• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. LAPORANHASILPENELITIAN

F. Refleksi Kateketis

Pada dasarnya kita hidup dalam bangsa yang plural secara agama.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan penduduk terbesar ke 4 di dunia.

Mengutip data The Spectator Index terkait 20 negara dengan penduduk terbanyak di dunia, Indonesia tercatat memiliki populasi penduduk sebanyak 265 juta jiwa.

Bentuk negara kepulauan ini membuat indonesia kaya akan keragaman.

Keragaman ini antara lain ragam suku, bahasa, warna kulit, agama dan masih banyak lagi. Segala keberagaman ini disatukan dalam satu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berideologi Pancasila dan berpegang teguh pada Bhineka Tunggal Ika.

Saat ini sering terjadi aksi-aksi radikal yang mengatasnamakan agama.

Terorisme yang mengatasnamakan satu kelompok agamapun menjadi sangat merajalela. Persoalan pluralitas agama yang sering muncul di Indonesia adalah masalah radikalisme dan politisasi agama yang menyebapkan konflik diantara para pemeluk agama yang berbeda. Kasus yangpaling terkenal adalah Aksi 212 dan aksi bela ulama yang menuntut Gurbernur Basuki Tjahaya Purnama untuk dipenjarakan karena kasus penistaan agama.

Ada pun kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu penolakan karena berbeda agama dialami Mas Slamet. Pada tanggal 5 April 2019 di Bantul Yogyakarta adalah salah satu bentuk intoleransi karena Mas Slamet yang beragama Katolik tidak diijinkan untuk tinggal di daerah tersebut. Adapun banyak peristiwa pengeboman yang menggunakan atribut salah satu agama yang mengakibatkan pandangan terorisme dijatuhkan ke salah satu agama yaitu Islam.

Belum lama ini terjadi sebuah kasus yang dilakukan oleh salah satu guru di Jakarta. Guru itu mendoktrin murid-muridnya untuk membenci pemimpin nonmuslim bahkan penanaman doktrin dilakukan melalui soal-soal ujian tertulis.

Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengungkapkan kekhawatirannya perihal benih-benih kebencian berdasarkan aspek keagamaan yang telah menjamah anak-anak sejak usia dini. Arist mengatakan di beberapa daerah muncul fenomena anak-anak mengolok temannya yang berbeda agama dengan sebutan kafir. Tindakan seperti ini sangat mengkawatirkan jika terus dibiarkan. Penanaman sikap penolakan terhadap agama lain yang dilakukan di sekolah dan ruang publik, sangatlah berbahaya bagi kelangsungan hidup dan masa depan bangsa.

Gerakan-gerakan semacam ini juga mulai menyerang kaum muda khususnya dikalangan mahasiswa. Hal ini menjadi keresahan tersendiri karena kaum muda adalah tombak masa depan bangsa ini. Menurut Mentri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhamad Nasir dalam wawancaranya dengan Media CNN Indonesia membenarkan temuan Badan

Intelejen Negara (BIN) yang menyebutkan 7 perguruan tinggi negara (PTN) di Indonesia terpapar paham radikal. berdasarkan hasil pendataan Kemenristek Dikti, Mohamad Nasir mengatakan telah ditemukan 4 dosen dan sejumlah mahasiswa yang diduga terpapar paham radikal dari kota Semarang, Surabaya, Bandung dan Solo (CNN, 24 November 2018).

Menurut Badan Intelejen Negara (BIN) di tahun 2018 mencatat 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi terpapar radikalisme. Khilafah bukanlah ideologi yang lahir dari bangsa indonesia sendiri, oleh karena itu penting sekali meningkatkan komitmen para pendiri bangsa dalam menentukan dasar negara kepada para pelajar khususnya para mahasiswa.

Pada dasarnya semua agama mengajarkan kedamaian dan cinta kasih. Kita pasti memiliki harapan untuk hidup dalam kedamaian dan kerukunan ditengah perbedaan agama ini. Sering kali seseorang mudah sekali tersinggung jika berdiskusi mengenai agama. Situasi seperti ini diperlukan pendidikan yang membuka ruang pada keterbukaan dan penghargaan akan agama dan kepercayaan umat lain. Oleh karena itu pendidikan pluralitas agama untuk kaum muda sangatlah penting.

Pentingnya kesadaran akan pluralitas agama akan membawa kita pada kedewasaan menyikapi keberagaman agama di Indonesia. Hal ini menuntut kita pada pemahan pluralitas agama dalam hidup kita. Pemahaman akan pluralitas agama akan membawa kesadaran bahwa keberagaman agama adalah anugerah dari Tuhan yang pantas untuk disyukuri. Menanamkan nilai menghargai setiap

orang dengan keberagaman dan perbedaan sejak dini kepada anak akan membuat mereka tidak terpengaruh terhadap hasutan-hasutan menyesatkan yang cenderung fanatik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa UIN SUKA memahami dan menerima pluralitas agama. Sebagai seorang mahasiswa dan orang muda pemilik masa depan bangsa. Mahasiswa memiliki peran yang strategis dalam menjaga kerukunan dan hidup bersama. Memahami dan menerima pluralitas agama adalah bukti bahwa mahasiswa siap menjadi orang-orang di masa depan yang mengedepankan Bhineka Tunggal Ika.

Roh Kudus telah bekerja di dalam mereka yang bertindak baik tanpa memandang latar belakang agamanya. Sikap-sikap menghargai, rendah hati dan menerima perbedaan merupakan ajaran dari Yesus Kristus yang patut untuk diteladani. Dalam Lukas 10 ayat 27 berbunyi “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwamu, dam dengan segenap kekuatan dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Dalam kutipan ayat ini rupanya Yesus ingin kita mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. sesama yang dimaksud Yesus adalah mereka yang berbeda dengan kita, mereka yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Kasih yang ditawarkan Yesus sungguh radikal. Kasih-Nya melampaui batas-batas sikap kemanusiawian. Mengasihi orang yang berbeda seperti kita mengasihi diri kita sendiri, tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Tetapi ketika kita berani membuka hati kita untuk memahami dan menerima

segala perbedaan maka Roh Kudus akan memimpin kita untuk mewujudkan suasana yang penuh kasih, saling menghargai, saling terbuka dan memperkembangkan tanpa melihat latar belakang agamanya.

Pluralitas agama menyadarkan kita bahwa perbedaan bukanlah dipandang secara negatif, tetapi Romo Frans Magnis pernah berkata bahwa “pluralitas agama adalah suatu realitas yang harus diterima bahwa manusia hidup bersama dalam keberbedaan baik budaya maupun agama”(KumparanNEWS, 13 Maret 2018).

Keberagaman agama ini hendaknya diwarnai dengan suasana yang terbuka sehingga terjadi masyarakat yang saling menghormati, saling mendukung dan saling memperkembangkan demi kedamaian hidup bersama.

Gereja sebagai tangan kanan Allah dalam mewujudkan kerajaan-Nya di dunia. Gereja memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan pemahaman dan penerimaan pluralitas agama dalam bidang pewartaan. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini, tetapi tidak jarang memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang.

Gereja harus tidak henti mewartakan dan wajib mewartakan Kristus. Dialah

“jalan, kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Di dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan dan dalam Dia pulalah Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.

Gereja harus mampu mendorong para orang muda agar dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerjasama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberikan kesaksian akan iman serta keutamaan kristiani,

mengakui, memlihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosial budaya. Pewartaan ini perlu didukung oleh sekolah sebagai agen perubahan dan para pendidik sebagai teladan bagi para mahasiswa.

Seorang pendidik yang harus memiliki profile kualifikasi yang inklusif agar mampu menanamkan pemahaman dan penerimaan pluralitas agama melalui ruang perkuliahan dan dalam penghayatan hidupnya. Seorang pendidik sebaiknya memiliki pengetahuan akan pendidikan pluralitas agama yang baik dan benar.

Seorang pendidik mampu menjadi contoh dalam tingkahlakunya di tengah keberagaman agama.

Maka penting bagi UIN SUKA mencetak para pendidik dan mahasiswa yang memahami da menerima pluralitas agama. Aksi sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan mau menyapa dan memberi senyuman kepada tetangga kita yang berbeda agama, menolong orang lain tanpa melihat latar belakang agamanya dan membuka diri untuk aktif dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat sehingga kita dapat bekerjasama dengan mereka yang beragama lain demi kesejahteraan kita bersama.

BAB V PENUTUP

Dalam bab V ini, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dari permasalahan skripsiini. Bagian kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasannya sebagai jawaban permasalahan yang ada. Bagian saran berisi usulan-usulan berkaitan dengan buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

A. Kesimpulan

Pemahaman merupakan sebuah proses seseorang dapat memberi respon atas apa yang dipelajari. Penerimaan adalah sebuah sikap yang menunjukan seseorang memiliki kesadaran dan kemuan atas sesuatu. Pluralitas adalah kemajemukan dalam suatu area yang biasanya terdapat suasana saling memahami dan menerima perbedaan. Dalam hal agama pemahaman dan penerimaan pluralitas agama berarti suatu keadaan dimana terdapat keberagaman agama yang membuat seseorang mewujudkan suasana saling memahami dan menerima demi kerukunan hidup bersama.

Pemahaman dan penerimaan pluralitas agama sebenarnya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataan, seseorang yang paham akan pluralitas agama belum tentu dapat menerima pluralitas agama, begitu juga dengan seseorang yang dapat menerima pluralitas agama belum tentu memiliki pemahaman mengenai pluralitas agama. Hal ini juga terjadi dalam pluralitas agama, seseorang yang memahami apa itu pluralitas agama belum tentu menerima

akan pluralitas agama dan seseorang yang menerima pluralitas agama belum tentu juga memahami apa itu pluralitas agama. Oleh karena pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas agama sangat diperlukan.

Berdasarkan kajian teoritik, hasil kuisioner dan wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa Pluralitas agama adalah sebuah keadaan yang terdapat keberagaman agama dan biasanya terdapat suasana saling menghormati dan menjaga kerukunan bersama. Dari hasil penelitian pemahaman mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta periode 2019 terhadap pluralitas agama menunjukkan nilai rata-rata/mean sebesar 36,56 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik. Dengan frekuensi 56 orang mahasiswa dengan persentase 86,15% yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik.

Hasil penelitian penerimaan mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta periode 2019 terhadap pluralitas agama menunjukkan nilai rata-rata/mean sebesar 51,507 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik. Dengan frekuensi 40 orang mahasiswa dengan persentase 61,53% yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik.

Dari hasil penelitian keseluruhan menunjukkan data rata-rata/mean sebesar 88,077 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik, dengan frekuensi 48 orang mahasiswa dengan persentase sebesar 73,84% yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik yang berarti bahwa rata-rata mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta periode 2019 memiliki pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap pluralitas agama. Hasil penelitian

ini juga semakin diperkuat dengan aspek-aspek pendukung pemahaman dan penerimaan serta wawancara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta periode 2019memiliki pemahaman dan penerimaan yang sangat baik terhadap pluralitas agama.

B. Saran

Untuk menigkatkan pemahaman dan penerimaan mahasiswa anggota organisasi SENAT dan DEMA Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogakarta periode 2019terhadap pluralitas agama, berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada UIN SUKA

Meningkatkan pemahaman dan penerimaan mahasiswa terhadap pluralitas agama dengan cara pemberian seminar, menurut hasil wawancara banyak mahasiswa yang mengungkapkan kegiatan seminar hanya memberikan pemahaman secara teorotis, namun seminar tidak memberikan pengalaman langsung akan pluralitas agama yang secara efektif bisa meningkatkan penerimaan terhadap pluralitas agama. Oleh karena itu peneliti mengusulkan adanya kegiatan di luar kampus yang tidak hanya melibatkan mahasiswa UIN SUKA, melainkan juga melibatkan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas yang berbeda agama untuk memepererat persaudaraan, membangun kerjasama serta mencipakan pengalaman yang nyata hidup dalam keberagaman. Setiap kegiatan

yang dilakukan hendaknya ada aksi nyata yang disepakati bersama di akhir pertemuan jadi materi yang diterima dapat benar-benar diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada mahasiswa Anggota SENAT dan DEMA UIN SUKA

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang sangat plural di UIN SUKA, mereka membagikan pengalaman keterlibatan mereka dalam kegiatan di kampus dan diluar kampus. Para narasumber memberikan keterangan bahwa hampir 100% mahasiswa yang tergabung dalam SENAT ataupun BEM adalah mahasiswa yang terbuka dan bisa diajak untuk berkerjasama. Berdasarkan sesaksian dari narasumber yang terlibat dalam organisasi lintas iman, narasumber menyatakan bahwa dengan terlibat dalam kegiatan lintas iman membuat dia merasa lebih mempunyai banyak relasi dari berbagai latar belakang. Hal ini membuat pemikirannya terbuka dan toloreansi terhadap perbedaan.

Saran penulis untuk para mahasiswa UIN SUKA adalah jangan hanya jadi mahasiswa yang berada dalam zona nyaman masing-maising. Tetapi cobalah melihat dunia lebih luas dan libatkan diri kita dalam kegiatan-kegiatan di kampus maupun di masyarakat. Ini akan melatih diri kita untuk berani bergaul dan memiliki realsi yang luar dari berbagai macam latar belakang. Mahasiswa akan terbisa untuk menghargai perbedaan dan bisa bekerjasama dengan orang yang

berbeda. Relasi yang baik dengan orang akan membuat pikiran kita menjadi positif. Rasa curiga dan fanatik akan jauh dari diri kita.

DAFTAR PUSTAKA

Aguas, Jove Jim S. 2006.“Religius Pluralism and Freedom of Religion.”Journal of Dharma.Vol. 31. No.1. Hlm. 67-80.

Ari Dwipayana, A.A.G.N. 2003. “Pendidikan Umat: Dari Pluralism ke Multikulturalisme.” Dalam Jurnal Teologi Gema. Edisi 58. Hlm. 54-63.

Bretherton, Luke. 2011. “A Postsecular Politics? Inter-Faith Relations as a Civic Practice.”Dalam Journal of the American Academy of Religion.Vol.79. No.2.

Hlm. 346-377.

Coward, Harold. 1989. Pluralisme: Tantangan Bagi Agama-Agama. Yogyakarta:

Percetakan Kanisius.

Cremers, Agus. 1995. Tahap-tahap perkembangan kepercayaan menurut James W. Fowler, sebuah gagasan baru dalam psikologi agama. Yogyakarta:

Kanisius.

Duska. 1982. Perkembangan Moral. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.

Eliraz, Giora. 2004. Islam in Indonesia. Brighton, Portland: Sunnsex Academic Press.

Haryatmoko. 2005. “Penerimaan Pluralitas Agama sebagai Syarat Kemungkinan Etika Politik.” Dalam Unisia. No. 58.Tahun 27.

Kewuel, Hipolitikus K. (2014). Mengolah Pluralitas Agama. In K. Hipolitikus K, Mengolah Pluralitas Agama (pp. 26-27). Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, Elisabeth B. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

James, Richard. 2009. “Test of Faith : Science and Christianity Unpacked Youth Leader’s Guide.” Journal Test of Faith – Using the Youth Leader’s Guide and Youth Sessionswww.testoffaith.com/youth. Hlm. 1-23.

Karlina Supelli. 2016. “Radikalisme, Fundamentalisme dan Konservatisme:

Sebuah Tantangan Aktual.” Dalam Seminar Bulanan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta, 27 September 2016.

Kono, Raden. 2013. “Pluralitas, Agama, dan Dialog.” Pluralitas dan Dialog? Seri Buku Vox. Edisi 57/01. Yogyakarta: Moaya zam Zam Printika. Hlm. 6-21.

Legenhausen, M. 2010. Pluralitas dan Pluralisme Agama.Jakarta: Shadra Press.

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya, 2005).

McCoy, Mary E. 2013. “Purifying Islam in Post-Authoritarian Indonesia:

Corporatist Metaphors and the Rise of Religious Intolerance.”Rhetoric and Public Affairs.Vol. 16.No. 2. Hlm. 275-316.

Magnis-Suseno, Franz. 2002. “Underlying Factorsof Conflicts between Ethnicand Religious Groups in Indonesia: Prevention and Resolution.”Communal Conflicts in Contemporary Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya IAIN

&The Konrad Adenauer Foundation (KAF)

MinakoSakai dan Falikullsbah M. 2014. “Limits to Religius Diversity Practice in Indonesia: Case Studiesfrom Religius Philanthropic Institutions and

Traditional Islamic Schools.”Asian Journal of Social Science. No 42.

Hlm.722-746.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mujiburrahman. 2006. Feeling Threatened: Muslim-Christian Relation in Indonesia's New Order. Leiden: ISIM; Amsterdam: Amsterdam University Press.

Nagata, Judith. 2001. “Beyond Theology: Toward an Anthropology of

“Fundamentalism”.” American Anthropologist.Vol. 103.No. 2. Hlm. 481-498.

Omer, Atalia. 2011. “Can a Critic be a Caretaker Too? Religion, Conflict, and Conflict Transformation.”Journal of the American Academy of Religion.Vol.79. No.2. Hlm. 459-496.

Prof. Dr. Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alvabeta.

Rukiyanto. 2012. Katekese di TengahArus Globalisasi.Yogyakarta : Kanisius Robert L. Bodgan and Sari Knoop Biklen, Qualitatif Research For Education: An

Introduction ti Theory and Methods, (Boston: Allyn and Bacon, 1982),

Sudjaha, N.1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALVABETA.

Trommsdorff, Gisela and Chen, Xinyin. 2012. Values, Religion, and Culture in Adolescent Development. New York: Cambridge University Press.

Wahid, K. A. 2009. Ilusi Negara Islam, Gerakn Bhineka Tunggal Ika. jakarta: The Wahid Institute, Maarif Institute.

White, SmeserLauren. 2016. “For Comparative Theology’s Christian Skeptics:

An Invitation to Kenotik Generosity in the Religiusly Pluralistic Situation.”

Harvard Theological Review.Vol.109.No.2. Hlm.159-177.

Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Referensi dari internet:

https://economy.okezone.com/read/2018/07/21/320/1925559/indonesia-penduduk-terbanyak-nomor-4-di-dunia-siapa-juaranya (diakses pada tanggal 29 Oktober 2018)

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181122170455-20-348473/empat-dosen-radikal-diberi-pilihan-nkri-atau-dipecat-dari-pns (diakses pada tanggal 29 Oktober 2018)

https://kumparan.com/@kumparannews/komarudin-dan-romo-magnis-pluralisme-indonesia-adalah-rahmat (diakses pada tanggal 29 Oktober 2018)

LAMPIRAN

(1)

(2) Kepada Yth. Responden

Selamat pagi/siang/sore,

Nama saya Yolenta Sari, Mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul "PEMAHAMAN DAN PENERIMAAN MAHASISWA ANGGOTA ORGANISASI SENAT DAN

DEMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA PERIODE 2019 TERHADAP PLURALITAS AGAMA", maka saya membutuhkan dukungannya untuk mengisis kuesioner dibawah ini sesuai dengan hati nurani. Pertanyaan dan data responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian dan sangat dijaga kerahasiaannya.

Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Instrumen ini menggunakan skala Likert

2. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh jawaban anda.

3. Berikan tanda benar (√) pada jawaban yang paling sesuai menurut anda 4. Penelitian sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab dan tidak ada

yang dilewatkan, karena setiap pertanyaan saling berhubungan.

II. Data Responden

(data hanya untuk kepentingan penelitian)

1. Nama :...

3. Jenis Kelamin : ...

(3) agama

Keterangan Jawaban

SS = Sangat Setuju S = Setuju

TS = Tidak Setuju STS =Sangat Tidak Setuju

NO PERTANYAAN KRITERIA PILIHAN

STS TS S SS 1

Saya memahami makna pluralitas

agama

2

Menghormati keberagaman maka akan

tercipta kerukunan

3

Pluralisme adalah ideologi yang menyatakan bawa dalam keadaan

apapun senyatanya beragam

4.

Setiap agama boleh mewujudkan nilai-nilai kebaikan agamanya dalam

kehidupan bersama Kristen, Katolik dan Konghucu adalah bukti adanya pluralitas agama di

Indonesia

7

Pluralitas agama adalah anugerah bagi

bangsa Indonesia yang pantas disyukuri 8

Pancasila sebagai dasar pluralitas agama

di Indonesia

9

Semboyan Indonesia ialah Bhineka

Tunggal Ika

10

Pluralitas Agama membawa kehidupan

yang lebih baik bagi Indonesia

11

Saya mengapresiasi atau memberi pujian kepada karya orang yang

(4) 16

Saya tidak keberatan orang beragama

lain beribadah di rumah saya

17

Saya merasa tidak terganggu dengan

suara kegiatan peribadatan agama lain

18

Saya ikut berpatisipasi dalam perayaan agama lain dengan memberi ucapan

selamat hari raya

19

Saya tidak keberatan tempat ibadah agama lain dibangun di lingkungan

tempat saya tinggal

20

Saya tidak ragu menyapa tetangga yang

berbeda agama

21

Saya tidak membenarkan tindakan bom

bunuh diri

22

Saya menolak tindakan penyerangan

rumah-rumah ibadah agama lain

23

Saya tidak membenarkan tindakan

pengerusakan Salib di pemakaman 24

Tindakan radikalisme agama dapat

memecah persatuan Indonesia

25

Saya tidak membenarkan tindakan

radikalisme atas nama agama

(5) Untuk mahasiswa

1. Apa itu pluralitas agama?

2. Apakah kamu bisa menyebutkan agama-agama yang kamu ketahui?

3. Pluralitas agama adalah realitas yang terjadi di Indonesia, Bagamana cara kamu menyikapi realitas ini?

4. Apakah kamu merasa terganggu dengan atribut keagamaan orang lain?

5. Apakah kamu mengijinkan bila lingkungan di sekitar rumahmu dibangung tempat ibadah agama lain?

6. Apakah kamu merasa tidak keberatan jika memberi ucapan selamat di hari raya agama lain?

7. Bagaimana pendapatmu tentang kasus Pak slamet yang tidak boleh tinggal di suatu daerah di Sleman karena Pak Slamet berbeda agama dengan warga setempat?

8. Bagaimana pendapatmu tentang kasus penyerangan rumah-rumah ibadah hingga menelan korban jiwa?

9. Bagaimana pendapatmu tetang kasus perusakan dan pematahan salib di pemakaman di daerah Yogyakarta?

10. Menurutmu penting tidak bagi kita para mahasiswa memahami dan menerima pluralitas agama?

11. Menurutmu maasiswa UIN SUKA sudah memahami dan menerima pluralitas agama belum?

(6) A. Wawancara Mahasiswa

1. R1

Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan pluralitas agama?

Jawaban: Pluralitas agama, berasal dari kata pluralitas yang berati beragam, makan pluralitas agama adalah keberagaman agama yang kebenarannya harus dihargai dan diterima. Pluralitas tidak bisa dipisahkan dengan multikulturalisme.

Islam selalu mengajarkan kedamaian “Islam Rahmatan Lil’alamin” memberikan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama.

Pertanyaan: apakah pemahaman dan penerimaan pluralitas agama penting bagi para mahasiswa?

Jawaban: mengatakan pemahaman dan penerimaan terhadap pluralitas agama adalah hal yang sangat penting. Saya menyadari bawasannya tidak semua orang mudah menerima pluralitas, tetapi jika seseorang memperoleh pemahaman yang benar maka orang akan lebih mudah menerima pluralitas.

Pertanyaan: bagaimana pandangan anda tentang kasus pengerusakan salib di pemakaman?

Jawaban: Mengenai kasus pengerusakan salib di pemakaman daerah Sleman, Saya sangat mengecam semua perbuatan yang sifatnya merusak dan kekerasan.

Perbuatan seperti itu pasti berhubungan dengan kepetingan pribadi, bukanah

(7)

merupakan tindakan adu domba dan bertujuan untuk memecah belah kerukunan.

Pertanyaan: bagaimana hubungan anda dengan orang-orang yang beragama lain?

Pertanyaan: bagaimana hubungan anda dengan orang-orang yang beragama lain?

Dokumen terkait