• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Rapat Kecil - DNPI, 24 September 2012

Pengantar

Pertemuan ini dilaksanakan di Ruang Rapat Kecil DNPI yang dihadiri oleh perwakilan dari Kemenko Ekon dan staf DNPI. Pertemuan ini sejenis capacity building yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai pasar karbon dan bagaimana menyikapi perkembangan terakhir perdagangan karbon dan pasar karbon internasional, khususnya untuk proposal Pemerintah Jepang. Serta mempersiapkan pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Jepang yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2012.

Paparan

1. Karbondioksida merupakan GRK dengan potensi pemanasan global terendah akan tetapi memiliki jumlah yang paling banyak sehingga dapat dijadikan sebagai referensi. Dalam mekanisme perdagangan penurunan emisi GRK dalam satuan setara ton karbondioksida (ton CO2eq).

2. Car o Market ≠ Car o Tradi g, tapi pada prakteknya perdagangan karbon tidak dapat terlaksana tanpa pasar karbon.

3. Manfaat pasar karbon sebagai berikut:

Memberikan insentif bagi upaya pengurangan emisi;

Menurunkan biaya pengurangan emisi secara agregat;

Membuka peluang ekonomi (green business, green jobs, dll);

Manfaat ikutan (co-benefit) untuk pembangunan berkelanjutan. 4. Beberapa perdagangan karbon yang telah berkembang, yaitu:

NSW Green house gas reduction scheme (2003, pasar wajib yang pertama);

European Union Emission Trading System (2005, saat ini adalah pasar karbon terbesar di dunia);

Kyoto Protocol Flexible Mechanism (efektif 2005, CDM termasuk di dalamnya);

Chicago Climate Exchange (2003, pasar karbon sukarela yang pertama).

5. Pasar karbon relative tumbuh terus. Dari volume perdagangan 1,7 milyar TCO2eq, dan nilai perdagangan USD 31 milyar di tahun 2006 menjadi 10,2 milyar TCO2eq, dan USD 176 milyar di tahun 2011.

6. Jenis-jenis pasar karbon berdasarkan pembentukannya terdiri dari dua yaitu, pasar wajib dan pasar sukarela. Pasar wajib terbentuk karena adanya kewajiban penurunan emisi yang diberikan oleh Pemerintah kepada emiter (capping). Hukuman atas incompliance biasanya berupa denda yang tinggi sehingga opsi perdagangan lebih dipilih oleh emiter. Sedangkan pasar karbon sukarela terbentuk karena adanya keinginan sukarela untuk menurunkan emisi. Selain motivasi idealistik tersebut, ada juga motivasi karena tuntutan pasar ataupun sebagai langkah persiapan mengantisipasi kewajiban penurunan emisi di kemudian hari.

37

7. Berdasarkan mekanismenya, digolongkan menjadi dua bagian, yaitu crediting dan trading. Crediting umumnya berbasis proyek dan Kredit Karbon adalah selisih antara emisi sebelum dan sesudah adanya proyek (ex-post), contohnya: CDM. Sedangkan trading memperdagangkan selisih antara batas emisi yang diberikan (ex-ante) dengan emisi aktual yang dilepaskan, contohnya: EU-ETS.

8. Saat ini, volume pasar karbon di dunia didominasi oleh Sistem Perdagangan Emisi Uni Eropa (EU-ETS). EU ETS merupakan penyerap kredit karbon CDM terbesar. Namun, mulai 2013, EU ETS hanya akan membeli kredit CDM dari negara Least Developed Countries (LDCs), sehingga kredit CDM dari Indonesia akan kehilangan pasar dan pengembang berlomba-lomba untuk dapat mendaftarkan proyeknya di PBB sebelum 2012 berakhir.

9. Pasar karbon sukarela hanya sebagian sangat kecil dari total pasar tetapi cenderung tumbuh dari tahun ke tahun. Untuk itu, banyak negara yang mengembangkan dan/atau merencanakan pasar karbon domestic antara lain Jepang, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, beberapa negara bagian AS dan lain-lain.

10. Selain itu, pasar karbon bilateral maupun regional mulai banyak dibicarakan. Jepang adalah negara yang paling aktif dengan usulan pasar karbon bilateral, salah satu usulannya adalah

Bilateral Offset Crediting Mechanism (BOCM).

11. BOCM akan dilakukan atas proyek-proyek kerjasama Indonesia-Jepang yang telah disepakati dan diperkirakan akan menghasilkan pengurangan emisi. Kredit pengurangan emisi tersebut

diserahka kepada Jepa g de ga i ala ada a alih tek ologi a g di erikan Jepang kepada negara berkembang yang bersangkutan.

Diskusi dan Hasil

1. Di Indonesia, 2% dari hasil penjualan CER akan dialihkan untuk dana adaptasi perubahan iklim; 2. Dalam penentuan cap pada mekanisme trading terdapat dua cara, yaitu absolute capping dan

intensity based. Absolute mapping merupakan ketentuan yang diberikan oleh pemerintah berdasarkan sektor yang didalamnya terdapat beberapa unit yang memiliki cap berbeda. Sedangkan intensity based merupakan ketentuan yang diberikan oleh pemerintah pada sektor-sektor yang berbeda. Berdasarkan cara penentuan cap ini, tipe absolute lebih banyak digunakan, karena penurunan emisinya lebih jelas dan terukur.

3. Beberapa pasar karbon di dunia, yaitu:

NZ-ETS, kreditnya dari land use dan tidak berlaku cap; Jepang, pasar karbon yang dikembangkan adalah voluntary;

China, pasar karbon yanh dikembangkan adalah voluntary yaitu K-VER;

Australia, pasar karbon akan dikembangkan pada tahun 2015;

RGGI, pasar karbon yang dikembangkan di negara bagian Amerika Utara dan pesertanya adalah pembangkit listrik >25MW.

4. Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan 3 jenis pasar yaitu:

Pasar Multilateral, yaitu Partnership for Market Readiness. Jenis kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan instrument pasar yang bersifat teknis dan registry;

Pasar Bilateral, yaitu kerjasama dengan Pemerintah Jepang yang disebut sebagai Joint Crediting Mechanism (JCM);

Pasar Domestik, yaitu pasar yang dikembangkan adalah Skema Karbon Nusantara (SKN). 5. Pertemuan dengan Pemerintah Jepang terkait rencana kerjasama Joint Crediting Mechanism

(JCM) akan dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2012. Tujuan pertemuan tersebut sebagai berikut:

Pembahasan mengenai format perjanjian atau bentuk kesepakatan yang akan dibuat;

Pembahasan mengenai keanggotaan dari Joint Committee yang akan dibentuk, termasuk kriterianya dan tingkatannya dalam organisasi kepemerintahannya;

38

Hal-hal lain yang kemudian dianggap perlu untuk didiskusikan secara bilateral dengan pemerintah Jepang terkait proposal JCM.

6. Sebelum pertemuan pada tanggal 3 Oktober 2012, maka akan diadakan pertemuan internal dengan Kementerian Luar Negeri untuk pembahasan bentuk dokumen perjanjian dan sebagainya.

Penutup

Untuk hasil rapat akan ditindaklanjuti dengan diadakannya pertemuan internal DNPI-Kemenko Ekon dan Kementerian Luar Negeri. Rencana pertemuan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2012. Pertemuan ini ditutup oleh Bapak Dicky Edwin Hindarto selaku Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon.

39

Lampiran X