili di Desa Putoh Sa Kecamatan Pante Bidari 30 tahun lalu, ia sering disapa dengan panggilan Fahmi. Ia adalah sosok yang bersahaja, pekerja keras dan humoris.

Ia bergabung di PKH Aceh Timur pada tahun 2012 dan saat itu menjabat sebagai Pendamping di Kecamatan Pante Bidari. Pada tahun 2016, Kementerian Sosial merekrut SDM untuk posisi Koordinator Wilayah (Korwil) khususnya di Provinsi Aceh, dan pada waktu itu yang menjabat Koordinator Kabupaten, Saudara Faizin, S.Psi lulus seleksi untuk menjadi Korwil Aceh III sehingga posisi Korkab Aceh Timur tidak ada yang menempati. Setelah mengikuti proses seleksi dan wawancara maka Tim Pelaksana PKH Aceh Timur memutuskan Fahmi sebagai Korkab untuk menggantikan posisi Faizin.

Sebagai seorang koordinator pendamping ia memiliki tugas yang tidak sedikit, ia memiliki setidaknya enam tugas penting, seperti yang diuraikannya dalam wawancara. Yang pertama, koordinasi, komunikasi dengan pihak terkait dan masyarakat Aceh Timur, pihak terkait lainnya seperti Dinas Pendidikan, Kesehatan, Lembaga Pembayaran, Tokoh Masyarakat atau agama, masyarakat umum seluruhnya yang mempertanyakan tentang PKH. Kedua, koordinasi pertemuan awal. Ketiga, melaksanakan pelaporan verifikasi komitmen PKH selaim bantuan tunai harus memenuhi komitmen, 85% 19 hari dari 23 hari belajar harus hadir di kelas dan juga kesehatan harus ke Posyandu untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Pemilihan Fahmi sebagai Korkab tidak salah lagi, Fahmi menjadi sosok yang sangat disenangi oleh teman-teman pendamping lainnya meskipun pada awalnya mereka menjalani proses rekrutmen yang sama, namun ia mampu merangkul teman-temannya dalam setiap permasalahan yang terjadi. Hal ini sebagaimana hasil permainan “tebak karakter” yang dilaksanakan pada saat FGD, dimana hampir seluruh peserta FGD menjadikan Fahmi sebagai orang yang akan dijumpai pada saat menemukan masalah.

Pada kegiatan FGD-pun Fahmi terlihat aktif dan banyak memberikan komentar positif untuk teman-teman lainnya. Ia meminta agar setiap peserta fokus selama melakukan kegiatan pertemuan kelompok, sehingga informasi yang disampaikan dapat terserap dengan baik dan peserta memperhatikan apa yang disampaikan.

Ia juga memberikan klarifikasi kenapa banyak kegiatan pertemuan kelompok yang terlihat kurang efektif. Hal ini dikarenakan tidak adanya pedoman khusus serta tingkat kemampuan pendamping yang bervariasi, dengan perbedaan karakter, pengalaman dan latar belakang pendidikan. Namun kedepan sudah ada solusi dari Kementerian Sosial, bahwa kegiatan pertemuan kelompok akan digantikan dengan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) untuk KPM dengan format kegiatan lebih terstruktur dan disediakan pedoman dalam pelaksanaanya.

Fahmi juga menyampaikan informasi penting terkait dengan tugas pendampingan pendamping PKH lainnya di Aceh Timur, seperti masalah komunikasi yang sering muncul dilapangan dimana peranannya dalam menyelesaikan masalah sangat dibutuhkan, dia mengakui bahwa untuk kelancaran

kegiatan, pendamping biasanya melakukan komunikasi dengan ketua kelompok, ketua membantu pendamping memberikan informasi kepada KPM tersebut, misalnya mereka memberitahukan jadwal kegiatan pertemuan kelompok, penyaluran bantuan dana, dan hal penting lainnya. Apabila ada KPM yang tidak hadir pada pertemuan kelompok, maka pendamping langsung mendatangi rumah KPM tersebut.

Fahmi mengakui bahwa pendamping PKH di Kabupaten Aceh Timur dalam pelaksanaan tugasnya sangat jarang melakukan kunjungan rumah, hanya pada saat ada kasus dan verifikasi bantuan rumah tidak layak huni. Mereka lebih sering melakukan kegiatan pertemuan kelompok apabila ingin menyampaikan hal-hal seperti tersebut diatas, pengakuan dari pendamping lainnya, Azhari dan Muhajir (peserta FGD) bahwa mereka tidak memiliki bahan dan kendala waktu.

Mereka juga menganggap dengan pertemuan kelompok akan lebih efektif dari pada harus mengunjungi rumah satu-persatu untuk pemutakhiran data. Padahal pada tupoksinya, pendamping harus melakukan pendampingan dengan cara pertemuan kelompok maupun kunjungan ke rumah KPM.

Tabel 4.9 Penyajian data informan 6 (Saiful fahmi-Koordinator pendamping)

Kategorisasi Unit Analisis Pernyataan Informan 6 Identifikasi

Pemaknaan

Kewajiban pendamping mereka harus melakukan pertemuan kelompok, wajib melakukan verifikasi kesehatan kemudian mereka wajib mendampingi KPM disaat melakukan pembayaran, pendamping juga diwajibkan untuk menfasilitasi KPM agar mendapatkan program bantuan yang sinergitas, contohnya seperti mendapatkan Beasiswa, Rastra (dulu Raskin) yang saya sampaikan tadi, kemudian seperti subsidi pupuk, listrik. Itu poin-poin umum

Tugas Pokok

Sebelum pembayaran mereka harus melakukan koordinasi dengan PT Pos tentang jadwal. Mereka juga melakukan pemutakhiran data sebelum pertemuan kelompok, hasil komponen pemutakhiran data tersebut akan menjadi dasar pembayaran nanti.

Sebetulnya proses kinerja Pendamping PKH berlaku fulltime, setiap hari, karena mereka diwajibkan untuk mengunjungi kerumah KPM, kadang-kadang KPM ada yang tidak memenuhi komitmen, misalnya tidak sekolah, jadi pendamping mengunjungi sekolah, Pendamping kemudian wajib mengunjungi rumah tersebut dan memberikan motivasi kepada KPM

Nah, kalau bentuk dukungan dari koordinatornya, disaat mereka melakukan pertemuan awal, mereka tidak tahu teknik atau cara, disitulah peran koordinator untuk memberikan contoh, disaat pendamping terkendala di lapangan misalnya melahirkan atau sakit maka koordinator yang menggantikan dan apabila pendamping menemukan masalah dilapangan, tidak bisa terselesaikan oleh Pendamping jadi koordinator ikut membantu menyelesaikan dan jika koordinator juga tidak bisa menyelesaikan maka harus berkoordinasi dengan Dinas.

Ini menyangkut dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pertemuan kelompok, terkadang ada pendamping ingin melakukan pertemuan kelompok dengan cepat, digabungkan beberapa desa, hampir 100 orang, teknik pertemuan kelompok tidak maksimal, ada juga sebagian pendamping yang buat di rumah

Membantu tugas Pendampingan Pendamping

ketua. Sebenarnya efektif 30 orang. Solusinya kedepan kita akan ada kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2), kalau di Aceh Timur belum kita laksanakan, Insyaallah diakhir 2017 akan dilaksanakan, itu pergantian dengan pertemuan kelompok, kegiatannya KPM tersebut wajib menghadiri P2K2, disitu KPM akan dibekali dengan modul-modul dari Kemensos, selama ini kan nggak ada modul itu. Sebelumnya kita cuma diwajibkan menyampaikan sosialisasi tentang PKH, komitmen, dan memberikan motivasi, kedepan P2K2 akan dibekali 14 modul, kita harus bekali KPM tersebut dengan modul itu, isinya tentang mengasuh anak yang baik, menjaga kesehatan, sukses menyekolahkan anak, ekonomi yang bagus dan lainnya

sistem pelaporan Pendamping PKH

Ada dilaporkan, sistem pelaporan pendamping tiap bulan1 kali, direkap dalam laporan bulanan, laporan bulanan tersebut seperti tekniknya seperti laporan biasa lengkap, dilampirkan dengan CKP, Ceklist Kegiatan Pendamping. Di CKP, Pendamping melakukan tanda tangan dan stempel hasil kinerja dengan Dinas terkait seperti sekolah, Posyandu, perangkat desa atau pihak kecamatan, laporan tersebut diupload dalam bentuk softcopy dikirim ke email saya, kemudian saya kirim ke Korwil, cc Dinas Kabupaten, dan Korwil kirim ke Pusat dengan cc Dinas Sosial provinsi

Sebetulnya kendala banyak, menyangkut dengan bantuan, tentang KPM yang sudah mampu itu enggan atau kurang ikhlas dikeluarkan dari PKH, di sebagian Kecamatan ada beberapa Pendamping yang mendapatkan ancaman ketika KPM itu dikeluarkan.

Kendala

psikologis KPM

Monev terhadap kinerja

pendamping

Tiap tahun ada monev. Jadi untuk monitoring koordinator ada dua, pertama administrasi Pendamping dan kedua menyangkut dengan kegiatan Pendamping di lapangan, untuk adminitrasi kita crosscheck di Pendamping bagaimana kesiapan adiminitrasi mereka, seperti formulir verifikasi, dokumen kegiatan, kemudian administrasi lainnya yang menyangkut kehadiran di kecamatan. Nah, menyangkut dengan kegiatan pendamping dilapangan kita akan melakukan monitoring di KPM, di layanan kesehatan, Posyandu, PT Pos dan kantor kecamatan, mempertanyakan dalam bentuk wawancara, bagaimana kinerja mereka, hasil monev ini dasar penilaian untuk pendamping.

Monev tahunan

Yang pertama menyangkut sistem pelaporan, apakah mereka buat asal-asalan atau sesuai dengan kejadian dilapangan. Kemudian sistem verifikasi, apakah mereka sering mengunjungi Posyandu atau sekolah, kemudian kita juga melakukan penilaian terhadap sistem kegiatan pertemuan kelompok mereka, kemudian kita juga melakukan penilaian terhadap sistem pembayaran mereka. Kadang-kadang ada pendamping disaat pembayaran tidak menyediakan form control, tidak mengatur jadwal dengan bagus sehingga banyak KPM antri, ini menjadi penilaian untuk mereka.

Mereka untuk kelancaran kegiatan mereka biasanya melakukan komunikasi dengan ketua kelompok, ketua membantu pendamping memberikan informasi kepada KPM tersebut, misalnya mereka memberitahukan kegiatan pertemuan kelompok, penyaluran bantuan dana. Kalau menyangkut dengan hal-hal lain komunikasi dengan perangkat desa, pelayanan kesehatan, pendidikan dan PT.Pos.

Kalau memang disaat ada KPM yang tidak hadir di Pertemuan kelompok, maka pendamping langsung mendatangi rumah KPM tersebut, disitulah kelebihan seorang pendamping dalam pelaksanaan tugasnya.