• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi

4.1.1.1 Deskripsi Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia terkait

Wawancara dilakukan kepada satu narasumber, yakni dosen pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma, Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd. Dari hasil

wawancara penulis dengan narasumber, ada beberapa hal yang menjadi poin penting dalam pengembangan modul pembelajaran, yaitu Modul pembelajaran bahasa indonesia secara umum mampu memberi kemungkinan untuk menghemat waktu dengan baik sejauh mahasiswa mau belajar mandiri secara efektif. Selain itu, keuntungan lain dari penggunaan modul adalah mahasiswa dapat melihat tulisan-tulisan sehingga masalah penulisan ejaan kata dan lain sebagainya bisa menjadi asupan bagi pembelajar untuk bisa menangkap dengan baik. Adanya modul juga dapat memberi fasilitas ekstra bagi mahasiswa dalam mengatur kecepatan belajar. Hal tersebut dikarenakan kecepatan tiap-tiap mahasiswa dalam memahami suatu materi berbeda-beda. Dengan adanya modul, mahasiswa bisa mengulang apa yang ia pelajari apabila mahasiswa tersebut lambat dalam belajar atau kurang memahami materi dengan baik. Sebaliknya, apabila mahasiswa itu cerdas, maka ia bisa lebih cepat belajar. Modul juga memberi kemungkinan variasi sesuai dengan kecenderungan sifat belajar mahasiswa. Misalnya, ada mahasiswa yang sangat peka dengan tulisan, ada yang kurang. Modul menyajikan kelengkapan untuk membantu dalam hal tersebut.

Menurut narasumber, hal yang tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran menulis artikel opini adalah contoh. Kita semua belajar dari contoh. Sejauh itu membantu dalam pembelajaran menulis artikel opini, semakin banyak contoh akan semakin baik. Setelah membaca contoh, mulailah berlatih langsung menulis artikel opini sesuai dengan contoh yang telah kita baca. Hal tersebut dikarenakan aspek meniru tidak bisa dihindari dalam hal bahasa. Sedari kecil, manusia belajar bahasa dari lingkungan sekitar. Dengan banyaknya pengalaman

mendengar, membaca, dan lain sebagainya, pengetahuan kita akan semakin kaya. Semakin banyak bacaan yang kita baca, semakin luas khasanah pengetahuan yang mampu membantu kita dalam berpikir dan kemudian mengungkapkan pengalaman yang kita miliki dalam sebuah artikel opini. Jadi, mahasiswa harus banyak membaca contoh, baik secara langsung dari guru maupun dari luar. Adanya internet sangat membantu mahasiswa dalam menemukan contoh dengan luar biasa mudah. Tinggal mahasiswa tersebut mau mencari dan membaca atau tidak.

Narasumber tidak mempunyai modul khusus untuk mengajar materi menulis artikel opini. Narasumber mengatakan bahwa beliau tidak sempat menyiapkan modul khusus tersebut dikarenakan materi dalam belajar bahasa indonesia untuk program studi di luar bahasa indonesia sangatlah banyak. Dengan keterbatasan tersebut, narasumber merasa bahwa penyediaan/pengembangan modul khusus untuk menulis artikel opini sangatlah bagus. Hanya saja, narasumber merasa bahwa akan ada kesulitan waktu dalam implementasinya. Menurut narasumber, kurikulum, silabus, RPS dan lain sebagainya disusun oleh tim. Dengan demikian, narasumber berharap penggarapan isi modul akan sangat bagus apabila tim bisa menggarap sekian banyak topik yang termuat dalam materi pembelajaran bahasa indonesia.

Narasumber kembali menekankan bahwa kesulitan yang dialami dalam pelaksanaannya sebagian besar berupa pengenalan awal. Pengenalan awal tidak bisa mendalam, melainkan berupa aspek yang masih harus disesuaikan dengan minat dan kemampuan dosennya. Setiap dosen mempunyai karakteristik yang

berbeda beda. Materi yang diajarkan bisa sama, namun cara menyampaikan, bobot, dan lain sebagainya tergantung dari pengalaman dosen tersebut. Narasumber juga mengatakan bahwa sejauh ini belum pernah menggunakan modul dalam pembelajaran bahasa indonesia, khususnya materi menulis artikel opini.

Narasumber mengatakan bahwa ketertarikannya terhadap penggunaan modul dengan metode tertentu tergantung dari keterjangkauan modul tersebut kepada mahasiswa. Narasumber kerap kali mendorong mahasiswanya untuk selalu mencari sumber belajar sendiri. Menurut narasumber, zaman sekarang aspek kebaruan tidak bisa dihindari dan selalu muncul setiap harinya. Berbeda dengan zaman dulu yang serba terbatas, sekarang mencari sumber belajar sangatlah mudah dan banyak, baik yang menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris. Maka, seringkali mahasiswa harus membaca sendiri, membatasi waktu untuk mencari seberapa banyak sumber belajar yang dibutuhkan, yang cocok untuk mahasiswa tersebut. Maka dari itu, kecepatan membaca sungguh menjadi hal yang penting dalam hal ini, selain keterampilan di dalam menggunakan teknologi tentunya. Narasumber kembali menegaskan bahwa proses pembuatan modul yang terlalu lama membuat isinya menjadi tertinggal dan tidak up to date. Namun, keuntungan dari modul adalah dosen dapat menyesuaikan minat dan kondisi mahasiswanya dalam situasi tertentu. Selain itu, latar belakang mahasiswa yang berbeda-beda menjadi salah satu faktor yang menguntungkan dalam penggunaan modul. Narasumber mengatakan bahwa aspek latar belakang SMA yang berbeda-beda dari tiap mahasiswa membuat kebiasaan

belajar mahasiswa menjadi berbeda pula. Ada yang maju atau unggul dalam kebiasaan belajar, namun ada juga yang belum. Ada yang sudah lancar menggunakan internet, namun ada juga yang belum.

Kendala yang dialami narasumber dalam pembelajaran menulis opini adalah bagaimana cara mendorong mereka supaya mempunyai motivasi untuk menulis artikel opini. Syukur apabila motivasi tersebut menjadi motivasi yang intrinsik, meskipun hal tersebut tidaklah mudah direalisasikan. Narasumber berpendapat bahwa mahasiswa sudah mengeluarkan banyak waktu dan energi untuk menguasai bidang studi mereka sendiri, sehingga dosen merasa bahwa beliau juga tahu diri untuk tidak semakin menyulitkan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa indonesia.

Sementara itu, menurut beliau keterampilan menulis apabila tujuannya sampai pada mampu menulis opini dengan baik, harus membutuhkan jam terbang. Maka, mahasiswa harus semakin banyak menulis agar dapat semakin diakui. Narasumber mengatasi kendala yang ia alami dengan cara menunjukkan manfaat dari kemampuan menulis artikel opini bagi mahasiswanya. Beliau menjelaskan bahwa di dalam kehidupan, kemampuan menulis artikel opini menjadi sangat penting karena setiap harus mampu mengungkapkan pendapat dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Kita mungkin sudah terbiasa mengungkapkan pendapat dengan misalnya saja, sms atau pesan singkat yang lain. Namun, penting untuk diketahui bagaimana cara mengembangkan pendapat tersebut dengan terurai dan logis. Menjawab ujian dan menulis skripsi juga merupakan salah satu kegiatan yang menuntut kemampuan menulis

artikel opini. Kemampuan berpikir mahasiswa dalam membentuk opini sebenarnya sudah terlatih melalu hal-hal kecil yang sering ditemui. Narasumber berharap, dengan mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan, mahasiswa dapat semakin bersemangat.

Pada prinsipnya, pengembangan modul menulis artikel opini dapat menambah ketersediaan materi. Semakin banyak tersedia materi, akan semakin baik pembelajaran tersebut, karena semakin banyak kemungkinan yang dapat dipilih oleh mahasiswa untuk mengembangkan diri. Pengembangan modul juga dibutuhkan karena dengan demikian mahasiswa dapat semakin terarah dalam belajar, meskipun tidak bisa memberikan semua materi dan terkhusus pada pembelajaran menulis artikel opini saja. Narasumber juga meminta agar pengembangan modul tersebut memperhatikan aspek rujukan. Narasumber meminta agar daftar pustaka lebih dari satu dan minimal terdiri dari tiga rujukan. Narasumber mengatakan bahwa dirinya dulu pernah mengembangkan modul dalam berbagai bentuk, seperti modul membaca, modul menulis, dan lain sebagainya. Beliau membuat modul pembelajaran secara umum, tidak secara khusus. Namun, beliau mengeluhkan bahwa modulnya kerap kali mudah tertinggal zaman. Tuntutannya adalah harus mengganti atau memperbarui modul tersebut tiap satu atau tiga tahun sekali. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka aspek bentuk dan isi yang diungkapkan akan tertinggal, karena situasi dan kondisinya selalu bergerak.

Narasumber mengharapkan adanya modul yang dari segi isi bisa memuat materi selangkap mungkin, teratur, dan terorganisasi dengan baik. Selain

itu, kebenaran dalam modul tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Tak lupa juga bahwa modul tersebut harus dapat memberikan contoh konkrit yang baik, karena contoh konkrit tersebut adalah cara paling ideal bagi mahasiswa untuk menangkap dan memahami materi yang disajikan dengan baik. Menurut narasumber, strategi yang paling dibutuhkan dalam pembelajaran menulis artikel opini adalaha bagaimana agar mahasiswa memahami tentang opini dan manfaatnya bagi kehidupan mereka. Selain itu, mahasiswa perlu melihat contoh-contoh artikel opini yang bagus dan ideal. Adanya penugasan yang cukup jelas bagi mahasiswa untuk membuat opini yang seperti apa. Sebab, ada sekian banyak surat kabar yang punya tipa sendiri-sendiri. Pada prinsipnya sama, namun ada variasi-variasi yang harus dipelajari spesifik sesuai dengan media tersebut.

4.1.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa terkait Pengalaman Awal Mahasiswa dalam Menulis Artikel Opini

Dalam upaya memperoleh informasi awal, peneliti menyebarkan angket kepada subjek penelitian, yakni 33 mahasiswa peserta mata kuliah Bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma. Penyebaran angket dilakukan di kelas A, Kampus III Paingan pada 22 November 2017 pukul 07.00 WIB. Angket/kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman awal mahasiswa dalam menulis artikel opini, mengetahui kesadaran mahasiswa akan pentingnya menulis artikel opini, mengetahui kendala yang dialami mahasiswa dalam

menulis artikel opini, serta mendapatkan masukan terkait pengembangan produk berupa modul pembelajaran menulis artikel opini. Berikut disajikan tabel rata-rata angket analisis kebutuhan mahasiswa.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Awal Mahasiswa dalam Menulis Artikel Opini

No Deskripsi Penilaian

Skor (N=33)

Rata-rata % Kategori

1 Penulisan artikel opini penting dikuasai

oleh para mahasiswa. 137 4.15 83% Sangat Setuju

2 Penulisan artikel opini menunjang penulisan

karya ilmiah mahasiswa (artikel, makalah). 144 4,36 87% Sangat Setuju

3 Artikel opini bermanfaat untuk

mengemukakan aspirasi dalam kehidupan sehari-hari.

142 4,30 86% Sangat Setuju

4 Logika berpikir kritis merupakan aspek

penting dalam penulisan artikel opini. 146 4,42 88% Sangat Setuju

5 Penggunaan modul dapat mempermudah penguasaan materi terkait menulis artikel opini.

133 4,03 81% Sangat Setuju

6 Referensi materi untuk menulis artikel opini belum banyak ditemukan.

105 3,18 64% Setuju

7 Saya mampu menuangkan gagasan melalui penulisan artikel opini n sesuai dengan kaidah nyang berlaku.

112 3,39 68% Setuju

8 Strategi pembelajaran yang tepat dalam penulisan artikel opini penting untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

130 3,94 79% Setuju

9 Strategi pembelajaran yang tepat dalam penulisan artikel opini penting untuk mencapai kompetensi belajar mahasiswa.

137 4,15 83% Sangat Setuju

Rata-rata 131,77 3,98 79,88% Setuju

Berdasarkan data pada tabel di atas, skor rata-rata dari seluruh aspek adalah 3,98 atau 79,88% dengan kategori “Setuju”. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dengan semua pertanyaan dalam angket analisis kebutuhan tersebut. Aspek penilaian yang memiliki skor rata-rata tertinggi yaitu logika berpikir kritis merupakan aspek penting dalam penulisan artikel opini

setuju bahwa landasan menulis sebuah artikel opini adalah logika berpikir kritis dari penulis itu sendiri. Aspek penilaian yang memiliki skor rata-rata terendah yaitu referensi materi untuk menulis artikel opini belum banyak ditemukan dengan skor rata-rata 3,18 atau 64%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih memiliki ketidaktahuan terhadap referensi dalam materi pembelajaran menulis artikel opini.

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa (1) mahasiswa sadar akan pentingnya kemampuan menulis artikel opini dan manfaatnya dalam ranah akademis, (2) mahasiswa meyakini bahwa logika berpikir kritis merupakan landasan daripada menulis artikel opini, (3) mahasiswa meyakini bahwa penggunaan modul pembelajaran dapat membantu mahasiswa dalam materi pembelajaran menulis artikel opini, (4) mahasiswa tidak tahu referensi yang tepat untuk belajar menulis artikel opini, (5) mahasiswa tidak tahu tentang kemampuan mereka dalam menulis artikel opini, (6) mahasiswa meyakini bahwa penggunaan strategi belajar yang tepat mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan mahasiswa dalam menulis artikel opini.

Selain data tentang pengalaman awal mahasiswa, peneliti juga merangkum berbagai pendapat responden terkait (1) kendala menulis esai argumentatif, (2) penggunaan strategi belajar yang tepat, dan (3) masukan responden untuk pengembangan modul pembelajaran yang akan dibuat peneliti. Responden bisa memberikan lebih dari satu pendapat untuk tiap aspek yang ditanyakan.

Terdapat lima pendapat terbanyak mengenai kendala menulis artikel opini. Kelima pendapat tersebut antara lain (1) kesulitan responden dalam

merangkai kata-kata sesuai dengan KBBI dan PUEBI (15 responden); (2) minimnya pengetahuan dan referensi responden tentang artikel opini (13 responden); (3) kesulitan responden dalam menemukan ide/tema/gagasan untuk menulis artikel opini (7 responden); (4) kesulitan responden untuk berkonsentrasi akibat suasana yang tidak mendukung (5 responden); (5) kesulitan responden untuk berpikir kritis dalam menuangkan argumen (4 responden).

Terdapat tiga pendapat terbanyak mengenai strategi belajar menulis artikel opini. Ketiga pendapat tersebut antara lain (1) memperbanyak membaca referensi dan contoh (13 responden); (2) pemahaman untuk berpikir dengan menggunakan logika kritis (10 responden); (3) pemahaman mengenai konsep menulis artikel opini (7 responden).

Terdapat tujuh masukan yang diberikan responden terkait pengembangan produk modul pembelajaran menulis artikel opini. Ketujuh masukan tersebut antara lain (1) penggunaan bahasa yang mudah dipahami (12 responden); (2) modul disajikan dengan tampilan yang menarik (11 responden); (3) memuat cara/langkah-langkah menulis artikel opini yang baik dan benar (8 responden); (4) penjelasan mengenai kaidah penulisan artikel opini (6 responden); (5) sertakan contoh artikel opini yang baik dan benar (6 responden); (6) penjelasan mengenai manfaat dan tujuan pembelajaran menulis artikel opini (5 responden). Seluruh masukan yang telah responden berikan sangat memberikan kontribusi besar bagi keberhasilan modul yang akan dirancang peneliti.