• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari / Tanggal / Jam : Rabu / 9 Februari 2011 / 14.00-16.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Utama DNPI

Pimpinan Rapat : Prof. Ir. Rachmat Witoelar selaku Ketua Harian DNPI dan Utusan Khusus Presiden RI untuk Perubahan Iklim

Peserta Rapat : (daftar hadir terlampir)

Agenda : Paparan dan pembahasan usulan Bilateral Offset Mechanism Jepang

Pembukaan

1. Rapat dibuka dan dipimpin oleh Ketua Harian DNPI/ Utusan Khusus Presiden RI untuk Perubahan Iklim, Bpk. Prof. Ir. Rachmat Witoelar, dengan menyampaikan syukur kepada Tuhan YME dan terimakasih atas kehadiran peserta rapat.

2. Pimpinan rapat menyampaikan agenda rapat yaitu paparan dan pembahasan mengenai usulan

Bilateral Offset Mechanism dari pemerintah Jepang.

3. Rapat ini diadakan dalam rangka pelaksanaan tugas DNPI sebagai focal point perubahan iklim di Indonesia, sekaligus sebagai lembaga negara yang mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi dan pengembangan pasar karbon di Indonesia berdasar Perpres no. 46 tahun 2008.

Paparan mengenai usulan Bilateral Offset Mechanism (BOM) dari pemerintah Jepang

4. Bpk. Dicky Edwin Hindarto, sebagai Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon DNPI, menyampaikan paparan mengenai usulan BOM dari pemerintah Jepang dengan poin-poin sebagai berikut:

a. Pemerintah Jepang melalui Kementerian Energi, Perdagangan dan Industri (METI) serta Kementerian Lingkungan (MoE) aktif mempromosikan inisiatif Jepang untuk melakukan penurunan emisi melalui mekanisme bilateral offset dengan negara berkembang, diantaranya Indonesia;

b. Untuk mengkaji kemungkinan bilateral offset dengan Indonesia di berbagai sektor, Pemerintah Jepang melalui anggaran METI dan MoE telah membiayai 9 (sembilan) kegiatan

Feasibility Study di Indonesia dengan total dana lebih dari USD 2.500.000,- (daftar terlampir);

c. Pada tahun anggaran 2011, Pemerintah Jepang akan mengalokasikan dana sebesar USD 78.000.000,- untuk melakukan Feasibility Study lanjutan dalam rangka pembentukan BOM ini dengan perkiraan 30 (tiga puluh) proyek lanjutan akan dilakukan di Indonesia;

d. Mengingat baru berbentuk usulan Pemerintah Jepang yang belum ada bentuk konkritnya maka dalam pembahasan lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal terkait payung hukum BOM

6

dalam kerangka UNFCCC, kemungkinan dampaknya terhadap perundingan perubahan iklim internasional, besaran potensi pasar karbon dari mekanisme ini, dampaknya terhadap pemenuhan komitmen 26% Indonesia serta keselarasannya dengan prinsip Common but Differentiated Responsibilities;

e. Dalam hal teknis pelaksanaan Feasibility Study, perlu diperhatikan keperluan Indonesia untuk mendapatkan hasilnya secara utuh demi kesamaan informasi kedua negara dalam pengkajian lebih lanjut mekanisme ini.

5. Bpk. Tazwin Hanif, selaku Ketua Kelompok Kerja Negosiasi Internasional DNPI sekaligus wakil dari Kementrian Luar Negeri, menyampaikan paparan mengenai usulan Bilateral Offset Mechanism dari pemerintah Jepang dengan poin-poin sebagai berikut:

a. RI dan Jepang masih belum mempunyai perjanjian apa pun terkait BOM.

b. Para pemangku kebijakan perlu terlebih dahulu menetapkan elemen-elemen apa saja yang menjadi kepentingan Indonesia yang harus terakomodasi dalam wadah kerjasama BOM, sebelum memulai negosiasi perjanjian kedua negara.

c. Dokumen perjanjian yang nantinya dibuat oleh kedua negara, apapun bentuknya, seyogianya cukup sampai pada tingkat Menteri (tidak perlu pada tingkat kepala pemerintahan) dan harus sesuai dengan peraturan perundangan di Indonesia.

d. Sebaiknya pendekatan dalam membicarakan wadah kerjasama bilateral ini dengan pihak Jepang dilakukan atas pendekatan top-down, artinya diselesaikan dulu pembicaraan pada G-to-G, baru diturunkan ke B-to-B (jangan dibalik).

Pembahasan usulan Bilateral Offset Mechanism dari pemerintah Jepang

6. Kementerian Pertanian menyampaikan perlunya koordinasi untuk perundingan dan diskusi terkait BOM yang akan dilakukan pemerintah Jepang, dan harus ada kesepakatan G to G sebelumnya. 7. Kementerian ESDM menyampaikan bahwa

a. Usulan BOM ini mempunyai aspek teknis dan politis terkait diplomasi dan perjanjian internasional sehingga diperlukan klarifikasi aspek-aspek tersebut satu persatu.

b. Mendukung DNPI untuk melakukan koordinasi dalam isu BOM ini sehingga tidak terjadi tumpang tindih informasi dan koordinasi.

8. Kementerian Kehutanan menyampaikan bahwa:

a. Secara substansi, usulan BOM ini menarik untuk ditindaklanjuti sebagai skema alternatif untuk pelaksanaan kegiatan penurunan emisi.

b. Usulan BOM ini dapat digunakan sebagai momentum untuk secepat mungkin membangun sistem dan regulasi yang diperlukan untuk memungkinkan kegiatan-kegiatan penurunan emisi, khususnya dari sektor kehutanan.

c. Mendukung DNPI untuk menjadi koordinator dalam isu ini dan menyarankan agar melakukan koordinasi intensif dengan instansi terkait (a.l. Bappenas, Satgas REDD dan Menko Perekonomian) untuk memastikan kelayakan usulan skema semacam ini dengan prasyarat skema tersebut tidak menghalangi pembangunan dan dapat menurunkan emisi Indonesia.

7

9. Kementerian Dalam Negeri menyampaikan bahwa bila usulan BOM ini tidak melanggar norma perjanjian internasional maka dapat dikaji lebih lanjut.

10. Kementerian Koordinator Perekonomian akan melakukan koordinasi secara internal terkait isu BOM.

11. Bappenas menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Perlu klarifikasi untuk memastikan sumber anggaran Jepang akan masuk dalam skema pembiayaan yang mana, dan menghindari terjadinya pemakaian anggaran yang menjadi komitmen Jepang ke Indonesia sebelumnya seperti fast track.

b. Perlunya konsolidasi antar sektor, dan DNPI diharapkan menjadi koordinator.

c. Perlunya fairness dan transparansi pelaksanaan, mulai dari tingkat rencana pelaksanaan sampai pelaksanaan proyek, termasuk data.

d. Sangat perlu untuk dianalisis skema BOM akan mempengaruhi NAMAs Indonesia atau tidak. 12. DNPI menyampaikan klarifikasi sebagai berikut:

a. Perlu diperhatikan apa saja kemungkinan implikasi dari usulan skema BOM, baik teknis di lapangan maupun terkait posisi Indonesia di negoisasi internasional.

b. Pemerintah Jepang memilih entry point keproyekan dalam mengembangkan skema ini sehingga kerangkanya sangat bersifat teknis.

c. Diperlukan pedoman dan kriteria-kriteria yang jelas untuk menilai kelayakan skema BOM, misalnya dari aspek besaran potensi, dampaknya terhadap perundingan internasional dan pemenuhan komitmen 26%, dan lain-lain.

d. Prinsip kehati-hatian sangat disarankan dalam menyikapi usulan skema BOM terutama mengingat kaitannya yang erat dengan norma perjanjian internasional.

e. Selama menunggu pengembangan pedoman, kriteria, sistem maupun regulasi yang diperlukan, kegiatan FS yang sedang/akan berjalan dapat dilakukan selama tidak dikaitkan secara mengikat dengan skema apapun yang sifatnya belum baku.

f. Untuk konsultasi lebih lanjut, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dapat dilibatkan sebagai gerbang utama untuk meminimalisir kesimpangsiuran informasi.

Kesimpulan rapat

13. Skema BOM ini belum mempunyai payung kesepakatan bilateral Indonesia-Jepang bahkan Pemerintah Jepang sendiri belum mempunyai rumusan bentuk dan mekanismenya secara konkrit dan detil, untuk itu prinsip kehati-hatian harus diterapkan agar Indonesia mendapat manfaat optimal tanpa merugikan kepentingan nasional.

14. Sektor diharapkan tidak melakukan ikatan apapun dengan pihak Jepang terkait skema BOM.

15. Terkait dengan FS yang sedang, sudah, dan akan dilaksanakan, sektor diharapkan tidak mengikatkan diri dengan perjanjian secara resmi dalam bentuk apa pun dengan pemerintah Jepang.

16. FS yang akan berjalan diharapkan atas persetujuan sektor masing-masing berdasar usulan Jepang, dan apabila dilakukan maka harus dapat memberi manfaat yang optimal bagi Indonesia.

8

17. DNPI akan melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk mengkonsultasikan lebih lanjut usulan BOM Pemerintah Jepang.

18. Pembicaraan dan diskusi lebih lanjut dengan pihak Jepang selanjutnya akan dilakukan oleh DNPI selaku focal point perubahan iklim dan Kementrian Luar Negeri di pihak Indonesia, sedang dari pihak Jepang diharapkan diwakili oleh Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

Penutup

19. Rapat ditutup oleh Bpk. Dicky Edwin Hindarto dengan menyampaikan syukur kepada Tuhan YME dan terimakasih atas kehadiran dan sumbang saran peserta rapat.

9 Feasibility Studies in Indonesia

Approx. 200,000,000 Yen No Project Name Organization

Name Field Outline

Amount of fund provided for FS

1 Introduction of Supercritical Coal Power Plant The Institute of Energy Economics, Japan (IEEJ) Coal Power Plant

General research on the possibility to introduce highly efficient coal power plants, possible CO2 emissions reductions, institutional challenges, and costs for project implementation.

25,000,000 Yen

2 New Construction and Rehabilitation of Geothermal Power Plant

Mitsubishi Co.

Renewable Energy

Study on potential demand for new construction of geothermal power plants and possible CO2 emissions reductions, as well as analysis on case studies for rehabilitation of existing geothermal power plants.

30,000,000 Yen 3 Energy Consumption Optimization at Facilities using IT Yamatake Co. Energy Efficiency (EE) of Facilities

Appl operatio opti izatio s ste for utilities at a refi er of Perta i a, a d

identify MRV (Measurable, Reportable and Verifiable) methodology.

25,000,000 Yen

4 REDD (Reduced Emissions from Deforestation and forest Degradation) + Marubeni Co. Forestry (Rimba Makmur Utama (Kaltim) and Restorasi Gambut Lestari (Riau))

Choose at most three locations and conduct analysis on current status (policies and potentials), develop program and scheme for REDD+ projects, conduct economic analysis and consider MRV methodologies.

45,000,000 Yen

5 Carbon Capture and Storage Arabian Oil Company, Ltd. CCS (Pertamina)

Study feasibility of introducing a CCS/EOR system, design possible ground installations, and identify MRV methodology.

37,741,000 Yen

6 Energy Efficiency Improvement in the Use of Low Grade Coal

Sojitz Co. Coal Power Plant

E a i e feasi ilit of i trodu i g stea tu e

dryer (equipment to dry low-grade oal fuel

to coal power plants in Indonesia, and evaluate its contribution to emissions reduction using a simulation model.

10,000,000 Yen

7 Heat Recovery and Waste Gasification in Cement Plant Kawasaki Plant Systems, Ltd. Cement (Indocement)

Examine feasibility to introduce heat recovery and waste gasification systems to existing cement plants.

5,233,000 Yen

8 N2O reduction from Agricultural Sector using Coating Fertilizer

JCAM Agri Co. Ltd.

Chemical (Astra Agro)

Study emissions reduction potential from the agricultural sector by using coating fertilizer, and identify MRV methodology.

25,000.000 Yen

10 Daftar Hadir

No Nama Instansi Telepon Email

1 Rachmat Witoelar DNPI 021-3511400 rachmatw@gmail.com 2 Bambang Sumarsono MIGAS

3 Emilia Harahap Kementan 62811922322 emilia@deptan.go.id

4 Cipti PT Indonesia Power 62816968692 cipti.listiyanti@indonesiapower.co.id 5 Harris DJEBTKE 6281584159606 harrisyh@yahoo.com

6 E. Siagian Bangda Kemdagri 021-7942637 edson1205@yahoo.com 7 Gita Lestari DJEBTKE ESDM gitalestari@hotmail.com 8 Trois Dilisusendi DJK ESDM trois.dilisusendi@djlpe.esdm.go.id 9 Anggraeni DJEBTKE a_nurwini@yahoo.co.id

10 Roby Kurniawan DJEEBTKI robbikurnia@yahoo.com

11 Mekkadinah PT Indonesia Power 6281315326174 mekkadinah@indonesiapower.co.id 12 Farhan Helmy DNPI 62817813314 farhan.helmy@gmail.com 13 Kusnandar MIGAS 6281398400446 koez_nandar@yahoo.com 14 S. Lubis MINERBA 628129263458 syawaludin@djmbp.esdm.go.id 15 Yurika AP Kementan 62817146330 yurika.arianti@yahoo.com 16 Doddy Sukadri DNPI 021-3511400 dsukadri@yahoo.com 17 Martha Relitha EBTKE

18 Rizky EBTKE

19 Yuana RA Menko Ekon 628121070690 yuana_ra@yahoo.com 20 Kamia Handayani PLN 021-7251234 (ext 1397) kamia.handayani@pln.co.id 21 Agus Justianto Kemenhut ajustianto@mfp.or.id

22 Ilham Ditjen Ketenagalistrikan KESDM 6281586670700 ilham.indonesie@hotmail.fr 23 Luluk Sumiarso DJEBTKE 628161917770 lsumiarso@gmail.com 24 Citara Nayla Bappenas 021-3900412 citaranayla@hotmail.com 25 Ismid Hadad DNPI 021-3511400 ismidhadad@cbn.net.id 26 Amanda Katili Niode DNPI 021-3511400 akniode@yahoo.com 27 Dicky Edwin Hindarto DNPI 021-3511400 dickyedwin@yahoo.com 28 Tazwin Hanif Kementerian Luar Negeri thanif2010@gmail.com 29 Suzanty Sitorus DNPI 021-3511400 suzanty@gmail.com 30 Eka Melisa DNPI 021-3511400 eka.melisa@gmail.com 31 Armi Susandi DNPI armisusandi@yahoo.com 32 Murni Titi Panjaitan DNPI titi_panjaitan@gmail.com 33 Agus Supangat DNPI asupangat@gmail.com 34 Widiatmini DNPI widiatmini@yahoo.com 35 Andi Samyanugraha DNPI 021-3511400 andisamya@gmail.com 36 Ardiyanto Aryoseno DNPI 021-3511400 ardiyanto.dnpi@gmail.com 37 Debi Nathalia DNPI 021-3511400 debi.nathalia@gmail.com

11

Lampiran II

RISALAH RAPAT

KERJASAMA INDONESIA JEPANG BIDANG PERUBAHAN IKLIM