• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

4.2. Temuan Penelitian

4.2.5. Deskripsi Identitas Informan 4 (Zulfiadi)

4.2.5.3. Konstruksi Pesan Informan 4 (Zulfiadi)

Latarbelakang pendidikan, pelatihan peningkatan kapasitas, pekerjaan sebelumnya serta pengalaman organisasi di tingkat Desa sebagai tokoh masyarakat mempengaruhi konstruksi pesan Zol dalam melakukan pendampingan, hal ini sebagaimana penuturannya dalam petikan wawancara berikut:

“Pernah bekerja sebagai guru SMP Negeri 1 Nurussalam, sekarang ga lagi karna banyak aktifitas PKH terpaksa kita harus memilih, karna PKH kerja utama tapi guru kerja bakti. Pengalaman organisasi hanya sebagai Tuha Peut di Desa. Disebut juga KPMD, sebagai ketua”.

Pada pertemuan kelompok Zol melakukan persiapan administratif serta koordinasi dengan pihak terkait, hal ini dipaparkannya pada kutipan wawancara berikut:

“Kita sediakan absensi, kita buat notulen, kita juga koordinasi dengan aparat Desa, kadang kita libatkan juga dari pihak kecamatan. Kalo minta izin ke Keuchik diawal aja, tapi sekarang ga lagi, semua masyarakat udah tau”.

Dalam penyampaian pesan Zol terlihat bersahaja dan sering menggunakan lelucon yang membuat KPM tertawa. Sayangnya, Zol sesekali masih menggunakan istilah yang tidak dipahami KPM, sehingga membuat KPM tidak fokus mendengarkan pesan yang disampaikannya.

Tabel 4.6 Penyajian data informan 4 (Zulfiadi)

No. Kategori Unit Analisis Pernyataan Informan 4, Informan tambahan dan Hasil Observasi Identifikasi 1. Model

komunikasi pendamping

Lingkungan Fisik Pertemuan kelompok Komunikasi

kelompok

Tempat Di Balai Desa atau Meunasah Representatif

Waktu Kita sering buatnya pagi , sore pun ada, kalau memang KPM ada waktu malam, kita buatnya malam, kita buat per bulan ada yang per tiga bulan

Efektif

Kondisi Penerima Misal di Desa tersebut ada 15-20 ada juga paling banyak 100 orang per pertemuan di Desa Beusa Sebrang ada KPM lama 54 orang yang bari 49 orang, jadi digabung kita buat sekali pertemuan. Karena masyarakat peserta PKH umumnya buta huruf, pendidikannya ga tamat SD, ada juga yang SMP dan SMA, tapi rata-rata cuma

Pesan dan saluran (Pesan yang disampaikan) Misalkan ada perubahan bantuan, misalkan ada laporan-laporan dari sekolah atau ibu bidan kalau ada kesalahan-kesalahan KPM

Kita hanya menyampaikan lisan, kita liat situasi daerahnya, kalau misalnya didaerah tersebut banyak dari yang campur suku kita pake Bahasa Indonesia, cara penyampaiannya kita sampaikan langsung ke KPM, kita hubungi ketua untuk sampaikan informasi jadwal pertemuan kelompok, biar dikasih tahu ke KPM semua untuk datang. Waktu pertemuannya kita menjelaskan informasi, biasanya kalau ada keluhan atau yang bertanya, jadi bahasanya bisa teratur.

Bahasa Aceh, karena masyarakat disana umumnya masyarakat Aceh

Informatif Persuasif

Media pendukung Ga ada. Kita langsung sampaikan aja, ga pake media apa-apa, cuma maunya kalau lebih mantapnya ada infocus, kalu ada kan kami bisa nampakkan ke KPM kalau ada

New Media

masyarakat yang kelas bawah atau miskin udah sejahtera, paling kita foto menggunakan HP.

Umpan Balik Dengerin serius, apa yang kita sampaikan orang itu semuanya serius, gak ada yang main-main, mereka dengar karena menyangkut jumlah bantuan.

Kalau kita bilang ngerti, ya ngerti, karna kan biasanya orang itu apa yang kurang dari PKH orang itu paham meskipun waktu kita tanya orang itu ga bisa menjelaskan, misalkan ada terjadi pengurangan bantuan orang itu langsung tahu.

Kadang-kadang ada masyarakatnya yang sering jumpa dari yang belum hamil, kalau ada buat pertmuan begitu ngelapor udah hamil, ada juga masyarakatnya tanya tentang perincian bantuan, setelah kita buat pertemuan kelompok, orang itu udah paham

Model

komunikasi dua arah dan interaktif

Gangguan Biasanya yang tidak open, kita bisa prediksi, oh orang ini, kalau kita bilang banyak malasnya, biasanya orang seperti itu jarang ke Posyandu, jadi kalau ada denda-denda kek gitu seringnya orang yang memang jarang peduli. Trus kita buat ancaman, artinya kalau memang tidak komit terhadap PKH, kita keluarkan, kita menggunakan hanya yang mau peduli, untuk apa kita bina, dia sendiri ga mau dibina. Kendala lain paling masyarakat yang tidak dapat bantuan PKH, minta ingin jadi peserta pKH, kita kan sebagai Pendamping tidak bisa membuat penambahan, ya terpaksa kita hanya menjelaskan dan menunggu kapan ada penambahan.

Gangguan

Biasanya kami ada buat rapat bulanan dengan KPM, untuk memotivasi anak peserta PKH apakah dia anak yang wajib belajar dari SD sampe SMA atau anak Balita artinya kita menganjurkan mereka rutin ke Posyandu, agar tidak terjadi anak gizi buruk ataupun anak folio, kita tiap ada rapat selalu kita motivasi tentang pendidikan dan kesehatan, udah itu juga ada kiat-kiatnya, misalkan jika tidak memenuhi komitemen baik pendidikan maupun kesehatan artinya malas ke sekolah atau ke Posyandu akan dikenakan pemotongan biaya

Tugas Pokok dan Tugas Pendukung

Selain itu kami buat rapat untuk UEP, Usaha Ekomoni Produktif, disitu kita bisa buat kelompok, yang kita sebutnya kelompok usaha bersama (KUBE) untuk menciptakan usaha ekonomi produktif peserta PKH, agar bisa meningkatkan perubahan dari golongan yang miskin menjadi golongan yang sejahtera, artinya kita menciptakan lapangan kerja

Alasan menjadi Pendamping

Yang pertama, ingin berbakti kepada Negara, kemudian ingin berbakti kepada masyarakat yang ekonominya masih kelas bawah yang artinya masih tergolong keluarga sangat miskin

Aspek sosial

Peran dalam pendampingan

ada KPMnya yang terpaksa kita harus kerumah, biasanya kami ke rumah kalau ada masalah, misalnya anak nya bolos kesekolah, kami dapat informasi di sekolah trus kami kunjungi rumahnya, kalau ga ada masalah kami buat pertemuan kelompok kadang kami ada juga kunjungan kerumah hanya untuk kunjungan kerja.

(Pembagian waktu kerja) “Kita bagikan misalkan minggu ini kita buat pertemuan kelompok, saya di kecamatan Pereulak Barat itu ada 15 Desa, jadi dalam 15 Desa saya buat 10 titik tempat pertemuannya, jadi artinya dalam satu minggu kita udah clear masalah pertemuan kelompok, minggu selanjutnya kita buat kunjungan KPM, nanti minggu selanjutnya kita buat kunjungan ke Fasilitas Pendidikan, dan minggu selanjutnya kita buatnya ke Fasilitas Kesehatan. Jadi dalam 4 minggu, waktunya itu udah kita atur biar pas satu bulan

(Harapan KPM) yang pertama PKHnya jangan diputuskan, trus jumlah bantuan ditambahkan.

Kita kan ada sharing di rapat bulanan. Misalkan ada masyarakat di Desa Paya Gajah, hari itu kami turun bersama orang Dinas ada juga dari Jakarta, kami kunjugan dalam rangka KUBE, karna kami datang kerumah KPM dan rame-rame, dikira kami datang karna ada penambahan PKH, mereka datangi kami, minta agar jadi peserta PKH karna ada orang pusat, kita cari solusi karna itu kan suatu masalah, kita jelaskan sama yang bersangkutan. Kita udah pernah masukkan datanya tapi tidak ada penambahan. Hari itu ada IT waktu Bimtek di Provinsi, dia sampaikan bahwa peserta PKH diambil dari 3 unsur, pendamping yang

mengusulkan, Pemda dan dari PPLS.

Hubungan dengan KPM

Kita udah seperti keluarga, ada KPM yang berkunjung datang kerumah kekeluargaan

3. Konstruksi

pekerjaan/organisasi Pernah bekerja sebagai guru SMP Negeri 1 Nurussalam, sekarang ga lagi karna banyak aktifitas PKH terpaksa kita harus memilih, karna PKH kerja utama tapi

Diklat awal kontrak Pendamping PKH di Padang tahun 2013. Peningkatan kemampuan komunikasi Kemampuan

komunikasi

Ya itu lah karena ada masyarakat yang tidak dapat bantuan PKH nya, sulit menjelaskan ke mereka bagaimana sistem di PKH

Gangguan semantik dan psikologis Penguasaan terhadap

pedoman

Ada, tiap Bimtek ada buat 1 buku, tapi ga bawa. Kadang-kadang ada hal-hal yang

perlu kita gali informasi kita baca Dipelajari

Konstruksi Pesan

Persiapan kegiatan Kita sediakan absensi, kita buat notulen, kita juga koordinasi dengan aparat Desa, kadang kita libatkan juga dari pihak kecamatan. Kalo minta izin ke Keuchik diawal aja, tapi sekarang ga lagi, semua masyarakat udah tau.

Persiapan individual dan administrasi Sumber: Transkrip wawancara dan notulensi FGD (2017)