• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

4.1. Proses Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 18 April 2017 setelah peneliti selesai melaksanakan seminar proposal kolokium pada tanggal 13 April 2017. Penelitian telah dibekali revisi dari proposal penelitian beserta persetujuan dari dosen pembimbing untuk melaksanakan ke tahap berikutnya dan juga pedoman wawancara yang akan menjadi acuan dalam melakukan wawancara dengan informan-informan terkait. Observasi awal dilakukan untuk memperoleh informasi yang akan dianalisis lebih lanjut sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Dengan demikian peneliti langsung ke lokasi penelitian yaitu Kantor Dinas Sosial Aceh Timur yang merupakan kantor Sekretariat Pelaksana PKH Jalan Medan-Banda Aceh KM. 370 Gedung nomor 9 Lantai 1 Idi, Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh.

Peneliti sebelumnya aktif bekerja sebagai staf bidang pemberdayaan dan bantuan sosial sejak tahun 2011. Pada tahun 2015 mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, peneliti dapat dengan mudah mengakses informasi untuk keperluan penelitian dan mendapat banyak dukungan dari seluruh pejabat di lokasi penelitian, terutama dari tim pelaksana PKH dan pendamping di Kabupaten Aceh Timur.

Tidak banyak perubahan yang terjadi, lokasi kantor Dinas Sosial masih berada di Gedung No.9 lantai satu Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur bergabung dengan Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang

berada di lantai dua. Meskipun terhitung Januari 2107 instansi yang sebelumnya bernama Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk berubah menjadi Dinas Sosial, perubahan ini sesuai dengan penerapan Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Timur. Dengan perubahan ini, semua aktifitas kedinasan akan lebih terfokus pada bidang sosial dengan pembagian tiga bidang kerja yaitu, Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin, Bidang Rehabilitasi Sosial dan Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

PKH sendiri berada dibawah tanggung jawab Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial. Hal ini sebagaimana ketentuan yang ditetapkan Kementerian Sosial RI (2016: 46) bahwa pelaksana PKH Daerah adalah Dinas/Instansi Sosial yang membidangi urusan perlindungan dan jaminan sosial. Personil pelaksana PKH di daerah terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Sosial dan tenaga pelaksana dengan Ikatan Perjanjian Kerja dengan Waktu Tertentu (IPKWT) yang terdiri atas Koordinator Wilayah Provinsi, Supervisor Kabupaten/Kota, Pendamping dan Operator. Sementara kelembagaan PKH terdiri dari: (i) Tim Koordinasi Teknis tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, dan (ii) Pelaksana Program Keluarga Harapan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

Ruangan di Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial terdiri atas tiga ruang, yang terdiri dari ruang kepala bidang, ruang staf dan operator komputer, ruang kepala seksi yang dibatasi oleh dua unit lemari dan dua unit filing cabinet dengan ruang yang dijadikan sebagai sekretariat dan tempat berkumpulnya pendamping dan operator PKH. Pada hari itu, ada tiga orang operator PKH dan

enam orang pendamping PKH yang sedang bertugas mendapat giliran piket – jadwal pendamping bekerja di sekretariat PKH – dan ada juga yang sedang bekerja menyelesaikan laporan operasional PKH yang terlihat serius dihadapan laptop masing-masing bersama tumpukan kertas yang berisi laporan-laporan kegiatan PKH.

Pada pertemuan pertama di Sekretariat Pelaksana PKH Kabupaten Aceh Timur, peneliti menjumpai ketua tim pelaksana PKH yaitu Bapak Agus,SE, M. Si yang sering disapa Pak Agus, untuk berkoordinasi tentang penelitian yang akan dilakukan selama tiga bulan kedepan. Peneliti melakukan wawancara singkat dengan Pak Agus selama kurang lebih lima belas menit. Beliau mengatakan bahwa peneliti diperbolehkan untuk melakukan penelitian dan dapat terlibat langsung dalam beberapa kegiatan pendamping yang akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2017. Selanjutnya Pak Agus menunjuk Eva Azlina, ST (bu Eva) yaitu pejabat pelaksana PKH yang menjabat sebagai bendahara sekaligus bagian operasional untuk membantu peneliti menuju ke proses penelitian berikutnya.

Di hari yang sama, peneliti langsung bertemu dengan bu Eva, beliau sangat terbuka dan menceritakan tentang kondisi PKH di Aceh Timur saat ini secara umum. Penelitipun menyampaikan tujuan dan fokus penelitian yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan dukungan dalam proses penelitian dari awal sampai akhir. Lalu peneliti meminta kepada bu Eva untuk menjadwalkan waktu wawancara dengan Pendamping PKH yang direkomendasikan.

Peneliti memperoleh beberapa informasi tentang daftar nama pendamping terbaik yang memperoleh nilai diatas 80 beserta nomor yang dapat dihubungi dan

juga pendamping lain yang direkomendasikan untuk menjadi subjek penelitian serta daftar piket pendamping yang hadir ke kantor sekretariat pelaksana PKH yang bertempat di ruang Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Aceh Timur. Nama-nama Pendamping PKH Kabupaten Aceh Timur yang direkomendasikan beliau antara lain:

1) Afrida, S.Sos,I dari Kecamatan Simpang Ulim, pada hasil penilaian kinerja pendamping dan operator SDM pelaksanan PKH Tahun 2016 mendapatkan nilai 84.

2) Hasmaul Husna, S. ST dari Kecamatan Idi Rayeuk, pada hasil penilaian kinerja pendamping dan operator SDM pelaksanan PKH Tahun 2016 mendapatkan nilai 83.

3) Tina Duana, S.Pd dari Kecamatan Idi Rayeuk, pada hasil penilaian kinerja pendamping dan operator SDM pelaksanan PKH Tahun 2016 mendapatkan nilai 82.

4) Indayani, S. Pd dari Kecamatan Nurussalam, pada hasil penilaian kinerja pendamping dan operator SDM pelaksanan PKH Tahun 2016 mendapatkan nilai 81.

5) Zulfiadi, S.Pd.I dari Kecamatan Peurelak Barat, pada hasil penilaian kinerja pendamping dan operator SDM pelaksanaan PKH Tahun 2016 mendapatkan nilai 81.

Setelah memberikan daftar nama pendamping yang direkomendasikan, bu Eva mengatakan bahwa akan menghubungi terlebih dahulu semua pendamping untuk kepastian jadwal dan akan menelepon peneliti untuk pertemuan selanjutnya.

Keesokan harinya pada tanggal 19 April 2017, peneliti kembali mendatangi sekretariat PKH Aceh Timur, pada hari itu juga peneliti mendapatkan jadwal wawancara yang telah disusun dan disesuaikan dengan waktu pendamping, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Jadwal wawancara pendamping PKH Kabupaten Aceh Timur

No Nama

Pendamping

Kecamatan Jadwal Wawancara

Lokasi wawancara

1 Hasmaul Husna

Idi Rayeuk 20 April 2017 Mushalla Desa Titi Baro Kec. Idi Rayeuk 2 Zulfiadi Peureulak 3 Mei 2017 Sekretariat PKH

Aceh Timur 3 Afrida Simpang Ulim 10 Mei 2017 Sekretariat PKH

Aceh Timur 4 Tina Duana Idi Rayeuk 12 Mei 2017 Sekretariat PKH

Aceh Timur 5 Indayani Nurussalam 13 Mei 2017 Rumah Informan

Pada hari yang sama peneliti juga memperoleh jadwal pertemuan kelompok bulanan yang akan dilaksanakan oleh pendamping pada bulan April dan Mei 2017. Dari lima orang nama pendamping yang tersebut diatas, pendamping yang akan melakukan pertemuan kelompok di bulan April dan Mei yaitu Hasmahul Husna pada tanggal 20 April 2017, Tina Duana pada tanggal 12 Mei 2017, Afrida dan Indayani pada tanggal 13 Mei 2017 dan Zulfiadi pada tanggal 17 Mei 2017. Setelah mendapatkan jadwal ini, peneliti ikut terlibat dalam pertemuan kelompok di 5 Kecamatan dan mewawancarai pendamping terkait dan beberapa orang KPM.

Ibu Eva juga menyarankan agar peneliti melakukan wawancara dengan koordinator pendamping Kabupaten atau sering disebut Korkab yaitu Saudara Saiful Fahmi, S. Pd (Fahmi). Fahmi bertanggungjawab mengkoordinir tentang

persoalan di PKH di lapangan dan memiliki banyak informasi terkait dengan kinerja dan kualitas dari proses pendampingan yang dilakukan oleh seluruh pendamping di Kabupaten Aceh Timur. Fahmi dapat menjadi subjek penelitian informan pendukung untuk menambah informasi tentang model komunikasi pendampingan yang dilakukan pendamping PKH di Kabupaten Aceh Timur.

Selanjutnya, peneliti menghubungi Fahmi dan beliau bersedia untuk diwawancarai pada tanggal 8 Mei 2017.

Informasi jadwal pertemuan kelompok yang diberikan oleh bu Eva tersebut menjadi acuan bagi pendamping untuk maju ke tahapan berikutnya.

Peneliti kemudian menghubungi via What’s App dan juga telepon seluler seluruh pendamping PKH yang direkomendasikan untuk mengkonfirmasi kembali kesediaan waktu dan tempat yang ditentukan.

Observasi pertama keterlibatan langsung peneliti adalah pada pertemuan kelompok yang dilaksanakan oleh Pendamping Kecamatan Idi Rayeuk yaitu Saudari Hasmahul Husna, S.ST yang akrab dipanggil Una pada tanggal 20 April 2017 di Desa/Gampong Titi Baro dan di Gampong Tanjong Kecamatan Idi Rayeuk. Keterlibatan dalam proses pertemuan kelompok ini membantu peneliti untuk mengamati secara langsung bagaimana model komunikasi yang diterapkan dan bagaimana kontruksi pesan yang dilakukan oleh pendamping.

Setelah mengikuti pertemuan kelompok tersebut, peneliti kemudian mewawancarai Una untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana pemaknaannya terhadap peran menjadi pendamping PKH di Kabupaten Aceh Timur. Peneliti juga melanjutkan wawancara mendalam dengan KPM Kecamatan Idi Rayeuk.

Pada tanggal 21 April 2017, peneliti kembali mengunjungi sekretariat PKH Aceh Timur dan menjumpai bu Eva. Peneliti mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai beliau. Sebagai informan pendukung beliau banyak menceritakan tentang awal mulanya penerimaan PKH di Kabupaten Aceh Timur hingga pelaksanaan sampai dengan saat ini, beliau juga memberikan informasi tentang permasalahan dilapangan dan temuan-temuan pada saat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan pendamping.

Sementara merangkum proses observasi awal, peneliti kembali ke Medan untuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Peneliti kembali lagi ke Aceh Timur pada tanggal 3-17 Mei 2017 untuk melakukan wawancara dengan pendamping yang direkomendasikan oleh tim pelaksana PKH dan juga mengikuti pertemuan kelompok sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan di lima kecamatan dampingan PKH.

Pada saat kunjungan ke lokasi penelitian di lima kecamatan diatas, untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti juga melanjutkan wawancara dengan masing-masing KPM PKH, mereka memberikan informasi terkait dengan proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping. Beberapa dari mereka masih malu untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang peneliti ajukan, mereka terlihat polos, apa adanya dalam memberikan jawaban. Adapun nama-nama informan pendukung dari unsur KPM adalah sebagai berikut:

1) Nurhayati dari Kecamatan Idi Rayeuk 2) Juraini dari Kecamatan Idi Rayeuk 3) Ramlah dari Kecamatan Simpang Ulim 4) Zalikha dari Kecamatan Peureulak Barat

Hasil wawancara dengan informan utama dan informan pendukung lainnya telah banyak memberikan masukan untuk mendukung data penelitian, dari lima orang informan utama hampir secara keseluruhan memiliki persoalan yang sama, begitu pula dengan informan pendukung yaitu dari KPM, data yang peneliti peroleh juga memiliki banyak kesamaan.

Proses wawancara dengan informan utama yaitu lima orang pendamping PKH berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian, namun belum terlihat dengan jelas bagaimana model komunikasi efektif yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur. Pendamping hanya memberikan jawaban dan gambaran tentang permasalahan yang sering muncul di lapangan. Peneliti menemukan banyak persoalan komunikasi antara pendamping dan KPM dan masyarakat yang tidak menerima bantuan PKH.

Proses pengumpulan data dengan wawancara dan observasi dalam waktu singkat belum dapat menjawab persoalan komunikasi PKH. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk mengumpulkan informan utama dan juga melibatkan lima orang pendamping yang lainnya yang memiliki nilai yang sama dengan informan utama dan juga pendamping dengan nilai dibawah 80 pada hasil penilaian kinerja pendamping tahun 2016 serta pejabat pelaksana PKH dalam sebuah diskusi yang lebih terfokus dan terarah untuk melihat perbandingan dengan sudut pandang dan pengalaman selama bertugas dalam pertemuan Focus Group Discussion (FGD).

Berdasarkan hasil diskusi selanjutnya dengan bu Eva, maka FGD disepakati untuk dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Juni 2017. Penelitipun kemudian mempersiapkan kerangka acuan kegiatan dan surat undangan untuk

dikirimkan ke seluruh pihak yang terlibat. Pada awalnya bu Eva mengatakan bahwa tempat pelaksanaan FGD di aula kantor Dinas Sosial, namun pada hari pelaksanaan, tiba-tiba ibu Eva mendapatkan informasi bahwa aula telah diisi oleh beberapa barang bantuan dan juga perlengkapan kantor lainnya, sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan disana. Kemudian kami mencari informasi dari teman-teman tentang lokasi yang nyaman agar FGD tetap terlaksana.

Akhirnya, kami mendapatkan informasi dari seorang teman bahwa tempat yang bisa dipakai untuk FGD adalah ruang belajar di Lembaga Pendidikan Orbit Idi dengan jarak tempuh kurang lebih 1 KM dari kantor Dinas Sosial.

Tepat pukul 11.00 WIB, FGD yang dihadiri 12 orang peserta, terdiri dari 10 Pendamping, 1 orang Tim Pelaksana PKH dan 1 orang Koordinator Kabupaten (Korkab) Pendamping PKH Aceh Timur dimulai. Meskipun ada 1 orang peserta (Afrida) yang berhalangan hadir karena sakit, FGD tetap terlaksana dengan sukses sesuai dengan tujual awal kegiatan.

Acara diawali dengan pembukaan dan sambutan dari tim pelaksana.

Peneliti kemudian melanjutkan dengan permainan “tebak karakter” yang telah disusun sesuai dengan topik FGD. Acara dilanjutkan dengan presentasi dari peneliti tentang maksud dan tujuan FGD serta pemaparan hasil observasi awal, pertemuan kelompok yang peneliti ikuti sebelumnya.

Selanjutnya peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendiskusikan tentang topik komunikasi dalam tugas pendampingan PKH yang telah mereka laksanakan di Kabupaten Aceh Timur serta permasalahan yang mereka hadapi dan solusi yang ditempuh. Acara ditunda selama kurang lebih 45 menit untuk istirahat

dan shalat dhuhur. Kemudian, peneliti menyimpulkan hasil diskusi yang disepakati oleh semua peserta FGD dan menutup acara pada pukul 14.30 WIB.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara mendalam dengan seluruh informan dan dokumentasi yang diperoleh serta hasil diskusi pada kegiatan FGD, maka dapat peneliti paparkan data yang telah direduksi sehingga dapat menjawab fokus permasalahan dan tujuan dalam konteks penelitian ini. Ada beberapa hal penting yang akan peneliti sajikan yaitu tentang profil PKH di Kabupaten Aceh Timur, deskripsi masing-masing informan yang peneliti urutkan berdasarkan nilai tertinggi dan pemaparan hasil wawancara mendalam dengan seluruh informan serta hasil kegiatan FGD yang dilaksanakan.

Setelah melakukan wawancara yang mengacu pada pedoman wawancara serta melakukan observasi peneliti kemudian membuat salinan wawancara kedalam bentuk transkrip dengan menuliskan setiap kata yang diucapkan oleh informan dalam proses wawancara. Hasil wawancara kemudian dikelompokkan menurut tujuan penelitian dan unsur-unsur dalam proses komunikasi yang dilakukan pendamping, yaitu sebagai berikut:

1) Model komunikasi yang sedang berlangsung dalam pendampingan PKH di Kabupaten Aceh Timur, yaitu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Tipe-tipe dari model komunikasi adalah tipe komunikasi satu arah dan self action, tipe komunikasi dua arah dan interaktif, dan tipe komunikasi transaksi.

2) Peran pendamping PKH dalam memaknai tugasnya melakukan pendampingan kepada penerima manfaat PKH di Kabupaten Aceh Timur.

Peran yang dilakukan pendamping dapat berupa sebagai peran fasilitator, peran pendidik, peran representasi, peran teknis, peran sebagai agents of change dan peran lainnya sesuai temuan di lapangan. Peran ini dapat dilihat dari alasan informan bekerja sebagai pendamping PKH, hasil observasi dalam pertemuan kelompok, triangulasi dengan informan tambahan dan laporan atau dokumentasi kegiatan.

3) Konstruksi pesan yang dilakukan oleh pendamping kepada penerima manfaat PKH di Kabupaten Aceh Timur, yaitu bagaimana pengalaman informan dalam melakukan pendampingan sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman pekerjaan atau organisasi, serta kemampuan dan karakter masing-masing pendamping. Konstruksi pesan yang dilakukan juga berdasarkan kemampuan adopsi dari KPM.