• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3) Estimasi Discount rate

5.6 Analisis Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Di Pesisir Kota Ambon

5.6.5 Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan suatu diskursus yang multifase. Oleh karena itu, berbagai permasalahan yang terkandung di dalamnya selalu menyentuh berbagai aspek hukum. Tak kalah juga pentingnya Faktor kelembagaan yang belakangan ini menjadi barometer utama dalam mendorong tumbuh kembangnya bisnis dan pembangunan secara umum. Oleh karena itu kombinasi Hukum dan kelembagaan dalam pembangunan perikanan sangat penting karena penguatan kelembagaan tanpa implementasi hukum yang kuat

121 tidak akan efektif. Penumbuhan kelembagaan pelaku utama dalam usaha perikanan adalah proses inisiasi dan fasilitasi tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran pelaku utama dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan prinsip kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antara pelaku utama, sehingga dapat merupakan faktor pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada dalam kelompok.

Hal ini bertalian dengan kehidupan nelayan purse seine khususnya di Pesisir Kota Ambon yang selalu bekerja berkelompok. Tanpa kelembagaan dan aturan- aturan yang formal maupun informal, akan sulit mencocokkan sifat dan karakter dari masing-masing anggota kelompok. Dimensi hukum dan kelembagaan akan mengkaji hal-hal demikian melalui 8 atribut yaitu ketersediaan peraturan formal dan informal pengelolaan perikanan, ketersediaan personil penegak hukum di lokasi atau lembaga pengawas lokal, illegal fishing, peranan kelembagaan formal yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan, ketersediaan peraturan informal pengelolaan perikanan, ketersediaan dan peran tokoh masyarakat lokal, peranan kelembagaan lokal (informal) yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan dan manfaat aturan formal untuk nelayan.

Atribut ketersediaan peraturan formal dan informal pengelolaan perikanan Dalam pengelolaan perikanan tangkap, terdapat beberapa ketentuan aturan yang seyogyanya dimengerti dan dipahami untuk dapat dilaksanakan dengan benar, khususnya oleh para pelaku utama penangkapan ikan (nelayan), pelaku usaha maupun para stakeholder perikanan tangkap lainnya. Kondisi ini pun terjadi di Kota Ambon. Peraturan di bidang perikanan, khususnya perikanan tangkap, ditemukan dua ketentuan, yaitu peraturan Formal yang ditetapkan oleh pemerintah Pusat maupun daerah, sedangkan peraturan informal adalah yang ditetapkan oleh stakeholder desa atau kesepakatan bersama internal nelayan maupun nelayan dengan stakeholder lainnya. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 1 yang berarti ada peraturan-peraturan untuk perikanan purse seine di Pesisir Kota Ambon.

122

Atribut ketersediaan personel penegak hukum di lokasi atau lembaga pengawas lokal

Terselenggaranya penegakan hukum dan terpenuhinya rasa keadilan bagi semua pihak akan mendatangkan kenyamanan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Berbagai aturan yang dibuat akan dijunjung setinggi tingginya oleh manusia yang memiliki moral dan berprikemanusiaan. Selain itu faktor pendidikan yang menjamin kesadaran dari individu maupun kelompok sangat menentukan dalam menanggapi berbagai aturan. Kondisi nelayan di Kota Ambon khususnya nelayan purse seine sejauh ini selalu memperhatikan berbagai aturan formal walaupun ada yang hanya mengetahui namun tidak memahaminya. Hal ini menuntut adanya personil penegak hukum dilokasi atau basis pengoperasian alat tangkap. Bukan hanya untuk memeriksa SIUP dan lain lain, namun juga untuk mengatasi berbagai konflik dan perlakuan yang tidak layak untuk sumberdaya. Kerap kali hanya stakeholder desa dan para pemuka agama yang berada bersama dengan nelayan dan selalu berinteraksi. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 1 yang berarti ada tersedianya personil penegak hukum namun tidak berada di lokasi.

Atribut illegal fishing,

Pengertian illegal fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang berlaku, aktivitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Hal ini dapat terjadi di semua kegiatan perikanan tangkap tanpa tergantung pada lokasi, target species, alat tangkap yang digunakan dan eksploitasi serta dapat muncul di semua tipe perikanan, baik skala kecil dan industri, perikanan di zona jurisdiksi nasional maupun internasional. Di Kota Ambon sesuai dengan hasil wawancara dengan 30 orang nelayan purse seine sering sekali ada kapal-kapal yang tidak dikenal dan memanfaatkan sumberdaya ikan dengan seenaknya saja. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 1 yang berarti adanya illegal fishing di Pesisir Kota Ambon.

123  Atribut peranan kelembagaan formal yang mendukung pengelolaan

sumberdaya perikanan,

Kelembagaan formal ialah suatu kelembagaan yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau kelembagaan yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Kelembagaan formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelembagaan yang akan dibuat. Lembaga formal dibidang perikanan yang ada di Kota Ambon salah satunya adalah Koperasi nelayan. Koperasi nelayan perkembangannya cukup baik, hanya saja kelemahan dari nelayan adalah beberapa nelayan tidak mengerti apa itu koperasi dengan berbagai tujuan dan sasarannya, namun hampir semua desa nelayan memiliki koperasi yang biasanya jika ada bantuan dari pemerintah kalau tidak melalui pimpinan desa atau stakeholder, biasanya melalui Koperasi nelayan. Skor yang diberikan adalah 2 yang berarti kelembagaan formal yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan ada dan berperan di Kota Ambon.

Atribut ketersediaan peraturan informal pengelolaan perikanan

Peraturan informal biasanya dibuat oleh kelompok informal yaitu Kelompok- kelompok yang tidak memliki struktur organisasi tertentu yang pasti. Kelompok tersebut pada umumnya terbentuk karena adanya pertemuan yang berulang kali dan hal tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan dan pengalaman yang sama. Kelompok tidak resmi (informal group) ini tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi. Seringkali peraturan yang dibuat oleh kelompok ini berasal dari kebiasaan. Kebiasaan (custom) adalah semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh rakyat, karena diyakini bahwa aturan itu berlaku sebagai hukum. Agar kebiasaan memiliki kekuatan yang berlaku dan sekaligus menjadi sumber hukum, maka harus dipenuhi syarat sebagai berikut:

1. Harus ada perbuatan atau tindakan tertentu yang dilakukan berulangkali dalam hal yang sama dan diikuti oleh orang banyak atau umum.

124

2. Harus ada keyakinan hukum dari orang-orang atau golongan-golongan yang berkepentingan, dalam arti harus terdapat keyakinan bahwa aturan-aturan yang ditimbulkan oleh kebiasaan itu mengandung/memuat hal-hal yang baik dan layak untuk diikuti/ditaati serta mempunyai kekuatan mengikat.

Khusus untuk kelompok nelayan purse seine di Pesisir Kota Ambon, memiliki peraturan-peraturan yang merupakan kesepakatan bersama, seperti sistem bagi hasil, sanksi terhadap ABK yang beberapa kali tidak mengikuti aktivitas penangkapan ikan dan lain-lain. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 1 yang berarti tersedianya peraturan informal dalam pengelolaan perikanan.  Atribut ketersediaan dan peran tokoh masyarakat lokal

Telah kita ketahui bersama bahwa aturan informal untuk pengelolaan sumberdaya laut maupun darat di Kota Ambon adalah atas kesepakatan bersama yang telah membudaya sejak dahulu kala, yang masih dipelihara hingga saat ini, demi kelangsungan hidup generasi selanjutnya. Khusus untuk aturan aturan ini, ditetapkan oleh stakeholder desa diantaranya Pemerintah Negeri dan Pemuka Agama. Skor yang diberikan adalah 2 yang berarti adanya tokoh masyarakat yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.  Atribut peranan kelembagaan lokal (informal) yang mendukung pengelolaan

sumberdaya perikanan

Telah di jelaskan pada atribut sebelumnya, bahwa kelembagaan lokal di Kota Ambon ada dan cukup berperan. Skor yang diberikan untuk atribut adalah 2 yang berarti adanya kelembagaan lokal yang berperan di Kota Ambon.

Atribut manfaat aturan formal untuk nelayan.

Suatu organisasi atau kelembagaan mempunyai arti penting dalam masyarakat, karena organisasi atau lembaga dapat membantu/mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam lingkungan dan kehidupannya dengan aturan-aturan yang ditetapkan dan diberlakukan secara adil. Banyak hal yang bisa diperoleh dari sebuah kelembagaan formal dengan aturannya, antara lain kemampuan menuangkan ide positif, kesempatan menyalurkan aspirasi dan kita bisa mendapatkan arti pentingnya kebersamaan dalam mencapai sebuah tujuan bersama. Skor yang diberikan untuk atribut ini adalah 2 yang berarti, ada banyak manfaat yang dirasakan nelayan dari berbagai aturan formal.

125 Hasil penilaian terhadap 8 atribut Dimensi hukum dan kelembagaan disajikan dalam Tabel 46.

Tabel 46. Hasil penilaian atribut dalam dimensi hukum dan kelembagaan.

No Atribut Pilihan Skor Baik (Good) Buruk (Bad) Nilai Skor Keterangan

1 Ketersediaan peraturan formal dan

informal pengelolaan perikanan 0;1 1 0 1 Nilai Modus 2 Ketersediaan personil penegak hukum di

lokasi atau lembaga pengawas lokal 0;1;2 2 0 1 Nilai Modus

3 Illegal fishing 0;1 0 1 1 Nilai Modus

4

Peranan kelembagaan formal yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan

0;1;2 2 0 2 Nilai Modus

5 Ketersediaan peraturan informal

pengelolaan perikanan 0;1 1 0 1 Nilai Modus 6 Ketersediaan dan peran tokoh masyarakat

lokal 0;1;2 2 0 2 Nilai Modus

7

Peranan kelembagaan lokal (informal) yang mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan

0;1;2 2 0 2 Nilai Modus 8 Manfaat aturan formal untuk nelayan 0;1;2 2 0 2 Nilai Modus

Sumber : Hasil Analisis Data, 2013

Nilai skor tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode MDS dan teknik Rapfish (Lampiran 19). Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap secara hukum dan kelembagaan, sebagaimana dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 32.

Gambar 32. Hasil analisis MDS dimensi hukum dan kelembagaan sumberdaya ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon

126

Nilai stress yang diperoleh untuk dimensi hukum dan kelembagaan adalah 13,51% (Tabel 47) Menurut prosedur multidimensional scaling (MDS) diacu dalam Fauzi dan Anna (2004), jika nilai stress yang dilambangkan dengan S semakin rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Nilai stress (S) sudah memenuhi kondisi fit (goodness of fit) karena S < 25%.

Beberapa nilai statistik yang diperoleh dari MDS dalam Rapfish pada dimensi hukum dan kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 47. Nilai statistik yang diperoleh dari hasil analisis MDS dengan teknik Rapfish pada dimensi hukum dan kelembagaan

No Atribut Statistik Nilai Statistik Persentase (%)

1 Stress 0,1351 13,51

2 R2 0,9403 94,03

3 Jumlah Iterasi 2

Sumber : Hasil Analisis Data 2013

Nilai koefisien determinasi (selang kepercayaan) atau R2 sebesar 94,03% (Tabel 47). Hasil simulasi Monte Carlo untuk dimensi hukum dan kelembagaan menunjukkan bahwa kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon dengan alat tangkap purse seine tidak banyak mengalami gangguan (perturbation). Ini ditunjukkan oleh plot yang memusat atau kurang menyebar pada Gambar 33.

Gambar 33. Kestabilan nilai ordinasi hasil Rapfish dengan Monte Carlo pada dimensi hukum dan kelembagaan sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon.

127 Analisis sensitivitas pada dimensi hukum dan kelembagaan dengan metode analisis leverage pada Rapfish dapat dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Analisis distribusi sensitivitas atribut pada dimensi hukum dan kelembagaan sumberdaya perikanan pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon.

Analisis sensitivitas pada dimensi hukum dan kelembagaan dengan metode analisis leverage pada Rapfish memperlihatkan bahwa atribut Ilegal fishing dan ketersediaan personil penegak hukum merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan perikanan purse seine di Pesisir Kota Ambon. Perubahan sedikit saja pada atribut ini akan berdampak besar terhadap status keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai root mean square change (Gambar 34) kedua atribut tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan atribut-atribut lainnya.

Hasil analisis MDS dengan menggunakan teknik Rapfish menunjukkan bahwa status keberlanjutan perikanan tangkap sumberdaya ikan pelagis kecil menggunakan alat tangkap purse seine bervariasi pada setiap dimensi dengan nilai indeks keberlanjutan mulai dari bad (buruk) sampai good (baik) dalam selang 0- 100. Status keberlanjutan dinyatakan dalam selang dari bad (0) sampai good (100) yang dibagi menjadi empat kategori. Selang indeks keberlanjutan tersebut yaitu selang 0-25 dalam status buruk, selang 26-50 dalam status kurang, selang 51-75 dalam status cukup dan selang 76-100 dalam status baik.

Hasil penelitian di lapang, baik dengan menggunakan data primer maupun data sekunder, ditemukan 38 atribut yang terpenuhi untuk 5 dimensi dalam

128

analisis MDS menggunakan teknik Rapfish. Ke 38 atribut tersebut terbagi ke dalam masing-masing dimensi.

5.6.6 Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Ikan Pelagis Kecil dengan