• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Rapat Menko - Kantor Kemenko Perekonomian, 3 Oktober 2012

Pembukaan

Agenda rapat bilateral ini adalah:

Pemaparan tentang draft revisi dokumen Low Carbon Growth Partnership serta Rules of Implementation skema Joint Crediting Mechanism (JCM)

Diskusi dan negosiasi terkait kedua dokumen tersebut

Diskusi tentang langkah selanjutnya

1. Rapat dibuka dengan kata sambutan dari delegasi Indonesia, oleh Ketua Tim Pelaksana TKPPKA, Rizal Affandi Lukman, dan Wakil Ketua, Agus Purnomo. Delegasi Indonesia menyambut kedatangan delegasi Jepang dan mengharapkan rapat dapat menghasilkan hasil signifikan untuk dilaporkan kepada tim pengarah sekaligus sebagai masukan bahan pertemuan tingkat menteri Indonesia-Jepang di Tokyo.

2. Ketua Delegasi Jepang, Masami Tamura, menyampaikan fokus delegasi Jepang adalah menyampaikan tanggapan atas revisi draft kedua dokumen dan harapan agar persetujuan pelaksanaan JCM dapat dicapai kedua negara dalam tahun ini.

Paparan dan diskusi atas revisi draft dokumen Low Carbon Growth Partnership

3. Ketua Delegasi Jepang memaparkan tanggapan atas revisi draft dokumen Low Carbon Growth Partnership (LCGP) yang akan menjadi payung hukum penerapan JCM. Delegasi Jepang telah merevisi draft versi 3 yang diterima dari pihak Indonesia dengan substansi perubahan sebagai berikut:

a) Jepang setuju dengan substansi keseluruhan dokumen draft versi 3.

b) Jepang melakukan usulan revisi yang menegaskan pendapat delegasi Jepang bahwa dokumen LCGP nantinya tidak bersifat mengikat secara hukum. Hal ini karena prosedur pemerintah Jepang untuk pembuatan dokumen perjanjian atau persetujuan yang mengikat secara hukum sangat memakan waktu dan tenaga, diantaranya perlu persetujuan parlemen, sehingga sulit untuk selesai dalam tahun ini.

c) Jepang mengusulkan penandatangan dokumen LCGP dari pihak mereka adalah Duta Besar Jepang untuk Indonesia.

4. Delegasi Indonesia berpendapat bahwa keinginan Jepang agar dokumen LCGP tidak bersifat mengikat secara hukum (not legally binding) agak mengagetkan dan menyampaikan tanggapan dan saran untuk perumusan dokumen LCGP sebagai berikut:

a) Perlu diperhatikan implikasi dokumen LCGP yang tidak mengikat secara hukum terhadap pembentukan Joint Committee dan kekuatan keputusan-keputusannya dalam mengoperasikan JCM kelak.

42

b) Walaupun dokument LCGP tidak bersifat mengikat secara hukum, perlu diperjelas apa jenis dokumen tersebut (mis. MoU, LoI, Joint Statement, dll) karena akan menentukan siapa penandatangan dari pihak Indonesia. Bila penandatangan dari pihak Jepang adalah Duta Besar maka penandatangan dari pihak Indonesia kemungkinan adalah pejabat setingkat eselon I.

c) Berdasarkan kelaziman di Indonesia, Kementerian Luar Negeri berpendapat perlunya revisi lebih lanjut atas draft dokumen LCGP dengan memberikan konsistensi antara judul dengan badan dokumen, menyatakan area kerjasama yang akan dilakukan, membentuk kelompok pengarah untuk Joint Committee (terutama bila anggota JC adalah dari eselon 2/working level), dan mengusulkan dokumen tersebut dibuat ringkas dengan detil-detil dipindahkan ke Rules of Implementation. Kementerian Luar Negeri juga menekankan perlunya menggunakan terminologi untuk para pihak yang jelas mencerminkan perjanjian/persetujuan tersebut apakah antar pemerintah (government) atau negara (state) dan LCGP dapat dibuat sebagai suatu dokumen hukum yang tidak bersifat mengikat (less legally binding) misalnya dalam bentuk Memorandum of Understanding atau Letter of Interest.

5. Delegasi Jepang memberikan tanggapan bahwa pembentukan dan kekuatan putusan-putusan

Joint Committee akan berdasarkan kepercayaan terhadap niat kedua belah pihak melakukan kerjasama JCM. Selain itu dokumen hukum yang tidak bersifat mengikat tidak umum dikenal di Jepang sehingga jenis dokumen apa yang cocok untuk LCGP perlu dibicarakan lebih lanjut di internal Jepang.

Kesimpulan rapat

6. Berdasarkan usulan Indonesia, kedua belah pihak sepakat untuk memfinalisasi dokumen LCGP sebagai semacam Joint Statement. Hal-hal dalam paragraf 1-3 draft dokumen LCGP dapat menjadi isi Joint Statement ini sedangkan hal-hal lainnya dapat diatur dalam dokumen turunannya, misalnya Memorandum of Understanding, yang akan didraft oleh Kementerian Luar Negeri. Joint Statement ini, bila memungkinkan, dapat menjadi salah satu output pertemuan tingkat menteri Indonesia-Jepang yang akan diadakan di Tokyo, Oktober 2012. 7. Kedua belah pihak sepakat untuk memikirkan lebih lanjut cara implementasi JCM dalam koridor

tatanan hukum yang berlaku di masing-masing negara.

Penutup

8. Rapat ditutup oleh Ketua Tim Pelaksana TKPPKA dengan mengucapkan terimakasih pada peserta rapat.

43

Lampiran XII

Low Carbon Growth Partnership

between the Government of Japan and the Government of the Republic of Indonesia (Draft ver. 3)

1. The Government of Japan and the Government of the Republic of Indonesia (hereinafter

referred to as oth sides , i pursuit of the ulti ate o je ti e of the U ited Natio s Fra e ork Co e tio o Cli ate Cha ge herei after referred to as the Co e tio as

stated in its Article 2 and of achieving sustainable development, and in order to continue to address climate change in cooperation beyond 2012, promote the Low Carbon Growth Partnership as follows.

2. Both sides hold close policy consultations at various levels for cooperation toward low carbon growth under the UN, at the regional and bilateral frameworks, including the East Asia Low Carbon Growth Partnership.

3. Both sides, in order to promote investment and deployment of low carbon technologies, products, systems, services and infrastructure to achieve low carbon growth in Indonesia,

esta lish a Joi t Crediti g Me ha is herei after referred to as the JCM a d i ple e t it

in accordance with the relevant domestic laws and regulations in force in respective countries. 4. Both sides establish the Joint Committee to operate the JCM. The Joint Committee will

develop the Rules of Implementation for JCM.

5. The Joint Committee consists of representatives from both sides. Rules of procedures of the Joint Committee, including its membership, are formulated through consultations between both sides.

6. Both sides mutually recognize that verified reductions or removals from the mitigation projects under the JCM will be used as a part of their own internationally pledged greenhouse gases mitigation efforts.

7. Both sides ensure the robust methodologies, transparency and the environmental integrity of the JCM and maintain the JCM simple and practical, to promote concrete actions for global greenhouse gases emissions reductions or removals.

8. Both sides will ensures the avoidance of double counting on greenhouse gases emission reductions or removals from mitigation projects registered under the JCM for the purpose of other international climate mitigation mechanisms.

9. Both sides work in close cooperation to facilitate financial, technological and capacity building support necessary for the implementation of the JCM.

44

10. The JCM starts its operation as the non-tradable credit type mechanism. Both sides continue consultation for the transition to the tradable credit type mechanism and reach a conclusion of such consultation at the earliest possible timing.

11. Both sides aim for concrete contributions to assisting adaptation efforts of developing countries through the JCM upon the operationalization of its tradable credit type mechanism. 12. This partnership covers the period from the signing of this partnership document until a new

international framework under the Convention has entered into force. Both sides consider possible extension of this partnership and reach a conclusion before its expiration, taking into account, inter alia, the progress made in the UNFCCC.

13. Any content of this document may be amended upon mutual consent of both sides made in writing.

45

Lampiran XIII