• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. LAPORANHASILPENELITIAN

D. Hasil Wawancara

2. Deskripsi Wawancara

Menurut R1 Pluralitas agama, berasal dari kata pluralitas yang berati beragam, makan pluralitas agama adalah keberagaman agama yang kebenarannya harus dihargai dan diterima. Pluralitas tidak bisa dipisahkan dengan multikulturalisme. Menurut R1 Islam selalu mengajarkan kedamaian “Islam Rahmatan Lil’alamin” memberikan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. R1 mengatakan pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas agama adalah hal yang sangat penting.

R1 menyadari bawasannya tidak semua orang mudah menerima pluralitas, tetapi menurut R1 jika seseorang memperoleh pemahaman yang benar maka orang akan lebih mudah menerima pluralitas. Mengenai kasus pengerusakan salib di pemakaman daerah Sleman, R1 sangat mengecam semua perbuatan yang sifatnya merusak dan kekerasan. Perbuatan seperti itu pasti berhubungan dengan

kepetingan pribadi, bukanah murni ajaran agama Islam. Perbuatan pengerusakan tidak bisa diterima ini merupakan tindakan adu domba dan bertujuan untuk memecah belah kerukunan.

Mengenai hubungan dengan teman-teman yang berbeda agama, R1 memiliki banyak teman yang berbeda agama dan bahkan bergabung ke organisasi lintas iman baik di kampus maupun di kampung. Untuk masalah memeberi ucapan selamat hari raya kepada orang beragama lain, R1 merasa tidak keberatan karena di Islam mengajarkan bahwa orang Islam boleh memberi ucapan selamat asalkan tidak melupakan kebenaran agamanya dan dengan tulus memberi ucapan untuk menjaga kerukunan dan persaudaraan dengan teman maupun orang lain.

Pengamatan terhadap mahasiswa UIN SUKA, menurut R1 mahasiswa UIN SUKA banyak yang sangat plural dan terbuka dengan adanya perbedaan.

Mungkin ada satu atau dua mahasiswa yang bisa disebut Islam garis keras.

Menurut R1, mereka yang masuk ke organisasi dan himpunan mahasiswa bisa dipastikan mereka adalah orang-orang yang plural dan toleran. R1 menemukan ada satu organisasi yang tertutup bernama KAMI. KAMI bukanlah organisasi resmi yang dibentuk UIN SUKA.

Menurut R1 setiap organisasi memiliki panutannya masing-masing. Ada yang panutannya NU, ada yang panutannya Muhamadyah dan organisasi KAMI memiliki panutan yaitu HTI dan PKS. KAMI berupa organisasi UKM yang memiliki kegiatan secara tertutup dan anggotanya juga menutup diri, anggotanya tidak banyak, bahkan para mahasiswa cenderung menghindar dengan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ini. R1 mengatakan, sejauh ini organisasi KAMI

tidak melakukan pergerakan apapun, hanya menunjukan eksistensi mereka melalui media sosial. Ketika diketahui Rektor, pihak kampus langsung mengurus dan melakukan pengawasan serta pendampingan khusus.

Kasus radikalisme dikalangan dosen dan mahasiswa UIN SUKA belum pernah ada sejauh ini. Hanya dulu pernah ada seorang mahasiswa yang ingin menunjukan eksistensinya bahwa dia anggota HTI tetapi sudah diatasi oleh pihak kampus dengan melacak kebenaran foto tersebut dan melakukan pendampingan khusus. Menurut R1 presentase pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas agama di UIN SUKA tergantung pemimpinnya, setelah dipimpin Bapak Yudian Wahyudi yang adalah seorang pluralis dan sangat liberal.

Sekarang UIN SUKA menjadi kampus yang dirasa semakin modern dan terbuka. Mahasiswa UIN SUKA banyak didominasi mahasiswa yang plural. R1 berkata mahasiswa yang tidak plural kurang dari 3% dan hampir tidak berani menunjukan eksistensinya. Menurut R1 semua ini karena kepemimpinan Bapak Yudian Wahyudi yang tegas dan memberikan kegiatan lebih banyak untuk belajar tentang Islam yang liberal dan Islam kedaerahan yang bercirikan keIndonesiaan.

R1 berkata, pergerakan-pergeran garis keras harus segera ditumpas dan diantisipasi di UIN SUKA melalui kegiatan pendampingan dan seminar-seminar Inklusive dan toleransi serta dialog kebangsaan dan lintas iman. UIN SUKA memberikan wadah kegiatan-kegiatan yang meningkatkan pemahaman dan penerimaan mahasiwa terhadap pluralitas agama. Salah satu contohnya : UIN SUKA memiliki tempat khusus yang diberi nama Rumah Pancasila.

Tempat ini dibuat untuk mengumpulkan mahasiswa yang tidak hanya dari UIN SUKA bertujuan untuk membangun relasi yang luas dengan orang dari berbagai latar belakang suku, agama dan daerah serta meningkatkan minat belajar mahasiswa dan semangat berbudaya lokal Indonesia serta memeperkokoh Pancasila sebagai Indeologi tunggal bangsa Indonesia yang sudah final, misalnya bazar buku, diskusi ilmiah, pameran karya seni dan berbagai pentas seni dari kelompok mahasiswa UIN SUKA sendiri maupun kelompok mahasiswa dari luar UIN SUKA.

b. R2

Pluralitas agama adalah suasana yang identik dengan keberagaman, adanya berbagaimana agama dan ada persaan saling menghargai. Sejauh ini R2 merasa sangat menerima adanya pluralitas agama. R2 memiliki pengalaman yang ceritakan bahwa dia selalu berada dalam lingkungan sekolah Islam dari SD sampai Perguruan tinggi. Hal ini membuat Ilma gelisah dan tertutup dengan keberadaan orang beragama lain.

Bahkan Ilma memiliki pandangan bahwa agamanyalah yang paling benar.

Ketika R2 bergabung ke organisasi lintas iman R2 merasa kegiatan-kegiatannya sangat berdampak bagi pola pikirnya. R2 memiliki kesadaran bahwasannya pluralitas agama sangatlah perlu dipahami. Misalnya ada bom di Sri Langka yang berdampak memunculkan asumsi salah satu agama menjadi kambing hitam.

Akhirnya timbul ketengangan dalam masyarakat. Jika kita memiliki pemahaman yang benar tentang pluralitas agama pasti kejadian bom itu tidak akan pernah terjadi.

R2 mengikuti kegiatan Srawung yang diadakan Keuskupan Agung Semarang, Ilma belajar tidak canggung dan tidak ragu untuk memberi sapaan khas agama-agama lain misalnya “syalom” “salam sejahtera” “omswastiastu”.

Pengalaman R2 sewaktu berjkunjung ke Syantikara sangat terkesan dengan para suster yang berdoa sebelum makan, R2 merasa tidakan itu berdampak dan mengingatkan dia juga untuk berdoa. Pandangan R2 terhadap pluralitas agama mahasiswa UIN tergantung latar belakang mahasiwa tersebut dan keterbukaan untuk belajar tidak hanya di kampus saja.

Menurut R2 mahasiswa UIN ada yang masih kurang nyaman jika ada wanita yang tidak berhijab di Lingkungan UIN dan biasanya menimbulkan pertanyaan “Siapa sih dia?” “kenapa dia ke UIN?”. R2 menilai tingkat pluralitas mahasiswa UIN dapat dilihat dari seberapa jauh mahasiwa itu terlibat dalam kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus. Biasanya mereka yang memiliki pikiran terbuka adalah mahasiswa yang terbiasa mengikuti kegiatan-kegiatan di luar kampus dan dimasyarakat. Mengenai kasus pengerusakan salib di pemakaman, R2 merasa agama dijadikan alat untuk suatu kepentingan dibelakangnya. Adanya oknum-oknum yang memiliki kepentingan yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. R2 menegaskan pemahaman sangatlah penting untuk menimbulkan kesadaran akan keberagaman dalam masyarakat Indonesia.

R2 mengatakan kegiatan di UIN SUKA di tanggal 2 Mei Hardiknas ada kegiatan yang dilakukan BEM bersama jajaran Oraganisasi LKM mengangkat tema pendidikan yang berbasis multikultural dan keberaragaman. Menurut R2,

kegiatan seperti ini sering terjadi di UIN SUKA hanya saja kadang nilai-nilainya jadi tidak tersampaikan dengan baik dan kurang adanya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ini, R2 memberikan saran mungkin kegiatan seperti ini buat secara nyata dengan kemasan langsung terjun dalam masyarakat yang plural dan multikultural.

Menurut R2 kasus radikalisme yang sempat terjadi adalah adannya mahasiswa yang menggunakan cadar dan berfoto memegang bendera HTI.

Kampus sebenarnya memperbolehkan penggunaan cadar hanya saja mahasiswi yang bersangkutan harus bener-benar sadar dan melakukannya karena dirinya sendiri bukan karena paksaan pihak lain. Menurut kabar yang diketahui Ilma, pengibaran bendera HTI tersebut tidak sengaja karena pemegang bendera mengau tidak mengetahui ternyata yang dia pegang adalah bendera HTI.

Untuk dosen selama ini R2 merasa para dosen sangatlah plural dan mengedepankan pendidikan yang multikultural dan bhineka tunggal ika. R2 merasa dosen-dosennya tidak pernah mengajarkan untuk tidak menghormati agama lain. dosen-dosen memiliki semangat Islam yang damai dan terbuka.

c. R3

Menurut R3 pluralitas agama adalah keberagaman agama dan semua agama mengajarkan kebaikan. R3 menyadari bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam agama yang mengajarkan kebaikan. Mengenai kasus pemotongan salib di pemakaman, R3 sangat mengecam karena perbuatan tersebut akan menimbulkan banyak reaksi buruk dimasyarakat yang efeknya menjadi rasa saling

curiga, saling tuduh menuduh dan menciptakan keadaan yang tidak damai dan tidak kondusif.

Menurutnya hal ini terjadi juga karena ketidakpahaman terhadap pluralitas agama. Pemahaman terhadap pluralitas agama adalah hal yang sangat penting dan perlu khususnya untuk memberi pendidikan pada masyarakat. Menurut R3 mahasiswa perlu terbuka dengan pengetahuan dari banyak sumber dan perlu mmepertimbangkan banyak sudut pandang untuk bersikap. R3 menegaskan bahwa kita hidup di negara ini tidak hanya satu golongan tetapi kita perlu sadar bahwa kita hidup berdampingan dengan banyak golongan.

R3 berpendapat sangat perlu pemahaman pluralitas sejak dini supaya seseorang bisa mengargai perbedaan karena perbedaan adalah rahmat dari yang maha kuasa. Mengenai penghayatan pliuraritas agama dalam pertemanan R3 tidak bermaaslahan selama kita nyaman dan bisa saling menghormati. Mengenai memberi ucapan selamat hari raya, menurut Raiz itu boleh dilakukan selama kita tidak melanggar koridor agama kita. R3 menjelaskan kita perlu sadar bahwa sikap kita memberi ucapan adalah untuk menghargai bukan semata-mata kita ingin menjadi kristen tetapi untuk menjaga kerukunan dan saling menghormati.

R3 menghargai pendapat orang lain selama mereka tidak mengganggu privasinya. Mengenai kegiatan di kampus R3 mengikuti kegiatan dan organisasi salah satunya organisasi yang terjun langsung dalam masyarakat. Organisasi ini merangkul semua pihak dan semua masyarakat dilibatkan sehingga R3 sudah tidak lagi melihat latar belakang agama mereka apa, suku mereka apa melainkan kita diajak untuk saling bekerjasama dan mengembangkan diri. Kasus

radikalisisme di UIN SUKA pernah terjadi yaitu masalah penggunaan cadar yang sempat meresahkan para dosen dan rektorat.

Kasus radikalisme dikalangan dosen R3 merasa ada salah satu dosen yang lebih cenderung berpihak ke pemerintah dan seakan-akan menjadi juru biacara pemerintah. R3 bisa berbicara demikian karena dia merasa ini ada hubungannya dengan suasana nasional kita saat ini. R3 menambahkan untuk kasus radikalisme sejauh ini UIN SUKA aman dan menurut dia banyak mahasiswa yang lebih plural dibanding mereka yang garis keras jumlahnya hampir tidak terlihat di UIN SUKA.

d. R4

Pluralitas agama adalah adanya keberagaman dalam agama-agama dan ini mnegajarkan kita untuk saling menghargai. R4 mengaku sangat mengharga keberagaman agama-agama, dan pluralitas harus dijunjung tinggi karena pluralitas merupakan anugerah dari Allah SWT. Penghayatan mengenai pluralitas agama sudah tertanam kuat dalam keluarga R4. Sejak kecil R4 sudah hidup daam masyarakat yang beragam dan terbiasa akrab dengfan tetangga yang berbeda agama.

R4 tidak ragu untuk memberi ucapan selamat hari raya agama lain.

menurut R4 meberi ucapan selamat adalah cara sederhana kita untuk menghormati sesama kita yang berbeda agama. Untuk kasus pengerusakan makam dan kasus yang menimpa Pak Slamet, R4 mengecam segala tidakan kekerasan dan intoleransi. Menurut R4 setiap warga negara harus dihargai haknya dan sebaiknya

jika ada permasalahan diselesaikan dengan dengan musyawarah bukan dengan kekerasan.

Menurut R4 pemahaman dan kesadaran tentang adanya pluralitas sebagai rahmat Allah adalah hal yang perlu dipahami semua orang, tanpa pemahaman ini masyarakat bisa terjerumus dalam stereotip dan konflik yang tidak jelas kepentingannya. Mengenai kasus radikalisme di UIN SUKA, selama ini R4 belum perah mendengar kasus radikalisme baik dosen maupun mahasiswa UIN SUKA.

Koko berpendapat UIN adalah kampus yang inclusive dan toleran terhadap keberagaman karena UIN SUKA selalu mengadakan kegiatan-kegiatan dialog lintas iman dan seminar tentang keberagaman.

d. R5

Pluralitas agama yang seperti yang kita lihat di indonesia. Banyak agama-agama di Indonesia tetapi kita berlandaskan pancasila sila ke 1 yaitu mengakui adanya Tuhan yang satu. Pluraitas agama berarti banyak agama dan sangat penting bagi kita untuk saling menghargai perbedaan tersebut. R5 mengatakan bahwa dia sangat menerima adanya pluralitas agama, Menurut R5 semua agama yang ada di Indonesia adalah agama Impor bahkan agama Islam sendiri. Secara sadar R5 menerimanya karena banyak teman-teman, saudara dan ayah angkat Foresty juga memiliki agama yang berbeda.

Pemahaman tentang pluralitas agama sangatlah penting dipahami karena hampir semua orang mengnggap agamanya sendri yang paling benar, padahal dalam konteks hidup bersama yang paling penting adalah sikap menerima dan

menghormati kebenaran agama lain, bukan malah menganggap agama sendirilah yang paling benar. Menurut R5, kita tau ada banyak golongan yang berbeda , misalnya Islam sendiri punya banyak aliran dan ormas, bisa dikatakan pemikirannya juga terpecah, hal ini kembali ke diri kita sndiri bagaimana kita melihat keadaan dan fenomena disekitar kita dan keterbukaan pikiran kita untuk melihat ajaran agama yang lain untuk menambah wawasan dan menghargai agama lain.

Menurut R5, dosen-dosen di UIN SUKA sangat progresif, meskipun dari berbagai aliran misalnya Mohamadyah, Ahmadiyah, Nadatul Ulama bahkan ada juga dosen Pastor, menurut R5 dosen-dosen sangatlah plural dan memberi pengajaran yang progresif. Kegiatan kemahasiswaan, menurut R5 harus kembali lagi ke aliran masing-masing, tergantung karena kadangkala masih ada yang tertutup. Misalnya dari pesantren yang belajar tentang fikih dan makrom, menurut R5, mereka yang dari pesantren biasanya lebih kaku karena sudah merasa belajar dari akarnya sehingga sulit diajak untuk bergabung dan terlibat dalam kegiatan yang melibatkan dari agama lain.

Kegiatan kemasiswaan yang mendorong pemahaman dan penerimaan pluralitas agama sejauh ini tersampaikan dengan upaya-upaya misalnya dari kualitas para dosen yang inclusive dan pendampingan kegiatan yang meningkatkan sikap toleran dan menerima pluralitas. Kasus pengerusakan salib di Sleman dan kasus pak Slamet, menurut R5, kasus ini termasuk tindakan kekerasan dan sangat miris jika dilihat dari sisi kemanusian. R5 berkata, jika seseorang mau berbuat baik tidak harus memandang agama, orang yang tidak beragamapun bisa

berbuat baik, jadi menurut R5 mengusir seseorang atas dasar agamanya itu bukanlah perbuatan yang diajarkan oleh agama Islam.

Pemahaman terhadap pluralitas agama dikalangan mahasiswa sangatlah penting karena sangat berbahaya jika seseorang hanya menganggap agama merekalah yang paling benar. R5 berbagi cerita, berdasarkan pengalamanya sewaktu tumbuh besar dalam lingkungan masyarakat Bali, R5 merasa pluralitas agama adalah hal yang sangat Indah dan bukan untuk diperdebatkan melainkan untuk dirawat dan disyukuri.

Pendapat R5 sebaiknya mahasiwa tidak hanya diberikan teori tentang pentingnya memahami dan menerima pluralitas, tetapi mahasiswa harus diberi kesempatan untuk berhadapan langsung dalam masyarakat yang plural. Memberi kesempatan untuk mengamati bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan rukun itu adalah sebuah suasana yang sangat indah dan membawa ketenangan.

Suasana ini juga bisa menimbulkan kerjasama yang baik untuk saling memberdayakan dan memperkembangkan kesejahteraan bersama.

e. R6

Menurut R6, pluralitas agama adalah keberagaman agama-agama yang harus dihormati masing-masing cara ibadahnya, atribut keagamaanya dan pribadinya. R6 mengatakan sangat menerima pluralitas agama. R6 menambahkan Pluralitas Agama merupakan realita yang harus diterima. Latar belakang R6 adalah hidup dalam lingkungan keluarga yang beragam dan teman-teman ayah dan ibu R6 juga banyak yang berdeda agama.

R6 merasa sudah dibiasakan untuk menghargai agama lain dan mengucapkan selamat hari raya ke orang beragama lain dan R6 tidak merasa terancam dengan kehadiran orang-orang beragama lain. mengenai penerimaan mahasiswa UIN SUKA terhadap Pluralitas agama tergantung latar belakang dan kehidupan sosial dan penddikan dari keluarga. Untuk mahasiswa UIN yang diamati di fakultas filsafat dan perbandingan agama, R6 melihat penghayatan pluralitas agama sangat dipahami dan diterima. Dia melihat dari snapgram salah satu temannya, fakultas tersebut mengundang pastor dan biksu untuk mengadakan dialog lintas iman ditengah isu agama yang sedang marak di Indonesia.

R6 merasa adem dan terharu karena suasa yang terjadi adalah suasana yang damai dan saling menghargai. R6 merasa teman-temannya di fakultas Tarbiyah didominasi orang-orang yang plural dan terbuka. R6 mengatakan belum pernah ada kasus radikalisme yang terjad di UIN SUKA.

f. R7

Pluralitas agama bagi R7 adalah adanya keberagaman agama yang membuat kita menjadi saling menghargai. R7 mengatakan bahwa pemahaman mengenai plurlitas agama harus dimulai dari bangku SD karena jika dibiasakan menerima perbedaan maka ketika dewasa seseorang akan menjadi lebih terbuka dan menghormati sesamanya. Mengenai kasus pengerusakan salib di pemakaman dan kasusu pak Slamet yang di usir, R7 sangat tidak setuju dengan perbuatan itu, bagi dia selama bentuk kegiatan dengan kekerasan dan semena-mena adalah tidakan yang tidak bijaksana dan bisa menimbulkan konflik lainnya.

Akibat kasus itu pasti bisa memunculkan paradigma bahwa orang muslim itu keras dan radikal, padahal menurut R7 pasti ada kepentingan lain dibalik peristiwa itu dan pastinya mengatasnamakan agama demi kepentingan tertentu.

Oleh karena itu menurut R7 pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas agama sangatlah penting agar seseorang mengerti masing-masing kepentingan dan sudut pandang orang lain bahkan agama lain. Mengenai radikalisme di UIN SUKA R7 belum pernah mendengar, tetapi untuk intoleransi R7 melihat ada beberapa orang yang mungkin saja sulit untuk terbuka karena latar belakang mereka yang memang dari kecil diajarin untuk tertutup dengan pemahaman orang lain.

menurut R7, sejauh ini dosen-dosen UIN SUKA sangat terbuka dan mengedepankan kedamaian hidup bersama. Menurut R7, kegiatan di UIN SUKA banyak di isi seminar kebangsaan tentang Pancasila dan dialog iman untuk membantu mentukan sikap kita terdapat pluralitas.

g. R8

Menurut R8, pluralitas agama adalah adanya banyak agama yang di akui di Indonesia dan memelukan sikap saling menerima perbedaan. R8 sangat bersyukur karena lahir di Indonesia dengan keberagaman, menurutnya keberagaman mengajarkan dia untuk rendah hati dan menghormati sesama yang berlainan agama. Orang tuanya sejak kecil sudah memberikan kebebasan utuk terbuka dan bergaull dengan siapapun yang berlainan agama.

Memberi ucapan selamat hari raya agama lain tidak menjadi masalah baginya. R8 tidak ragu-ragu membantu orang yang berlainan agama. R8 merasa

UIN SUKA adalah kampus yang memberikan pengembangan terhadap wawasan berbangsa dan bernegara. Menurutnya UIN SUKA sering mengadakan worksop atau seminar mengenai Kebhinekaan, keberagaman agama dan budaya. Sebagai mahasiswi pendidikan, para dosen menekankan pentinya memberi pengajaran toleransi terhadap peserta didik sejak dini. Mengenai masalah radikalisme di UIN SUKA R8 belum pernah mendengar ada radikalisme baik di kalangan mahasiswa atau dikalangan dosen.

E. Hasil Penelitian Akhir

Dari hasil penelitian melalui kuisioner terhadap 65 orang responden menunjukkan data hasil keseluruhan pemahaman dan penerimaan mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Negeri Sunan Kalijaga ogakarta Periode 2019 terhadap pluralitas agama menunjukkan data 48 orang (73,84%) masuk ke dalam kriteria Sangat Setuju, 17 orang (26,15%) masuk ke dalam kriteria Setuju, 0 orang (0%) masuk ke dalam kriteria Tidak Setuju, 0 orang (0%) masuk ke dalam kriteria Sangat Tidak Setuju serta hasil wawancara terhadap 8 orang responden juga menunjukkan bahwa mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Negeri Sunan Kalijaga ogakarta Periode 2019 memiliki pemahaman yang sangat baik dan penerimaan yang sangat baik juga terhadap pluralitas agama.

Dokumen terkait