• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA JEJARING OMS

Dalam dokumen TRANSFER PENGETAHUAN INTERAKSI SOSIAL DA (1) (Halaman 116-136)

JEJARING OMS

D. DINAMIKA JEJARING OMS

Bagian ini membahas jejaring OMS secara internal. Pemetaan jejaring OMS menggunakan tiga variabel yaitu tingkat transfer pengetahuan, tingkat interansi sosial, dan tingkat efektivitas kerja-kerja di jejaring OMS. Asumsinya, dalam sebuah jejaring sosial terjadi interaksi sosial antar aktornya, dan di dalam proses interaksi sosial itu terdapat proses transfer pengetahuan. Proses transfer pengetahuan akan berjalan sukses apabila proses interaksi sosial berjalan intensif. Kemudian, kedua hal tersebut mempengaruhi efektifitas kerja-kerja di jejaring OMS.

103 D.1. Transfer Pengetahuan, Interaksi Sosial, dan Efektivitas Kerja-

kerja Jejaring OMS.

Setiap jejaring OMS memiliki visi dan misi. Pencapaian visi dan misi memerlukan strategi. Hal tersebut bergantung pada kapasitas masing-masing jejaring. Strategi-strategi tersebut berkaitan dengan efektivitas kerja-kerja jejaring. Bagian ini membahas hubungan antara proses transfer pengetahuan, interaksi sosial, dan efektivitas kerja-kerja jejaring. Asumsi awalnya ialah bahwa di antara ketiga variabel tersebut memiliki hubungan atau keterkaitan satu sama lain.

GRAFIK 8 memperlihatkan korelasi antar variabel di ketiga jejaring OMS. Ada atau tidaknya hubungan antar variabel dilihat melalui nilai signifikansi yang dihasilkan. Apabila ρ value < sig α (0,05),

Grafik 8

Korelasi antar variabel

Sumber: Pengolahan data lapangan Aji Damai : r = , ; α= , Forum LSM DIY : r = , ; α= , JPY : r = , ; α= , Aji Damai : r =0,739 ; α= , Forum LSM DIY : r = , ; α= , JPY : r = , ; α= , Aji Damai : r = , ; α= , Forum LSM DIY : r = , ; α= , JPY : r = , ; α= , Tingkat Transfer Pengetahuan Tingkat Interaksi Sosial

Tingkat Efektivitas Kerja-kerja di Jejaring OMS

104

maka antar variabel memiliki hubungan, dan sebaliknya. Tidak semua variabel di ketiga jejaring berkorelasi satu sama lain.

Pada AJI Damai, hanya variabel tingkat transfer pengetahuan dan tingkat effektivitas kerja-kerja di jejaring OMS yang memiliki korelasi, yaitu sebesar r=0,739 dan ρ value 0,015 < sig α=0,05. Artinya, kedua variabel tersebut berasosiasi satu sama lain. Kerja- kerja di AJI Damai akan berhasil apabila pengetahuan terkait kerja- kerja tersebut mampu terinternalisasikan ke masing-masing partisipan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya tingkat transfer pengetahuan dan tingginya efektivitas kerja-kerja di Aji Damai. Semakin tinggi tingkat transfer pengetahuan di AJI Damai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas kerja-kerja di AJI Damai. Di sini, tingkat interaksi sosial tidak berasosiasi dengan kedua variabel tersebut. Tingkat interaksi sosial di AJI Damai tergolong tinggi. Namun, hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja- kerja di AJI Damai.

Pada Forum LSM DIY, ada dua korelasi yang terjadi, yaitu (1) antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja- kerja di jejaring OMS, yaitu sebesar r=0,883 dan ρ value 0,047 < sig α=0,05, dan (2) antara tingkat interaksi sosial dan tingkat efektivitas kerja-kerja di jejaring OMS, yaitu sebesar r=0,880 dan ρ value 0,049 < sig α=0,05. Namun, antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat transfer pengetahuan di Forum LSM DIY, tidak berasosiasi dengan semakin tinggi atau rendahnya tingkat interaksi sosial di Forum LSM DIY. Akan tetapi, tingkat efektivitas kerja-kerja di Forum LSM DIY dipengaruhi oleh

105

tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial di Forum LSM DIY.

Melalui observasi di lapangan, memang Forum LSM DIY memiliki kepengurusan yang hierarkies. Akan tetapi, itu bukan berarti kepengurusan berjalan sesuai tugasnya. Pengurus yang ada merupakan perwakilan lembaga, sedangkan jumlah lembaga yang tergabung dan setahun terakhir aktif di Forum LSM DIY termasuk sedikit, yaitu sekitar 12,2 % dari 82 lembaga yang terdaftar dalam data di Forum LSM DIY. Penurunan partisipasi tersebut juga berdampak pada ketidak-aktifan beberapa pengurus. Hanya tersisa pengurus inti dan OMS yang masih memiliki kepentingan dan juga loyalitas untuk mempertahankan Forum LSM DIY.

Aktor-aktor yang tersisa dan jumlahnya sedikit ini lalu membangun pengetahuan di Forum LSM DIY dari sudut pandangnya. Transfer pengetahuan berjalan lebih mudah karena aktor yang terlibat sedikit dan ada kepentingan yang sama, sehingga membuat pengetahuan yang terbangun pun sesuai dengan kebutuhan aktor-aktor tersebut. Dengan demikian, tingkat transfer pengetahuan tergolong tinggi. Tentu saja, berkaitan dengan bentuk kerja dari Forum LSM DIY, antara lain penelitian, penerbitan jurnal dan buku, maka tingkat transfer pengetahuan yang tinggi tersebut berpengaruh terhadap tingginya tingkat kerja- kerja Forum LSM DIY.

Korelasi kedua di Forum LSM DIY, yaitu antara tingkat interaksi sosial dengan tingkat efektivitas kerja-kerja. Tingkat interaksi di Forum LSM DIY tergolong sedang. Di sisi lain, tingkat efektivitas kerja-kerja di Forum LSM DIY tergolong tinggi. Secara eksplisit,

106

dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat interaksi sosial yang sedang, Forum LSM DIY mampu memiliki tingkat efektivitas kerja- kerja yang tinggi. Sehingga, secara sederhana mayoritas akan beranggapan bahwa interaksi sosial tidak penting. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyimpulkan korelasi antara kedua variabel tersebut. Pertama, siapa saja aktor yang terlibat? Kedua, apa bentuk kegiatan yang melibatkan interaksi sosial di Forum LSM DIY? Jelas aktor yang terlibat dalam kurun waktu satu tahun terakhir hanya sedikit dibandingkan total partisipan yang terdaftar. Sehingga, aktor-aktor yang ada merupakan aktor yang itu-itu saja. Kemudian, bentuk kegiatan yang masih terus berjalan dalam kurun satu tahun terakhir ini lebih pada penelitian. Penelitian tersebut hanya melibatkan beberapa OMS, sehingga interaksi yang terjadi hanya pada beberapa OMS tersebut. Meskipun nantinya saat penelitian usai, maka akan melibatkan keikut-sertaan partisipan lain untuk membahasnya bersama. Namun, intinya tidak semua OMS berinteraksi dengan intens.

Pada JPY, ketiga variabel tidak memiliki korelasi satu sama lain. Artinya, tinggi-rendahnya suatu variabel tidak berasosiasi dengan variabel yang lain. Tingkat transfer pengetahuan yang tinggi di JPY disebabkan oleh partisipannya yang memiliki kepentingan yang sama terkait isu besar di JPY, yaitu gender dan LGBT. Penguatan pengetahuan pada isu tersebut menjadi sesuatu yang penting, mengingat isu tersebut belum familiar di masyarakat umum. Tingkat interaksi sosial yang sedang dikarenakan oleh aktor-aktor tertentu saja yang sering berinteraksi. Tingkat efektivitas kerja-kerja di JPY yang tinggi disebabkan karena kegiatan-kegiatan yang diadakan di JPY mayoritas sifatnya eventual, misalnya peringatan

107

hari perempuan sedunia dan lainnya. Ritme kegiatan menjadi datar. Sehingga, partisipan JPY menganggap kerja-kerjanya efektif ketika kegiatan-kegiatan tersebut terlaksana dan melibatkan massa yang banyak.

Setelah diketahui hubungan antar variabel mana saja yang memiliki korelasi, pengujian selanjutnya yaitu uji regresi. Ada tiga hubungan antar variabel yang dapat memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi, yaitu (1) Antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai (GAMBAR 10); (2) Antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY (GAMBAR 11); (3) Antara tingkat interaksi sosial dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY (GAMBAR 12).

108

GAMBAR 10 menunjukkan hasil uji regresi antara variabel tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai. Tabel Anova menunjukkan uji kelinearan. Hubungan antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja- kerja di jejaring menghasilkan ρ value 0,015 < sig α (0,05). Artinya, hubungan yang terjadi diantara keduanya bersifat linear. Pada tabel koefisiensi, nilai signifikansi yang dihasilkan sig ρ value 0,015 < sig α (0,05). Artinya, koefisiensi regresi yang terjadi signifikan.

Gambar 10

Uji Regresi Antara Tingkat Transfer Pengetahuan dengan Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di AJI Damai

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,739a ,546 ,489 7,662 1,390

a. Predictors: (Constant), Tingkat Transfer Pengetahuan di AJI Damai b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di AJI Damai

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 563,958 1 563,958 9,607 ,015a

Residual 469,642 8 58,705

Total 1033,600 9

a. Predictors: (Constant), Tingkat Transfer Pengetahuan di AJI Damai b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di AJI Damai

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,356 40,352 ,083 ,936 Tingkat Transfer Pengetahuan di AJI Damai ,335 ,108 ,739 3,099 ,015

a. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di AJI Damai

109

Lalu, model persamaan regresi linear yang terbentuk : Y = 3,356 + 0,335 X

Tingkat interaksi sosial di AJI Damai ternyata tidak berasosiasi, baik terhadap tingkat transfer pengetahuan maupun pada tingkat efektivitas kerja-kerja jejaringnya. Apabila tingkat interaksi sosial digunakan sebagai variabel kontrol terhadap tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai, maka menghasilkan nilai korelasi sebesar R2= 0,677 dan ρ

value 0,045 < sig α (0,05). Artinya, variabel tingkat interaksi sosial signifikan dalam mempengaruhi hubungan antara variabel tingkat interaksi sosial dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai. Namun, melalui uji regresi, hubungan tersebut tidak menghasilkan hubungan yang linear dan nilai koefisiennya ρ value > sig α = 0,05.

110

GAMBAR 11 menunjukkan hasil uji regresi pada variabel tingkat transfer pengetahuan dan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM. Uji Anova dengan dua variabel tersebut menghasilkan nilai R2=0,883 dan ρ value 0,47 < sig α=0,05, artinya hubungan

antara kedua variabel bersifat linear. Setelah itu, melalui uji koefisiensi dihasilkan nilai ρ value 0,47 < sig α=0,05, sehingga dapat ditarik persamaan : Y = -220,676 + 0,912 X

Gambar 11

Uji Regresi Antara Tingkat Transfer Pengetahuan dengan Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di Forum LSM

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,883a ,779 ,706 10,442 1,420

a. Predictors: (Constant), Tingkat Transfer Pengetahuan di Forum LSM b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1155,678 1 1155,678 10,599 ,047a

Residual 327,122 3 109,041

Total 1482,800 4

a. Predictors: (Constant), Tingkat Transfer Pengetahuan di Forum LSM b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -220,676 105,608 -2,090 ,128 Tingkat Transfer Pengetahuan di Forum LSM ,912 ,280 ,883 3,256 ,047

a. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM Sumber: Pengolahan data lapangan.

111

Pada Forum LSM, korelasi yang terjadi yaitu antara variabel tingkat transfer pengetahuan dengan variabel tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring ( R2= 0,883, ρ value 0,047 < sig α (0,05)), dan variabel tingkat

interaksi sosial dengan variabel tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring ( R2= 0,880, ρ value 0,049 < sig α (0,05) ). Apabila dilakukan

uji korelasi partial, maka hubungan yang terjadi menjadi tidak signifikan.

Gambar 12

Uji Regresi Antara Tingkat Interaksi Sosial dengan Tingkat Efektivitas Kerja-Kerja jejaring di Forum LSM

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,880a ,775 ,700 10,546 2,090

a. Predictors: (Constant), Tingkat Interaksi Sosial di Forum LSM

b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1149,172 1 1149,172 10,333 ,049a

Residual 333,628 3 111,209

Total 1482,800 4

a. Predictors: (Constant), Tingkat Interaksi Sosial di Forum LSM

b. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -34,993 49,313 -,710 ,529

Tingkat Interaksi Sosial di Forum LSM

2,300 ,716 ,880 3,215 ,049

a. Dependent Variable: Tingkat Efektivitas Kerja-kerja Jejaring di Forum LSM Sumber: Pengolahan data lapangan.

112

GAMBAR 12 menunjukkan hasil uji regresi antar variabel Tingkat interaksi sosial dan variabel tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY. Menurut hasil dari uji Anova, nilai signifikansi yang terjadi sebesar R2=0,880 ρ value 0,049 < sig α (0,05), artinya

hubungan yang terjadi antara kedua variabel tersebut bersifat linear. Berdasarkan hubungan linear tersebut, dapat dibuat persamaan : Y = -34,993 + 2,3 X

Secara keseluruhan, GRAFIK 8 menggambarkan kondisi dari jejaring OMS AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY. Tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring pada ketiga jejaring OMS dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda. Tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai berasosiasi dengan tingkat transfer pengetahuan di AJI Damai. Semakin tinggi tingkat transfer pengetahuan di AJI Damai, maka akan semakin tinggi pula tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di AJI Damai. Lain halnya dengan yang terjadi di Forum LSM DIY. Tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial berasosiasi dengan tingkat efektivitas kerja- kerja jejaring di Forum LSM DIY. Semakin tinggi tingkat transfer pengetahuan di Forum LSM DIY, maka semakin tinggi tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY, dan semakin tinggi tingkat interaksi sosial di Forum LSM DIY, maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY. Sedangkan untuk JPY, baik tingkat transfer pengetahuan maupun tingkat interaksi sosial tidak berasosiasi dengan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di JPY.

AJI damai bergerak pada isu besar, yaitu pluralisme. Kegiatan- kegiatan, misalnya aksi, dilakukan ketika isu besar mencuat. Ada kesadaran dan kebutuhan di antara partisipan AJI Damai untuk

113

memperkaya perspektif, terkait dengan isu besar yang diusung. Kemudian, kegiatan-kegiatan lebih pada bentuk penggalian wacana, diskusi dan lain sebagainya. Namun, tingkat interaksi antar partisipan di AJI Damai tidak mempengaruhi tingginya tingkat transfer pengetahuan di AJI Damai. Hal tersebut menandakan bahwa interaksi sosial yang terjadi di AJI Damai tidak efektif dalam menunjang proses transfer pengetahuan dan efektivitas kerja-kerja jejaring OMS. Adanya tim kecil sebagai pengurus jejaring. Tim ini menjadi mediator untuk interaksi antar partisipan. Namun pada kenyataannya, tim ini yang mayoritas mengerjakan kegiatan-kegiatan sendiri dan dengan bantuan partisipan aktifnya yang tersisa. Secara umum, penitikberatan di AJI Damai ialah pada pengembangan prespektif yang membuat AJI Damai lebih mudah dan efektif dalam melaksanakan kerja-kerja jejaring.

Tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial di Forum LSM DIY berasosiasi dengan tingkat efektivitas kerja-kerja jejaring di Forum LSM DIY. Namun, antara tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial di Forum LSM DIY tidak berasosiasi satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai hal. Pertama, tingginya tingkat transfer pengetahuan yang ada di Forum LSM DIY menghasilkan produk-produk pengetahuan berupa buku, modul, dan lain sebagainya. Perlu diingat bahwa hal itu sebagai bagian dari bentuk kerja-kerja yang ada di Forum LSM DIY. Bukan semata-mata karena faktor pengelolaan pengetahuan. Kedua, Forum LSM DIY memiliki struktur kepengurusan yang hierarkis. Pengurus Forum LSM DIY bertugas untuk menjaga dinamika jejaring ini. Peran partisipan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat transfer pengetahuan, karena siklus pengetahuan

114

terjadi pada partisipan aktif saja. Istilah lainnya, pengetahuan tidak menyebar secara merata kepada seluruh partisipannya.

Sifat jejaring JPY yang sangat cair membuat ketiga variabel tidak berasosiasi secara signifikan satu sama lain. Transfer pengetahuan yang terjadi di JPY lebih melibatkan partisipan yang aktif. Transfer pengetahuan tidak memiliki asosiasi terhadap interaksi sosial, karena transfer pengetahuan tidak intens terjadi pada pertemuan yang diadakan oleh JPY dan aktor atau partisipan yang terlibat dalam transfer pengetahuan hanya tertentu. Berkaitan dengan kerja-kerja JPY yang lebih bersifat eventual, maka tinggi atau rendahnya tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial tidak berimplikasi terhadap efektivitas kerja-kerja di JPY.

Pada dasarnya, kegiatan akan tetap berjalan tanpa mempertimbangkan tingkat transfer pengetahuan dan tingkat interaksi sosial. Ketika menjelang adanya kegiatan, partisipan JPY akan mengadakan beberapa kali rapat atau pertemuan untuk membahasnya. Di saat pertemuan semacam ini, partisipan yang hadir lumayan banyak meski tidak semuanya. Oleh karenanya, intensitas interaksi sosial di JPY tergolong sedang. Lebih lanjut, koordinasi menjelang kegiatan biasanya akan diteruskan ke maillist. Tujuannya supaya semua partisipan dapat terlibat, minimal berpartisipasi memberikan ide-ide terkait kegiatan. Dari pengamatan lapangan, aktor yang biasanya aktif terlibat dalam interaksi di maillist merupakan aktor yang sama atau dengan kata lain aktor yang itu-itu saja.

Ko, Kirsch, & King (2005) berpendapat bahwa suksesnya proses transfer pengetahuan memerlukan interaksi yang intensif antar

115

aktor. Pada ketiga jejaring OMS (AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY) tidak menunjukkan gejala semacam itu. Meskipun interaksi yang terjadi tergolong sedang atau tidak berjalan intensif, namun tingkat transfer pengetahuan tergolong tinggi.

Sebagai sebuah gerakan, pengembangan wacana dan perspektif di ketiga jejaring tersebut merupakan hal yang penting. Bahkan, keikutsertaan partisipannya mayoritas berdasarkan kepentingan tersebut. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Yanuar Nugroho & Gindo Tampubolon (2005), berjejaring dinilai mampu memberikan kelebihan untuk memperluas perspektif. Namun, para partisipan di ketiga jejaring OMS tersebut tidak mampu secara intensif untuk terlibat langsung (interaksi-red) dalam dinamika jejaring tersebut.

Pekerjaan di masing-masing OMS yang sifatnya internal sudah menguras waktu dan tenaga. Di sisi lain, kebutuhan masing- masing OMS partisipan terhadap jejaring OMS juga besar. Salah satu contohnya yaitu ketika OMS membutuhkan dukungan untuk advokasi. Ketika kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh partisipan tersebut kecil, maka partisipan tersebut akan menggandeng jejaring OMS-nya untuk mendukung advokasi supaya berhasil. Terlebih untuk OMS yang mengusung isu-isu LGBT, di mana isu tersebut masih sangat sensitif di masyarakat. Sehingga jejaring OMS dianggap mampu melindungi dan membantu OMS ini untuk kampanyenya. Solusinya, para partispan OMS memilih alternatif media komunikasi, yaitu maillist-group. Pada prakteknya, maillist-group memang menjadi media untuk transfer pengetahuan. Namun, maillist-group tidak mampu sebagai media untuk mengintensifkan interaksi antar aktor.

116

Secara umum, kecenderungan yang terjadi antara jejaring OMS tersebut tidak jauh beda satu sama lain, terutama diamati melalui tingkat transfer pengetahuan, tingkat interaksi sosial, dan tingkat efektivitas kerja-kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa memang kondisi pergerakan sosial di Yogyakarta mempunyai ritme yang sama antara satu jejaring dengan jejaring yang lainnya. Salah satu yang mempengaruhi kondisi tersebut ialah aktor yang terlibat di jejaring OMS. Melalui pemetaan relasi menggunakan PAJEK (di atas), secara eksplisit menggambarkan aktor-aktor yang mayoritas sama di jejaring OMS yang satu dengan yang lain.

Perbedaan hanya terlihat melalui hubungan yang terjadi antar variabel di ketiga jejaring OMS. Apabila dikorelasikan dengan karakteristik masing-masing jejaring, maka akan nampak jika ada atau tidaknya kepengurusan di jejaring OMS berasosiasi dengan hubungan yang terjadi antar variabel. Namun, esensinya bukan pada adanya kepengurusan akan lebih bagus bagi jejaring OMS. Penekanan yang lebih mendasar ialah partisipasi OMS di jejaring. Jejaring OMS yang memiliki kepengurusan, seperti misalnya Forum LSM DIY dan AJI Damai, ada kecenderungan yang terjadi di mana hanya pengurus saja yang fokus untuk menjaga keberlangsungan jejaring OMS. Partisipan lain hanya mengandalkan pengurus. Partisipan lain hanya menunggu komando dari pengurus. Sedikit berbeda dengan yang ada di JPY. Partisipasi dari partisipannya nampak terbentuk meski aktor- aktornya sama. Kelemahannya, ketika setiap aktor sibuk di tingkat lembaganya masing-masing, maka tidak ada yang tanggung-jawab terkait kerja-kerja di JPY.

117 D.2. Kepentingan OMS terhadap Jejaring OMS

It is more straightforward to chart the formal relations among organizations with specific purposes, missions, and resources than the informal relations that may exist among scattered individuals.

(Grewal)53

Grewal berpendapat bahwa akan lebih mudah menggambarkan suatu hubungan antar organisasi apabila dilihat dari tujuan, misi, dan sumber daya. Hal tersebut dipetakan pada bagian ini. Tentu setiap OMS dalam berpartisipasi di jejaring OMS memiliki tujuan dan misinya masing-masing. Bahasan di sini akan melihat bagaimana tujuan dan misi dari masing-masing OMS berkontribusi terhadap pencapaian kerja-kerja jejaring OMS, atau setidaknya apakah tujuan dan visi dari masing-masing OMS tercapai atau tidak. Analisa pada bagian ini berdasarkan hasil pengolahan data hasil wawancara dari berbagai aktor yang terlibat langsung di jejaring OMS, dengan menggunakan ATLAS.TI. Pemetaan analisa pada bagian ini fokus pada kepentingan dari masing-masing OMS untuk bergabung di jejaring OMS. Asumsinya bahwa jejaring OMS terbentuk karena adanya kepentingan dari masing-masing OMS partisipannya.

Orang gabung ke jaringan berdasarkan kepentingan. Kepentingan akan selesai setelah isu mereda. Tiap lembaga itu pasti ada analisa SWOT, ini struktur strategis atau struktur taktis ini. Sehingga jaringan ini akan diapakan. Mau leading atau mau ditinggalkan.

(OMS 26)54

53 Pouw, Irene. Mapping the Global Social Power Networks. Journal of Network Theory.

Utrecht University. P.40.

118

Grafik 9

Output ATLAS.ti: Topologycal layout interview

119

Masing-masing OMS memiliki kepentingan yang berbeda- beda untuk bergabung pada sebuah jejaring OMS. Pada GRAFIK 9, kepentingan-kepentingan tersebut terangkum dalam tujuan. Ada tiga group yang muncul dalam pola asosiasi antar item di tujuan bergabung dengan jejaring. Group pertama terdiri atas: kepentingan pada pakar, akses pada materi/ berita baru/ informasi/ pengetahuan, kepentingan konsolidasi kerja, kepentingan advokasi, payung

Dalam dokumen TRANSFER PENGETAHUAN INTERAKSI SOSIAL DA (1) (Halaman 116-136)