• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

4.2. Temuan Penelitian

4.2.13. Focus Group Discussion (FGD)

Metode FGD dilakukan dengan mengumpulkan dan mewawancarai sejumlah pendamping yang direkomendasikan oleh Tim Pelaksana PKH Aceh Timur. Peserta FGD terdiri dari pendamping dari informan utama penelitian dan peserta dari pendamping yang mendapatkan nilai dibawah 80.

Pada kesempatan ini peneliti juga melakukan proses triangulasi data, dimana topik permasalahan telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan observasi di lapangan dan wawancara mendalam dengan KPM. Topik utama yang dibahas dalam diskusi FGD yang bertemakan “Komunikasi dalam Pendampingan PKH” ini adalah tentang kegiatan-kegiatan komunikasi pendamping dalam tugas pokok yang dilaksanakan selama ini:

1. Komunikasi yang dilaksanakan dalam tugas rutin 2. Komunikasi dalam tugas persiapan program

3. Komunikasi dalam tugas pencatatan dan pelaporan serta tugas penyaluran bantuan.

Hasil diskusi selama kurang lebih tiga jam dapat dilihat pada tabel berikut ini, sesuai dengan pembagian topik diatas:

Tabel 4.11. Penyajian Data FGD Komunikasi dalan Pendampingan PKH

Rinawati “kegiatan pertama tugas rutin yaitu verifikasi Fasdikes (Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan) yang dilakukan pendamping PKH termasuk didalamnya pengisian Formulir verifikasi DMR (Digital Mark Reader). Poin kedua yaitu pemutakhiran data setiap 3 bulan sekali yaitu melibatkan KPM waktu biasanya pertemuan kelompok atau home visit atau kunjungan kerumah dia tidak datang ke pertemuan kelompok, ketiga yaitu pertemuan kelompok tergantung dari pendamping ada yang 3 bulan sekali, 6 bulan atau setahun sekali, keempat yaitu melakukan koordinasi dengan pihak Fasdik, Faskes (bidan desa), aparat desa seperti Keuchik/kepala desa, Camat, tim pelaksana kabupaten jika ada masalah apabila tidak bisa diselesaikan mandiri dilapangan, terakhir dengan kantor pos terutama pada saat pencairan. Kelima, kunjungan rumah ke KPM mungkin ada pengaduan segala macam tentang anak dari KPM. Keenam, ada mendampingi KPM pada saat pencairan di kantor pos, ketujuh, yaitu piket rutin sesuai jadwal yang ditentukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten. Kedelapan menerima dan menindaklanjuti pengaduan baik dari KPM maupun non KPM, tugas kita mencatat, menerima dan menindaklanjuti berarti harus diselesaikan. Kesembilan yaitu pencatatan dan pelaporan terutama sekali laporan bulanan”.

Kegiatan tugas rutin yang sering dilaksanakan

Muhajir Pertemuan kelompok dan nomor 4

Zulfiadi Paling dominan yang nomor 4 kak koordinasi dengan pihak fasdik/faskes dan lain-lain dan verifikasi Rinawati Entry data kesibukannya kelihatannya dikantor tapi dilapangan nggak kelihatan kak

Una Kalau menurut Una yang paling sering saat pemutakhiran data, karna waktunya tidak menentu bisa dilakukan setiap saat, karna gini cara kami koordinasi dengan masyarakat, kami lakukan melalui ketua kelompok, kalau ada perubahan data, ada yang hamil atau melahirkan mereka langsung melapor

Teknik

verifikasi dan pemutakhiran data

Zulfiadi Gini kak, kalo masalah verifikasi artinya kita melakukan tugas pokok tiga bulan sekali, disini kita verifikasi fasilitas pendidikan dan kesehatan yang menyangkut dengan pengisian DMR. Dalam hal ini ada syarat kalau melakukan verifikasi kita tahu apa kesalahan-kesalahan terjadi dilapangan, misalnya anak KPM malas sekolah jadi setelah kita verifikasi di fasdik ada hasilnya

Kita melakukan tiga bulan sekali tidak pernah tiap bulan

Ini kan tergantung teknik kita kerja masing-masing, kalau saya 3 bulan sekali, kalau misalkan kita punya banyak fasdik mencapai 40, tetap kita lakukan 3 bulan sekali, tidak mungkin kita kunjungi sekolah 1 bulan sekali, artinya kita kunjungi misalkan 1 desa ada 2 sekolah, kita bisa bagi pemukiman, pemukiman ini ada fasdik 10, bulan ini kita fokus disitu, bulan depan tempat lain

Azhari deadline seminggu, terasa sibuk kali, pagi sore harus kita kejar, kayak verifikasi pendidikan, kalau waktu dikasi 3 bulan sekali, bisa diminta 35 untuk seminggu, repot kita kak, kalau di Birem Bayeun ada 30 sekian sekolah yang perlu kita kunjungi dengan 1 pendamping. Kalau 3 bulan sekali aja susah kak dengan deadline 1 minggu kita turun satu satu nggak sempat

Una Kalau menurut Una itu tergantung teknik nya aja, kalau seandainya dalam satu bulan kita kejar siap juga, karna dulu sama kak Eka ke lapangan dalam 1 hari bisa 6 sampai 7 sekolah untuk verifikasi

Muhajir Kalau menurut saya saat sekolah (pelatihan) di Padang, non komitmen yang dikatakan itu disekolah berarti mendapat lebih dari 3 alpa, dibawah itu belum, kalau jumlah pemotongan uang kita belum berani memberitahukan bagaimana dipotong, kek mana dipotong, pengalaman yang sudah kita naikkan belum pernah dipotong dari pusat yang non komitmen, ini permasalahannya, maka kita tidak berani membahas ini secara pribadi, jadi ada tambahan sedikit lagi, untuk memudahkan mendapat informasi siswa yang non komitmen saya ada membuat satu surat, karena waktu saya sosialisasi ke sekolah ada laporan, kata pihak sekolah, mungkin kurikulum kita bilang, Pak, kalau bisa ini saran dari kami begitu, Bapak buatlah satu surat kehadiran siswa, dulu Bapak pernah buat sekarang tidak ada lagi katanya, kalau ada surat ini, siswa lebih aktif, siswa takut kalau ada surat ini, jadi disini kemarin saya konfirmasi lagi dengan Korkab, ada saya buat selembar surat SKKS berarti Surat Keterangan Komitmen Siswa, dengan kop Kementerian Sosial RI PKH, penulisan dibawahnya: Pendamping PKH Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur, dengan ini menerangkan bahwa nama yang tersebut dibawah ini adalah siswa yang mendapat bantuan PKH, tertulis nama siswa, tempat tanggal lahir, nama sekolah, kelas, NISN, jumlah alpa pada bulan, misalnya Januari, Februari, April, ditulis oleh pihak sekolah dan nama orang tua. Dibawah yang terakhirnya bahwa benar siswa yang tersebut diatas masih aktif di sekolah dan juga bantuan PKH masih diberikan, Pendamping PKH memohon kepada pihak sekolah untuk dapat mengisi jumlah alpa oleh Bapak atau Ibu guru, maka petugas Pendamping PKH dapat mengevaluasi, bantuan dapat diberikan sesuai

dengan kehadiran siwa sekolah, demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat diproses sebagaimana mestinya. Mengetahui Kepala Sekolah, petugas PKH kecamatan Madat…

Fahmi menyangkut dengan verifikasi kita petugas orang yang diberi amanah, ketika kita melakukan penyalahgunaan tugas atau wewenang akan berdampak dua hal, pertama bertentangan dengan Negara yang kedua dengan agama, tolong dilakukan rincian yang lebih mendalam kak Olie, ini kan menyangkut dengan kewenangan pendamping, kita berbicara tentang verifikasi kesehatan, di Posyandu kita mengenal 1 bulan 1 kali Posyandu. Nah, ketika KPM tidak hadir 1 bulan 1 kali maka otomatis non komitmennya adalah 100%, karena cuma 1 kali, kalau sekolahkan 23 hari, 3 hari tidak hadir berarti non komitmen 15 hari, kalau ini 100 hari, sama hal nya pemotongan dana 10%, nah ketika pendamping tidak menaikkan non komitmen. Apakah ini tidak bertentangan dengan agama? dan secara otomatis menyalahgunakan anggaran Negara, berhak mendapat 100 ribu tapi mendapatkan 125 ribu, 25 ribu ini adalah akibat dari penyalahgunaan pendamping, tidak menaikkan di verifikasi non komitmen, itu pe er kak, coba dikonsultasikan ke ulama menyangkut dengan tesis

Komunikasi

Una Dua tahun belakang nggak ada lagi kak”.

Fahmi Tahap kemarin nggak ada kak

Azhari Misalnya Negara nggak potong, efeknya ke kita juga nanti, masyarakat tanya, mana ada di potong?”.

Tina Iya kak seolah kita mengada-ngada

Una Ia banyak kejadian, banyak kali peraturan katanya, tapi nggak direspon

Eva Waktu saya ke sekolah di Birem Bayeun untuk Monev, guru melaporkan, orang tua murid hanya datang ke sekolah untuk minta surat aktif dengan menyembah-nyembah, kepala sekolah nggak tega, padahal udah dinasehati oleh guru jangan begitu lagi, tapi orang tua memaksa, dan anak mereka tetap nggak

Muhajir Ada sebulan sekali pasti ada kak

Azhari Jujur aja, ube yang na aju, pue na masalah teuman (apa adanya aja, apa masalahnya memang) Zulfiadi Ada kak, sebulan sekali kak, kadang-kadang kalau ada KPM yang musibah kak,

Muhajir „…kunjungan kerumah KPM itu satu kali itu tidak satu Desa semua rumah, ada 15 orang semua kita

kunjungi, tapi langsung ketemu ketua kelompok, misalnya ada laporan dari ketua, ibu ini ada permasalahan, baru kita turun

Kalau menurut Muhajir kunjungan ke setiap rumah KPM kalau secara aturan memang kewajiban pendamping, tapi untuk mengambil hari lebih efektif untuk bisa kerja dengan hal lain maka kalau saya sendiri berarti kalo ada hal-hal permasalahan saya bahas dalam rapat bulanan, karena kenapa, kalau di rapat bulan menurut absesn saya lihat orang KPM tidak datang 3 sampai 5 orang, tapi kalau ke rumah ga cukup waktu, maka saya sendiri mengambil inisiatif didalam pertemuan kelompok saya bahas apa permasalahan di lapangan

Salman Begini kak, masalah home visit dan pertemuan kelompok punya fungsi masing-masing, ketika penjelasan ingin akurat seperti masalah komitmen maka kita buat pertemuan kelompok bisa sekaligus, akan tapi homevisit juga sangat diperlukan, karena belum tentu semua dapat menyerap dalam pertemuan kelompok, kadang-kadang begini jika tidak ada anak KPM yang tidak berkomitmen sekolah, kita pasti tahu lihat absen di sekolah, misalnya dari SMP, ketika ke Fasdik ada informasi siapa yang tidak sekolah, itu jadi bahan evaluasi di kelompok, tapi orangtua pasti mengaku anaknya sekolah, nah disini kita perlu pendekatan ke rumah secara individual agar ada tolak ukur yang pasti, jadi jangan ketika dipertemuan menyampaikan anak rajin sekolah, kalau saya bilang tidak maka akan jadi beban moril bagi si orang tua, malu dengan kawan-kawan yang lain

Muhajir ada kami buat surat ini, untuk mengurangi beban waktu kita datang kerumah-rumah dengan ada surat komitmen ini tahu berapa jumlah alpa tiap bulannya, maka inisiatif sendiri saya minta izin pak Korkab, dan dibilang bagus kali dengan surat ini, waktu bisa lebih bermanfaat untuk hal-hal lain

Una Sedikit tambahan, bagus juga ada surat itu, pengalaman Una ke sekolah kami udah kasih list nama-nama anak PKH yang sekolah dirumah sekolah tersebut,namun saat kita bertemu dengan bagian kesiwaan mereka masih mencari-cari data yang pernah kami berikan, tapi dengan adanya surat ini KPM sebagai wali siswa bisa langsung ketemu dengan wali kelas di sekolah jadi lebih efektif langsung ke sasaran dan mereka langsung tahu ada alpa sekian. karna tiap siswa yang sekolah di rumah sekolah tersebut bukan dalam 1 kelas, jadi kalau saya membuka absen tiap-tiap kelaskan butuh banyak waktu, itu yang saya alami Kendala dalam

kunjungan

Azhari Nggak ada bahan kayaknya kak

Jadi masalah gini juga kak, kalau kita ngambil data, terus kita datang lagi kita ditagih lagi tentang bantuan

kerumah itu, seolah-olah kita menghindar dari orang ini, sayang juga kita lihat kondisi rumahnya, udah bertahun-tahun nggak dapat bantuan.

Zulfiadi Bukan kak, kayaknya karena waktu kak, misalnya kita tiap hari kerumah KPM Indayani Ada beberapa kampong yang nggak Inda datang yang jauh-jauh aja kak

Koordinasi dengan pihak terkait

Una Kalau kami di Idi Rayeuk, ada jadwal piket 2 hari dalam satu minggu, hari Rabu dan Kamis ganti ganti dengan teman lain, kalau komunikasi dengan pak Camat ada tetapi beliau minta perkembangan data tentang penerima PKH. Jangan sampe kalau ada pemeriksaan katanya kami dari Kecamatan nggak tahu apa-apa. Datanya belum lengkap karena ada beberapa hal dan lagi proses untuk kami lengkapi

Eva Banyak camat yang nggak tahu masuk dalam tim koordinasi, mereka tidak paham kalau punya tanggungjawab besar, pemahaman itu yang harus kita sampaikan, nanti akan kita bagi fotocopy SK Bupati tentang Tim Koordinasi. Mohon diingatkan kepada Camat atau pegawai lain di kecamatan bahwa pihak kecamatan punya tanggung jawab dan peranan penting untuk PKH yang bisa membantu kawan-kawan dilapangan

Azhari Kami ketemu Camat kalau ada kegiatan kak, baru kami koordinasi Komunikasi

dalam Tugas Persiapan Program

Salman A. Persiapan program,

1. Sosialisasi tingkat kecamatan, kita lakukan ketika PKH pertama masuk kedesa pada saat validasi pertama, kita melakukan koordinasi dengan Camat, fungsinya supaya Camat mengetahui sebagai stake holder, Camat sebagai salah satu pendukung PKH supaya dia mengetahui ada bantuan PKH yang masuk ke Desa berupa bantuan tunai tapi bersyarat, mereka harus paham tujuannya PKH dan siapa siapa yang mendapatkan bantuan PKH dan desa desa mana supaya kalau ada segerombolan manusia yang datang ke Camat mempertanyakan kenapa mereka tidak mendapatkan bantuan PKH, apa terjadi diskriminasi dari Keuchik, nah kenapa kita lakukan supaya tidak ada kesalahpahaman antara Pendamping, Camat,dan Keuchik.

2. Koordinasi dengan perangkat desa, seperti saya jelaskan tadi.

3. Tempat, ketika kita ingin melakukan pertemuan awal kita harus jelaskan tempat pelaksanaan, seperti aula kantor camat, Meunasah, balai atau tempat yang steril dan kondusif, muat beberapa orang dan dilengkapi tempat yang bisa kita tempel kertas seperti ini, tempatnya tidak semrawut agar konsentrasi pendamping lebih leluasa, penerima juga lebih paham lebih enak dalam

menanggapinya.

4. Menyiapkan materi, dalam proses validasi pertama pendamping harus menguasai materi makanya diadakan Diklat, karena saya yakin belum semua pendamping paham apa yang ingin disampaikan karena masih pertama, pasti ada yang ketinggalan, makanya kita sesuaikan kembali agar masyarakat paham yang kita sampaikan.

B. Melakukan pertemuan awal dengan calon peserta PKH.

1. Membagikan SUPA (Surat Undangan Pertemuan Awal) harus terjun ke desa dengan membagi ke rumah-rumah, ada yang tidak kita bisa berikan kita koordinasi dengan kepala desa.

2. Jadwal pertemuan, pertemuan yang dibuat terjadwal kapan dan dimana, jika secara lisan lupa makanya harus dibagikan dan datang tepat waktu.

3. Syarat yang harus dilengkapi oleh calon penerima bantuan, ini penting sekali karena masyarakat ini mendengar tapi tidak menghiraukan, kita udah sampaikan harus bawa KTP, KK, KIS dan sebagainya, tapi besok mereka tanyakan lagi sebenarnya apa yang harus dibawa. Kita harus banyak bersabar.

4. Tempat, ketika kita melaksanakan pertemuan, bisa buat dirumah atau Meunasah, atau tempat lain yang layak, konsultasi dulu dengan pak Keuchik.

C. Kecakapan dalam membangun komunikasi dan penguasaan materi, inti dari pembahasan kita, maka dapat dibagi:

1. Kecakapan komunikasi

a. Menguasai audiens, yang harus kita kuasai bahwa setiap ada masyarakat yang hadir harus paham karakternya secara cepat supaya penyampaiannya sesuai, jangan nanti peserta PKH sibuk sendiri kita harus paham kondisi masyrakat yang sudah bosan kita mencoba seloro agar terfokus dengan kita.

b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, layaknya di Aceh harus gunakan bahasa Aceh yang dapat dipahami masyarakat, daerah saya di pedalaman, jangankan bahasa lain Bahasa Indonesia agak susah dipahami, jangan kita campur-campur dengan Bahasa Inggris. Kita gunakan bahasa kampong, kita harus menguasai dan beradaptasi dengan masyarakat.

2. Penguasaan materi

a. Penjelasan tentang PKH, karena penting sekali kita pahami ini agar tidak kalang kabut ketika ingin menyampaikan, kita harus buat schedule apa yang ingin kita sampaikan, ada per poin jangan campur aduk, agar terarah dari A sampai dengan Z, ketika tidak nyambung masyarakat bengong, kita harus menyusun dengan baik agar bahasa teratur.

b. Tujuan PKH, kita harus menjelaskan dampak setelah mereka tidak dapat lagi PKH, kan dibatasi cuma 5 tahun, kita sampaikan tujuan PKH untuk memutus angka kemiskinan. Kita juga harus menjelaskan ke mereka bahwa masyarkat jangan cuma ambil uang saja tapi harus memanfaatkan untuk masa depan mereka, berarti tujuan pemerintah memutuskan kemiskinan tidak ada berarti paska diputuskan PKH mereka tidak ada apa-apa lagi,

c. Syarat dan komitmen PKH, mereka harus melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dipahami, nah itu harus kita jelaskan anaknya di pendidikan dan kesehatan, kita bisa verifikasi kembali, syarat dan ketentuan dan komitmen ini berlaku kepada mereka meskipun hanya datang di pertemuan kelompok, kita akan melakukan pengecekan kembali, karena komitmen itu yang utama.

d. Pencapaian akhir, program pemerintah ini harus diselesaikan dengan seksama sesuai visi misi untuk memutuskan rantai kemiskinan, itu yang harus kita sampaikan ke masyarakat, jangan sampai terlena dengan bantuan pemerintah,. Pemerintah punya visi misi dalam memberikan bantuan. Penguasaan materi ini harus kita sampaikan, agar peserta PKH dapat mengikuti program sesuai visi misi pemerintah.

3. Terakhir permasalahan yang terjadi,

a. Kevalidan data, saya rasa keseluruhannya merasakannya, kita selalu diserang masyarakat karna datanya tidak valid, arti kata, data ini tidak tepat sasaran, kita harus menguasai cara pemecahannya, masyarakat masih membandingkan jumlah kekayaannya, kita harus paham menjelaskannya yang mudah dipahami masyarakat agar kita bisa melepaskan diri daripada data yang tidak valid ini.

b. Koordinasi, sering terjadi apabila ada pergantian Keuchik, Keuchik pertama udah kita datangi

dan jelaskan tentang PKH dan pada pertemuan selanjutnya ada Keuchik baru yang marah-marah karena tidak paham, nah ini kita harus menjelaskan berulang kali.

c. Calon peserta sulit memahami apa yang disampaikan. Di pedalaman sering terjadi, masyarakat sudah tua, sebagus bagus bahasa kita nggak paham juga, pening juga kita rasanya. Yang dia tahu cuma pajan cok peng, maken le aneuk maken le peng (kapan ambil uang, makin banyak anak banyak uang) jadi ketika ada pengambilan uang kenapa kami berbeda jumlah uangnya, harus dijelaskan lagi, kalau ada pers yang datang seolah-olah kita tidak bekerja, padahal kita udah jelaskan secara maksimal tapi pemahamnanya tidak maksimal, begitulah kronologisnya, demikian terimakasih.

Permasalahan komunikasi dalam Tugas Persiapan Program

Azhari Saya mau tanya apakah sosialisasi PKH hanya untuk peserta PKH atau luar KPM karna pernah terjadi begini, masyarakat nggak tahu programnya dan data dari mana, sasaran pak Keuchik, masyarakat diluar mereka hanya menebak-nebak data dari si pulan dan berkembang isu-isu yang lain, sempat terjadi di kecamatan saya, ribut masalah dana, waktu dulu kan kita jelaskannya per komponen, bahasaya dapat dari luar, kita bilang anak SMP dapat 750 ribu, ditambah-tambahkan sama mereka, berarti dapatnya berjuta-juta katanya, sampai ribut di tingkat desa sampai kecamatan, karena sosialisasi PKH tidak masuk ke non KPM, rapat koordinasi udah besar melibatkan Kapolsek, Koramil, Camat, Keuchik dan yang demo tadi, itu kejadian 2014, pencairan pertama, ga ada maslah lagi, duduk bareng semua dijelasin.

Kita permasalahannya di data awal

Umar Kalau non KPM kita pendamping pun bisa menjelaskan, tapi kalau udah bermasalah ya harus melalui Keuchik penyampaiannya dan aparat desa yang lain

Una Pengalaman di tahun 2015 di Desa Kuala PP, paling parah dari desa yang lain bahkan Pak Keuchik angkat tangan nggak mau bicara dan berurusan dengan masalah PKH, solusi nya kita kumpulkan masyarakat, siapa yang mau tahu dan komplen tentang PKH, akhir cerita mereka mendengarkan yang kami jelaskan sampai sekarang nggak ada masalah lagi, dan harus kita jelaskan sumber datanya dari mana

Salman Memang kalo kita lihat pertama sekali pada semua sosialisasi pasti terjadi, karena baru masuk, masyarakat tidak paham, di Peureulak juga pernah terjadi, kita pikir sendiri solusi nya, kan dari Dinas sendiri ketika

kita laksanakan validasi pertama dalam waktu singkat dan sigap. Kita bisa konsultasi dengan Korkab, nah untuk konsolidasi dengan masyarakat yang tidak dapat PKH, kita sampaikan ke Keuchik jika ada masyarakat ada yang komplen tentang PKH jangan dibelakang tapi datangkan saja ke Meunasah pada saat kegiatan pertemuan PKH, agar dipahami masyarakat yang lain dari mana sumber datanya, ada kejadian di Gampong Seneubok Pidie Pak Keuchik tidak izinkan masuk apabila tidak kita lampirkan data yang ditandatangani Dinas Sosial, supaya penjelasan kita sesuai data yang tertulis, memang daerah basis disitu, pemahaman lebih tinggi tapi tidak paham, suaranya keras yang penting keinginan nya tersampaikan, jadi kita ambil solusi bahwasanya di validasi kita ada Bimtek dulu ada syarat mendapatkan PKH maka itu yang kita print, jadi kita pake kop Kementerian, Pak Keuchik menempelkan disetiap pos, jadi masyarakat bisa membaca sendiri.

Zulfiadi kita memang kekurangan media

Salman Kita buat aja kayak spanduk kita tempel di tiap mau masuk kampong

Azhari Satu lagi kak, masalah kepesertaan yang dipertemuan awal, misal kita kasih SUPA, kita salahnya termasuk saya juga, salahnya di pertama, karena waktu kita kasih SUPA kita bisa validasi langsung sebenarnya, tapikan waktunya mepet dalam seminggu harus siap pertemuan kelompok dan validasi data.

Waktu pelatihan di Padang ditanyain, kamu ngasih SUPA nya ama siapa? Ke KPM pak, ah bohong kamu, dia nebak terus, saya tahu katanya ga mungkin, dengan 600 KPM. Padahal memang saya kasihnya ke

Waktu pelatihan di Padang ditanyain, kamu ngasih SUPA nya ama siapa? Ke KPM pak, ah bohong kamu, dia nebak terus, saya tahu katanya ga mungkin, dengan 600 KPM. Padahal memang saya kasihnya ke