DAFTAR LAMPIRAN
2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Berkelanjutan
Pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan upaya penting dalam menjaga kesinambungan sumberdaya atau sustainability. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya generasi sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumberdaya, tetapi juga generasi mendatang. Pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu upaya untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penerapan kebijakan open access terhadap permasalahan ekologi dan sosial ekonomi di wilayah pesisir dan laut.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan adalah daya dukung lingkungan hidup yaitu kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
Gambar 5. Hubungan discount rate dengan keseimbangan stok dalam kondisi dinamik (Fauzi 2004)
23 makhluk hidup lain (Undang-Undang nomor 23, tahun 1997). Daya dukung merupakan konsep yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya secara terbatas. Daya dukung lingkungan dibagi menjadi 2, yakni; (1) daya dukung ekologis (ecological carrying capacity), dan (2) daya dukung ekonomis (economic carrying capacity) (Scones, 1993). Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum organisme pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan dan tanpa terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Daya dukung ekologis ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan. Daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi (skala usaha) yang memberikan keuntungan maksimum secara lestari dalam suatu lahan dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter- parameter kelayakan usaha secara ekonomi (Clark 1996),
Tujuan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pelagis kecil di Pesisir Kota Ambon yaitu untuk mendapatkan hasil tangkapan optimal sesuai dengan daya dukung pembentukan biomassa stok tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan perairan serta menjamin kelestariannya. Sifat dari sumberdaya perikanan yang open access yang artinya bersifat terbuka, menimbulkan beberapa konsekuensi yaitu :
1) Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan atau over exploitation, investasi berlebihan atau over investment dan tenaga kerja berlebihan atau over employment
2) Perlu adanya hak kepemilikan atau property rights, misalnya oleh negara atau state property rights, oleh masyarakat atau community property rights atau oleh swasta atau perorangan atau private property rights
3) Mempertahankan kelestarian sumberdaya dan fungsi lingkungan
4) Mencegah terjadinya konflik antara pelaku utama usaha penangkapan ikan Dalam pasal 2 Undang-Undang No.45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan.
24
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang produktif dan berkelanjutan dapat diwujudkan melalui pendekatan :
1) Penerapan teknologi berkelanjutan (teknologi yang ramah lingkungan). FAO (1995) memberikan ciri-ciri alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan adalah : (a) Memiliki selektivitas yang tinggi, (b) Tidak merusak habitat atau ekosistem, (c) Tidak membahayakan keanekaragaman hayati dan spesies yang dilindungi, (d) Tidak membahayakan kelestarian ikan target, (e).Tidak membahayakan nelayan.
2) Konservasi sumberdaya ikan dan lingkungan perairan. Menurut Maarif (2009), bahwa UU No.31 tahun 2004 pasal 1 angka 8 dengan revisi perubahannya dalam UU No.45 tahun 2009 pada pasal 13 ayat 1 dan 2 dan peraturan turunannya yaitu PP No.60 tahun 2007 tentang Konservasi ikan yang didalam kedua hukum mengatur tentang perlunya upaya konservasi untuk pengelolaan sumberdaya ikan melalui perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan.
3) Pendekatan keterpaduan antar sektoral. Lilley (1999) menyatakan, sampai saat ini pengelolaan sumberdaya laut masih sangat bersifat sektoral. Ia mengidentifikasi berbagai permasalahan antara lain : a) Ketidakjelasan tanggung jawab dari instansi yang berkepentingan dengan masalah sumberdaya kelautan. b) Ada perbedaan kepentingan antar departemen sehingga peraturan yang dikeluarkan seringkali bersifat sangat sektoral, tumpang tindih atau bertentangan. c) Lemahnya kerangka hukum yang mengatur sumberdaya kelautan dan pesisir, serta perangkat hukum untuk penegakannya. d) Tidak adanya tata ruang yang mengatur secara khusus kawasan pantai dan pesisir. e) Kurangnya pemahaman akan pentingnya nilai dari sektor kelautan, sifat-sifat dari kelautan, termasuk sumberdaya lautnya. f) Masih minimnya keikutsertaan masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir. g) Kurangnya kekuatan hukum dan pengakuan terhadap sistem-sistem tradisional serta wilayah ulayat laut dalam pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir. h) Kurangnya tenaga ahli, sumberdaya manusia dan keuangan untuk bidang kelautan, i) Pengelolaan
25 kawasan yang telah ditetapkan menjadi kawasan konservasi laut tidak sepenuhnya berjalan efektif.
Menurut Simanjuntak (2000), konsep dasar dari keberlanjutan adalah penggunaan sumberdaya alam sedemikian rupa sehingga tidak terkuras atau rusak secara permanen. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai batas kekuatan sumberdaya alam tersebut sampai seberapa jauh bisa digunakan tanpa terkuras atau rusak secara permanen.
Gambar 6. Segitiga keberlanjutan perikanan (Charles 2001).
Menurut Charles (2001), keberlanjutan pembangunan perikanan mengandung 4 (empat) komponen dasar yang harus terpenuhi (Gambar 6). Komponen dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) Keberlanjutan ekologi (ecological sustainability)
Berhubungan dengan stok dari sumberdaya ikan, daya dukung lingkungan dan keseimbangan dari ekosistem.
2) Keberlanjutan sosial-ekonomi (socioeconomic sustainability)
Berhubungan dengan pemerataan kesejahteraan yang akan dan bisa diperoleh oleh generasi berikutnya dengan pemanfaatan sumberdaya ikan.
3) Keberlanjutan masyarakat (community sustainability)
Berhubungan dengan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat nelayan, sehingga dengan ini diharapkan pengelolaan ikan secara berkelanjutan akan terus berlangsung secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya
Institutional Sustainability Sosio-economic Sustainability Community Sustainability Ecological Sustainability
26
4) Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability)
Berhubungan dengan dukungan dari lembaga (pemerintah maupun swasta) administrasi yang baik dan keuangan sebagai prasyarat tercapainya 3 (tiga) komponen dasar sebelumnya.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan sistem perikanan berkelanjutan dapat dilakukan dengan pendekatan dari aspek lingkungan biofisik, lingkungan manusia dan institusi politik dan ekonomi. Lingkungan biofisik dapat ditentukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu :
1) Menetapkan batas-batas ekologis dan menyesuaikan dalam hubungan dengan ekosistem
2) Mengenali kebutuhan untuk menggabungkan aktivitas manusia dengan siklus alam
3) Aktivitas utama didasarkan pada sumberdaya yang dapat diperbaharui. Pendekatan aspek manusia dilakukan dengan tiga cara¸ yaitu :
1) Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
2) Menerapkan asas kesamaan dan keadilan sosial 3) Peraturan yang pasti.
Penentuan institusi politik dan ekonomi (kelembagaan) dapat ditentukan dengan enam cara, yaitu :
1) Membangun perspektif jangka panjang lebih dominan 2) Menetapkan tujuan ganda (sosial/lingkungan/ekonomi)
3) Mengantisipasi perkembangan di masa datang/adaptif (institusi dirancang untuk merespon dan memecahkan masalah)
4) Responsif terhadap krisis pada level berbeda
5) Menetapkan orientasi dari sistem yang dibangun (interaksi antar komponen, pertukaran, umpan balik)
6) Menetapkan prinsip-prinsip manajemen yang kondusif (terbuka/jujur/ diinformasikan/ pemberdayaan pengambilan keputusan)
Pendekatan ketiga aspek tersebut mempunyai kriteria dan indikator yang jelas untuk menilai keberlanjutan sistem perikanan. Menurut Charles (2001), sistem perikanan yang berkelanjutan ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek ekologi, ekonomi dan kelembagaan.
27 Tabel 2. Kriteria dan indikator keberlanjutan aspek ekologi sistem perikanan
Kriteria Keberlanjutan Indikator Keberlanjutan minimum, jika :
Tingkat penangkapan (MSY-tangkapan)/MSY Tangkapan melebihi MSY
Biomassa Biomassa (relatif ke rata-rata)
Total biomassa atau reproduksi stok biomassa di bawah ambang kritis
Ukuran ikan
Rata-rata ukuran ikan (relatif ke rata-rata)
Ukuran rata-rata yang tertangkap lebih kecil dari ukuran optimal
Kualitas lingkungan Kualitas (relatif ke rata-rata) + (% perubahan rata-rata)
Kualitas lingkungan rendah dan menurun
Keragaman (spesies tangkapan)
(Jumlah spesies/ rata-rata tangkapan) + (diversitas/ rata- rata)
Jumlah spesies tertangkap dan indeks diversitas relatif di bawah tingkat sebelumnya
Keragaman (ekosistem)
(Jumlah spesies/ rata-rata tangkapan) + (diversitas/ rata- rata)
Jumlah spesies dan indeks diversitas rendah dan menurun
Area rehabilitasi Luas area rehabilitasi (% total area)
Peningkatan luas area yang tercemar
Area dilindungi Luas area dilindungi (% total area)
Pengurangan kawasan lindung karena eksploitasi
Pemahaman ekosistem Tingkat pengetahuan relatif ke level lebih tinggi
Pemahaman sumberdaya dan ekosistem tidak jelas Sumber : Charles, (2001)
Kriteria dan indikator keberlanjutan dalam aspek ekologis meliputi tingkat penangkapan, jumlah biomassa, ukuran ikan, kualitas lingkungan, keragaman spesies, luas area rehabilitasi, luas area dilindungi dan pemahaman ekosistem (Tabel 2).
28
Tabel 3. Kriteria dan indikator keberlanjutan aspek sosial ekonomi masyarakat sistem perikanan
Kriteria Keberlanjutan Indikator Keberlanjutan minimum,jika :
Fleksibilitas masyarakat Indeks keragaman tenaga kerja
Kurangnya alternatif pekerjaan yang dapat dilakukan nelayan
Kemandirian masyarakat
Proposi kegiatan ekonomi berbasis lokal
Ketergantungan tinggi terhadap kekuatan ekonomi luar
Daya dukung manusia (mata pencaharian)
Penggunaan atau potensial kelangsungan tenaga kerja (relatif ke populasi)
Keberlanjutan ekonomi atau lapangan kerja di bawah perkiraan penggunaan atau potensial populasi
Daya dukung manusia (lingkungan)
Kapasitas daya serap lingkungan/produksi limbah manusia
Limbah manusia melebihi kemampuan lingkungan untuk menerimanya
Kesamaan Rasio koefisien Gini dan
pendapatan atau distribusi pangan
Penyebaran pendapatan dan suplai makanan di bawah ketentuan minimum
Kapasitas penangkapan ikan (fishing capacity)
Rasio kapasitas pada tingkat MSY terhadap kapasitas terpasang
Kapasitas terpasang melebihi hasil tangkapan lestari MSY
Investasi tepat Kapasitas investasi (saat stok < optimal)
Investasi di atas tingkat kapasitas stok maksimum atau > 0 saat stok menurun
Suplai makanan Suplai pangan per kapita (kebutuhan minimum nutrisi relatif)
Ketersediaan pangan per orang di bawah kebutuhan minimum nutrisi
Ketahanan pangan jangka panjang
Kemungkinan kecukupan pangan 10 tahun ke depan
Stabilitas suplai pangan rendah atau suplai turun dengan cepat
Sumber : Charles, (2001)
Aspek ekonomi masyarakat meliputi fleksibilitas masyarakat, kemandirian masyarakat, daya dukung manusia, daya dukung lingkungan, kesamaan distribusi, kapasitas armada lestari, investasi, suplai pangan, dan ketahanan pangan jangka panjang seperti terlihat pada Tabel 3.
29 Tabel 4. Kriteria dan indikator keberlanjutran aspek kelembagaan sistem
perikanan
Kriteria Keberlanjutan Indikator Keberlanjutan minimum, jika :
Keefektifan menajemen Tingkat keberhasilan pengelolaan negara dan kebijakan pengaturan
Organisasi pengelolaan (DKP) yang ada tidak mampu mengontrol tingkat eksploitasi dan mengatur pengguna sumberdaya
Penggunaan metode pengelolaan tradisional
(local wisdom)
Tingkat penggunaan Metode pengelolaan lingkungan dan sumberdaya tradisional (local wisdom) tidak digunakan
Pemanfaatan atau pemberdayaan lembaga lokal
Tingkat pemberdayaan Pengelolaan/kegiatan perencanaan tidak mempertimbangkan dan
menerapkan faktor sosial kultural lokal (tradisi, pengambilan keputusan masyarakat, pengetahuan ekologi, dll) Kapasitas terpasang Tingkat upaya kapasitas
terpasang
Kapasitas terpasang dalam organisasi kurang relevan Keberlanjutan lembaga Tingkat keuangan dan
keberlangsungan organisasi
Organisasi pengelola kekurangan dukungan finansial jangka panjang atau politik pendukung struktur
Sumber : Charles, (2001)
Charles (2001) mengemukakan bahwa kriteria sistem perikanan yang berkelanjutan ditinjau dari aspek kelembagaan meliputi efektivitas manajemen, penggunaan metode tradisional, penggabungan input lokal, kapasitas terpasang, dan keberlangsungan institusi atau lembaga dengan indikator dan keberlanjutan minimum nya seperti disajikan pada Tabel 4.
30