• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DNPI DALAM KESEKRETARIATAN TIM KOORDINASI PERUNDINGAN

PERDAGANGAN KARBON ANTARNEGARA (TKPPKA)

1. Pembentukan TKPPKA

Tim Koordinasi Perundingan Perdagangan Karbon Antar Negara atau TKPPKA yang dibentuk berdasarkan SK Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor No. 50/05/2012, telah melakukan kegiatannya sejak ditandatanganinya SK tim tersebut. Tim ini terbentuk antara lain sebagai imbangan terhadap proposal negara sahabat, khususnya pemerintah Jepang dan juga beberapa negara lain termasuk Australia, untuk melakukan perdagangan karbon antar negara, khususnya paska tahun 2012.

Karena luasnya cakupan peluang perdagangan karbon antar negara, tim ini kemudian dibentuk dengan susunan Ketua Tim Pengarahnya adalah Menko Perekonomian dan sebagai Wakil Ketua Tim Pengarah adalah Menteri Perdagangan dengan anggota 4 orang pejabat setingkat menteri. Sedang untuk Tim Pelaksananya diketuai oleh Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional Kemenko Perekonomian dan ketua alternate Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dengan 8 (delapan) orang anggota tim setingkat eselon 1 dari berbagai kementerian terkait.

TKPPKA selama masa tugasnya, yang dimulai sejak penandatanganan SK pada tanggal 16 Mei 2012 - 31 Desember 2012, telah melakukan berbagai pertemuan dan koordinasi dengan pihak negara Jepang maupun koordinasi internal antar kementerian terkait. Sesuai dengan SK yang telah dikeluarkan, maka tugas Tim Pelaksana TKPPKA adalah sebagai berikut.

1. Melakukan perundingan atas Skema Perdagangan Karbon dengan pihak negara partner yang berminat untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia.

2. Mengambil langkah-langkah penyelesaian terhadap permasalahan dan hambatan dalam perundingan atas Skema Perdagangan Karbon Antarnegara.

3. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi kebijakan yang diperlukan dalam pelaksanaan perundingan atas Skema Perdagangan Karbon Antarnegara kepada Tim Pengarah.

4. Melaksanakan tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Tim Pengarah.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, TKPPKA kemudian juga dibantu oleh Tim Sekertariat yang dalam hal ini ditugaskan kepada Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon di DNPI.

2. Status Perkembangan dan Perundingan Terakhir

Pemerintah Jepang telah menyelesaikan 32 (tiga puluh dua) kegiatan studi kelayakan/Feasibility Study

atau FS, sejak dimulainya kegiatan pada tahun 2010 sampai dengan sekarang. Pada periode tahun 2012, masih sedang dilakukan 25 (dua puluh lima) FS, yang akan selesai pada periode Maret 2013. Sampai dengan bulan Maret 2013 nanti, Pemerintah Jepang diperhitungkan akan sudah menyelesaikan 57 (lima puluh tujuh) kegiatan FS, yang terdiri dari kegiatan di energi terbarukan (hydro, geothermal, surya, dan angin), efisiensi energi (di pembangkit listrik dan industri), REDD+, carbon captured and storage (CCS), transportasi, pertanian, dan penggantian bahan bakar.

3

Perundingan dengan Pemerintah Jepang sendiri sampai dengan saat ini sebenarnya telah dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu sebelum TKPPKA dibentuk dan setelah TKPPKA dibentuk. Sebelum TKPPKA dibentuk, perundingan dimotori oleh DNPI selaku pemegang mandat pengembangan pasar karbon nasional sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 46 tahun 2008. Setelah dibentuknya TKPPKA, maka perundingan dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian dan dibantu oleh DNPI.

Selama kurun waktu 2011-2012, sudah dilakukan beberapa perundingan terkait perdagangan karbon antar negara ini, khususnya dengan Pemerintah Jepang. Perundingan dan diskusi tersebut adalah seperti di bawah ini.

Selain pertemuan-pertemuan di atas, telah dilakukan juga pertemuan antara wakil Pemerintah Indonesia dengan wakil Pemerintah Jepang, yang masing-masing dilakukan di luar Indonesia, dengan perincian sebagai berikut.

1. Pertemuan informal dengan Pemerintah Jepang yang diwakili oleh METI, MoE, dan MOFA dengan pemerintah Indonesia yang diwakili personil Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon di Sydney, pada tanggal 22 Oktober 2012. Pertemuan ini membahas masalah pertanyaan dari Pemerintah Jepang terhadap bentuk perjanjian apa yang paling tepat sebagai landasan operasionalisasi Joint Credit Mechanism (JCM).

2. Pertemuan bilateral antara delegasi perundingan RI (DELRI) dengan delegasi perundingan Pemerintah Jepang tanggal 29 Nopember 2012 disela-sela COP 18 di Doha. DELRI diwakili oleh personil dari DNPI, Kemenlu, dan Bappenas. Di dalam pertemuan ini masih dibahas tentang bentuk perjanjian internasional yang paling sesuai sebagai landasan kerjasama kedua belah pihak.

No Hari/Tanggal Perihal Pertemuan Peserta Hasil

1 Rabu, 9 Februari 2011 Paparan dan pembahasan usulan

Bilateral Offset Mechanism Jepang Kementerian di Indonesia Lampiran I

2 Rabu, 27 Juli 2011

Pertemuan terkait penjelasan rencana kerjasama bilateral

Pemerintah Jepang dalam perubahan iklim

Delegasi Jepang &

Pemerintah Indonesia Lampiran II

3 Selasa, 31 Januari 2012 Diskusi tindak lanjut Bilateral Offset

Crediting Mechanism (BOCM) Kementerian di Indonesia Lampiran III 4 Senin, 20 Februari 2012 Pemaparan studi kelayakan program BOCM Tahun

2011

Delegasi Jepang &

Pemerintah Indonesia Lampiran IV dan IVa

5 Selasa, 21 Februari 2012 Diskusi pembahasan framework BOCM Delegasi Jepang &

Pemerintah Indonesia Lampiran V

6 Selasa, 10 Juli 2012 Pertemuan pembahasan mengenai rencana terakhir

Pemerintah Jepang Kementerian di Indonesia Lampiran VI

7 Rabu, 18 Juli 2012 Pertemuan Bilateral Tim TKPPKA dan Delegasi

Pemerintah Jepang Kementerian di Indonesia Lampiran VII

8 Jumat, 14 September 2012 Pertemuan Tim TKPPKA terkait Pembahasan Dokumen

Proposal Joint Crediting Mechanism (JCM) Kementerian di Indonesia Lampiran VIII

9 Senin, 24 September 2012 Pertemuan internal DNPI - Kemenko Ekon DNPI dan Kementerian

Perekonomian Lampiran IX

10 Senin, 1 Oktober 2012 Pertemuan internal persiapan negosiasi

dengan Pemerintah Jepang Kementerian di Indonesia Lampiran X

11 Rabu, 3 Oktober 2012 Pertemuan Tim TKPPKA dengan Delegasi Pemerintah Jepang

Delegasi Jepang &

Pemerintah Indonesia Lampiran XI

Sebelum TKPPKA dibentuk

4

Pertemuan dan perundingan yang telah dilakukan tersebut, terutama membahas masalah landasan kerjasama perdagangan karbon dan skema dasar dari operasionalisasi sistem perdagangan karbon yang akan dibangun bersama oleh kedua negara. Saat ini, dokumen yang telah dibahas oleh kedua belah pihak, yaitu Low Carbon Growth Partnership between the Government of Japan and the Government

of the Republic of Indonesia da Rules of implementation for The Joint Crediting Mechanism (JCM)

telah hampir tuntas dibahas dan hanya menyisakan beberapa kalimat yang masih belum menemukan kesepahaman (lampiran XII dan lampiran XIII).

Yang kemudian masih belum menemukan kesepahaman antara keduabelah pihak adalah masalah bentuk dari perjanjian antara kedua negara, dimana Indonesia menghendaki ada ya i ter atio ally i di g agree e t sedang pihak Pemerintah Jepang menganggap bahwa bentuk o i di g agree e t sudah mencukupi sebagai dasar dan landasan kerjasama.

Bagi Pemerintah Jepang, internationally binding agreement berarti harus melewati proses yang panjang karena harus ada persetujuan dengan parlemen, sementara pada pertengahan tahun 2013 akan ada pemilihan umum baru dan pergantian kabinet. Sementara bagi pemerintah Indonesia, bentuk perjanjian dengan internationally binding agreement adalah suatu kelaziman untuk kerjasama seluas perdagangan karbon antar negara yang diusulkan oleh pemerintah Jepang.

3. Langkah Selanjutnya

Di dalam pertemuan terakhir dengan Pemerintah Jepang, telah disampaikan bahwa salah satu bentuk kerjasama yang bisa dicontoh adalah kerjasama antara Indonesia dengan Norway dalam hal penyelamatan hutan dalam skema REDD+. Telah disampaikan juga kepada Pemerintah Jepang, selanjutnya Indonesia akan menunggu alternatif kesepakatan kerjasama yang akan disampaikan oleh Pemerintah Jepang.

Untuk itu, diperlukan beberapa kali pertemuan lagi dengan Pemerintah Jepang untuk mematangkan dan kemudian memutuskan bentuk kerjasama dan perjanjian yang terbaik guna implementasi Skema Perdagangan Karbon Antar Negara ini. Dengan berakhirnya masa penugasan TKPPKA pada tanggal 31 Desember 2012, sedangkan masalah yang dibahas belum diputuskan secara tuntas, maka diharapkan akan adanya perpanjangan penugasan untuk TKPPKA ini sampai dengan kesepakatan tercapai.

Jakarta, 27 Desember 2012

5

Lampiran I