• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

4.2. Temuan Penelitian

4.2.8. Deskripsi Informan 7 (Tim Pelaksana PKH)

Informan ketujuh merupakan informan pendukung yaitu Eva Azlina, ST.

Wanita yang disapa Bu Eva ini merupakan PNS yang bertugas di Dinas Sosial Aceh Timur sejak tahun 2011, pada awalnya ia ditempatkan di UPT Lembaga Latihan Kerja (LLK) dan bertahan selama empat tahun menjadi instruktur. Pada tahun 2015 Bu Eva dipindahkan ke Bidang Pemberdayaan dan Bantuan Sosial (nomenklatur bidang pada saat itu) sebagai bendahara dan petugas operasional dan pelaksana PKH. Jabatan dalam kedinasannya saat ini adalah staf penyaluran bantuan sosial.

Sebagai petugas operasional Bu Eva bertugas membuat laporan bulanan dan laporan operasional keuangan tim pelaksana dan melakukan monitoring dan evaluasi ke lapangan. Menurut penjelasannya, PKH sendiri merupakan program Kemensos sejak tahun 2007, pada tahun 2012 Dinas Sosial Aceh Timur mendapatkan undangan untuk menghadiri pertemuan Rakornas PKH, lalu Dinas sosial Aceh Timur mengusulkan proposal untuk mendapatkan PKH. Pada tahun pertama, Aceh Timur mendapatkan bantuan di 11 kecamatan dan bertambah terus setiap tahunnya, hingga saat ini seluruh kecamatan di Aceh Timur telah memperoleh bantuan PKH meskipun belum mencakup semua warga miskin.

Dalam pelaksanaan tugasnya setiap unsur dalam PKH memiliki pedoman.

Namun Bu Eva menyayangkan bahwa tim personil dalam pelaksanaan PKH tidak pernah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas seperti pelatihan khusus untuk tim pelaksana, hanya rapat koordinasi yang dilaksanakan setahun sekali di tingkat provinsi maupun nasional dan hanya diikuti oleh satu orang perwakilan.

Sementara kegiatan rapat koordinasi tingkat Kabupaten hanya dilaksanakan di awal penerimaan PKH di tahun 2012.

Tim pelaksana PKH memiliki tanggung jawab yang besar untuk penyelenggaraan PKH, dengan cakupan 24 kecamatan dan melakukan monitoring terhadap 44 Pendamping, 4 operator dengan 11,400 KPM tidaklah mudah menurutnya. Setiap tugas mengacu pada petunjuk dan teknis yang diberikan oleh Tim Pelaksana Pusat.

Ia menambahkan bahwa jumlah pendamping yang melaksanakan sesuai dengan indikator yang ditentukan belum mencapai 100%, ada beberapa pendamping yang dianggap hasil penilaiannya kurang objektif dan memerlukan evaluasi ulang. Menurutnya, menjadi pendamping tidak mudah, banyak sekali permasalahan yang muncul dilapangan. Pada saat inilah tim pelaksana harus langsung turun untuk membantu menyelesaikannya, seringnya masalah muncul pada saat penerima PKH yang sudah mampu lalu dikeluarkan sebagai peserta PKH.

Setiap permasalahan yang dihadapi oleh pendamping selalu dibahas dalam pertemuan bulanan, baik persoalan tentang komunikasi pendamping ke KPM, permasalahan sulitnya koordinasi dengan pihak terkait, belum lagi protes masyarakat yang tidak menerima PKH. Pengaduan berbagai masalah dari pendamping ini selalu ditindaklanjuti dan dilaporkan ke tim pelaksana di tingkat provinsi maupun pusat.

Hasil evaluasi tim pelaksana PKH menunjukkan bahwa masih banyak KPM yang tidak memahami PKH dan tidak memenuhi kewajibannya sebagai peserta PKH. Sudah diperingatkan berkali-kalipun masih belum berubah, mereka

kurang peduli dengan kewajiban lebih cenderung mempertanyakan masalah jadwal pencairan. Meskipun ada juga yang patuh dan memenuhi kewajiban, menurutnya ini merupakan tantangan untuk tim pelaksana dan juga pendamping.

Masih banyak masalah komunikasi lainnya seperti tidak adanya alokasi dana untuk pengadaan bahan publikasi pendukung untuk kegiatan pendamping, seperti brosur atau poster serta kurangnya media seperti pengeras suara, LCD projector dan screen. Meskipun dana sharing sudah ada tapi belum mencukupi kebutuhan seperti ini, selama ini yang diprioritaskan untuk kebutuhan yang lain seperti bantuan transport untuk pendamping, sosialisasi kecamatan dan lainnya.

Tabel 4.10. Penyajian data informan 7 (Eva Azlina, ST, Tim Pelaksana PKH)

Kategorisasi Unit Analisis Informan 7 (Eva Azlina, ST. Tim Pelaksana PKH Aceh Timur) Identifikasi Pemaknaan

dalam tugas pendampingan

kegiatan pendampingan PKH

Banyak sekali tugas mereka sebenarnya, seperti misalnya sosialisasi tentang PKH, melakukan pemuktahiran / validasi data, membuat pertemuan bulanan. Terus melakukan kunjungan ke rumah KPM, fasdik dan faskes dan mendampingi KPM saat pencairan bantuan.

Tugas Pokok, Tugas Pendukung

tugas sampingan atau pekerjaan lain?

Sebenarnya kalau pekerjaan ditempat lain seperti PNS, atau pegawai perusahaan swasta nggak bisa, tapi kalau cuma honor atau bakti di kantor atau sekolah nggak masalah selama bisa komitmen dengan tugas dan tidak mengganggu kegiatan di PKH.

Boleh tapi bersyarat

Tim Pelaksana memberikan dukungan baik dari segi perlengkapan seperti ruangan rapat, ruangan kerja, infocus. Tim Pelaksana juga menyiapkan konsumsi rapat bulanan. Sedangkan untuk kegiatan pendamping dilapangan Tim Pelaksana menyiapkan administrasi seperti surat tugas dan lain-lain

Kalau media publikasi seperti brosur atau poster belum ada, karena dari pusat juga belum memproduksi. Dari APBK dana sharing juga belum ada alokasi dana

Ada dana dekonsentrasi untuk operasional kegiatan pendamping ada juga dana sharing untuk bantuan transportasi pendamping. Trus ada juga dana APBN yang digunakan untuk dana operasional pendamping dalam pendampingan KUBE di lokasi Quick Wins

Bantuan operasional untuk pendamping

Sistem pelaporan Pendamping PKH

mereka wajib membuat rencana kegiatan, laporan bulanan, laporan operasional keuangan

Laporan kegiatan (narasi dan

keuangan) belum memadai dengan jumlah pendamping ditambah operator sebanyak 48 orang di tambah 1 orang korkab PKH dan filing cabinet untuk menyimpan laporan bulanan.

Jadi pada saat mereka berkumpul baik itu ngasih laporan bulanan atau rapat bulanan, sering berdesak-desakan di ruangan bidang.

Tempat dan perlengkapan

Monev terhadap kinerja pendamping

Tim Pelaksana melakukan Monev dua kali untuk 24 Kecamatan dalam satu tahun, semuanya digilir, sebenarnya kami kewalahan dengan jumlah KPM dan Pendamping yang terus bertambah setiap tahunnya, karna dengan jumlah tim 6 orang tapi yang bisa turun

Pendamping mendampingi Tim Pelaksana PKH serta Operator dalam melakukan Monev. Dan kita sering mengajak Korkab, kalau ada rahasia yang pendamping tidak perlu tahu. Saya juga kurang

Setiap akhir tahun dilakukan evaluasi pendamping dan diberikan penilaian. Penilaian tidak hanya diberikan oleh Tim Pelaksana akan tetapi juga diberikan oleh korkab dan Tim Pelaksana Provinsi Tim Pelaksana PKH Kabupaten memberikan Penilaian berdasarkan beberapa indikator yang ditetapkan dari pusat, jadi yang dinilai itu ada dua. Penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi, kalau yang pertama itu dinilainya dari perencanaan kerja mereka, koordinasi dengan pihak terkait, monitoring, bagaimana mereka mengatasi masalah atau pengaduan masyarakat dan pelaksanan tugas rutin dan dinilai juga pelaporannya.

Penilaian kinerja operasional dan kompetensi

Nah kalau yang kedua, lebih bersifat kepribadiannya ya, seperti aspek dinilai bagaimana komunikasi dan hubungan interpesonalnya.

Orientasi terhadap kualitas, etika, kontrol diri dan terkait dengan penyelesaian mereka pada saat menemukan kendala dalam pekerjaan.

Pendamping sudah mencoba menjalankan tugasnya dengan baik akan tetapi kedepannya Tim Pelaksana tetap mengharapkan pendamping bekerja lebih baik lagi terutama menjalin komunikasi dengan pihak pihak yang memang memiliki kepentingan dalam PKH seperti camat, kepala desa, fasdik, faskes dan terutama dengan KPM nya sendiri. Yang selama ini dirasa masih kurang efektif mungkin karena keterbatasan kemampuan Pendamping dan media pendukungnya.

Kalau untuk dukungan dari aparat desa dan Kecamatan tidak pernah jadi masalah, hanya saja masih banyak KPM yang tidak memahami PKH dan tidak memenuhi kewajibannya sebagai peserta PKH.

Sudah diperingatkan berkali-kalipun masih belum berubah, mereka kurang peduli dengan kewajiban lebih cenderung mempertanyakan masalah jadwal pencairan. Tapi ada juga yang patuh dan memenuhi kewajiban, ini tantatangan lah buat kita dan pendamping yang harus sanggup mendampingi jumlah pendamping yang banyak.

Peningkatan

koordinasi dengan pihak terkait di lapangan

Sumber: Transkrip wawancara (2017)