• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)

DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

A.2. Karakteristik Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)

Unit analisa dalam penelitian ini ialah lembaga/organisasi, yaitu OMS yang merupakan partisipan AJI Damai (Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai), Forum LSM DIY, dan JPY (Jaringan Perempuan Yogyakarta) dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir atau di tahun 2011. TABEL 1 di bawah ini menunjukkan jumlah sampel dalam penelitian ini.

24

Menurut TABEL 1, jumlah partisipan dari masing-masing jejaring OMS dapat dikatakan cukup banyak, masing-masing 63 OMS untuk AJI Damai, 82 OMS untuk Forum LSM, dan 25 OMS untuk JPY. Dalam perkembangannya, jumlah tersebut mengalami penyusutan. Istilah yang sering digunakan untuk fenomena semacam ini ialah ‗seleksi alam‘. Pada tahun 2011 atau satu tahun terakhir, jumlah OMS yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di masing-masing jejaring OMS mengalami penurunan yang tajam. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya isu bersama yang cukup besar yang mencuat ke publik. Angka yang lumayan stabil dapat dilihat pada JPY, dengan jumlah OMS yang berkurang tidak begitu banyak. Hal yang perlu menjadi catatan ialah bukan berarti ketika jumlah partisipan secara keseluruhan yang tidak termasuk dalam jumlah partisipan dalam 1 tahun terakhir, maka tidak menjadi anggota lagi dalam jejaring OMS. Para OMS yang tidak berpartisipasi di jejaring OMS dalam kurun satu tahun ini, masih menjadi anggota jejaring OMS tersebut.

Tabel 1

Jumlah partisipan menurut jejaring

Nama Jejaring OMS Jumlah Partisipan Keseluruhan* Jumlah Partisipan dalam 1 Tahun Terakhir (Tahun 2011) Jumlah Partisipan yang Menjadi Responden Penelitian Ini (dari jumlah partisipan keseluruhan) AJI Damai 63 15 (23,8%) 10 (15,9%) Forum LSM DIY 82 10 (12,2%) 5 (6,1%) JPY 25 19 (76%) 11 (44%) * Data tahun 2010

25

Penurunan jumlah partisipan yang cukup drastis ialah pada Forum LSM. Dari total keseluruhan anggota Forum LSM (82 OMS), ada 10 OMS yang masih berpartisipasi atau sebesar 12,2% dari jumlah total. Sedangkan untuk AJI Damai, dari 63 OMS yang tergabung, selama kurun waktu satu tahun terakhir, sebesar 23.8% OMS yang masih berpartisipasi dari total OMS. Lain halnya dengan kedua jejaring tersebut, partisipan JPY yang masih berpartisipasi dalam kurun waktu satu tahun ini sebesar 76% dari total OMS. Hal-hal yang mempengaruhi naik turunnya jumlah partisipan di tiap jejaring OMS sangat variasi. Mulai dari kegiatan-kegiatan di jejaring OMS yang tidak sesuai dengan masing-masing OMS, sumber daya manusia yang tidak ada untuk mewakili ke jejaring OMS, kesibukan masing-masing OMS, vakumnya kegiatan di OMS, dan lain sebagainya. Namun, apabila dilihat dari intensitas isu-isu besar yang muncul ke publik, maka dapat dikatakan selama kurun waktu satu tahun terakhir ini tidak ada isu besar yang signifikan mampu menggerakkan masyarakat, seperti misalnya kasus Prita, Bibit-Candra, dan lain sebagainya.

Secara keseluruhan, OMS yang menjadi responden penelitian ini ialah sebanyak 19 OMS. TABEL 2 berikut akan memberikan gambaran perinciannya.

Tabel 2

Partisipasi masing-masing OMS dalam jejaring

NO Partisipasi Jejaring Jumlah

1 1 jejaring 13

2 2 jejaring 5

3 3 jejaring 1

TOTAL 19

26

TABEL 2 menggambarkan jumlah OMS yang menjadi responden dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, mayoritas OMS hanya mengikuti salah satu dari ketiga jejaring OMS yang menjadi sampel penelitian ini, yaitu sebanyak 13 OMS atau 68,4% dari total responden. Namun, bukan berarti para OMS tersebut tidak terdaftar menjadi partisipan di jejaring lain yang tidak menjadi sampel penelitian ini. Contoh kasus, OMS 19 menjadi partisipan pada ketiga jejaring yang menjadi sampel penelitian ini. Akan tetapi, dalam kurun waktu satu tahun ini, OMS 19 hanya terlibat pada satu jejaring yaitu JPY. Hal tersebut bukan berarti OMS 19 bukan partisipan lagi di jejaring AJI Damai dan Forum LSM.

Hal yang menarik pada TABEL 2 ialah keterkaitan antara jejaring OMS yang diikuti dengan jumlah perwakilan masing-masing lembaga untuk jejaring OMS yang diikuti. Mayoritas OMS yang dalam kurun waktu satu tahun ini mengikuti satu jejaring OMS, maka hanya mengirimkan satu perwakilannya untuk berpartisipasi di jejaring OMS. Lain halnya apabila OMS tersebut mengikuti dua atau lebih jejaring OMS. Ada OMS yang dalam kurun waktu satu tahun ini mengikuti dua jejaring OMS dan hanya mewakilkan satu perwakilannya untuk kedua jejaring OMS yang diikutinya. Hal tersebut terkait dengan keterbatasan SDM dari masing-masing OMS. Di sisi lain, lihat OMS 7 dan OMS 8. OMS 7 dalam kurun waktu satu tahun ini mengikuti tiga jejaring OMS dan mewakilkan 2 perwakilannya untuk jejaring OMS. Sedangkan OMS 8 dalam kurun waktu satu tahun ini mengikuti 2 jejaring OMS dan mengirimkan dua orang perwakilannya untuk jejaring OMS. Ada beberapa alasan untuk melakukan hal tersebut. Pertama, kedua OMS tersebut memiliki jumlah SDM yang cukup untuk perwakilan ke jejaring OMS. Kedua, di OMS tersebut ada pembagian peran/

27

tugas yang disesuaikan dengan konsentrasi isu dari masing-masing perwakilannya, sehingga keterlibatannya dalam jejaring OMS dapat berfungsi maksimal. Ketiga, pekerjaan di jejaring OMS bukanlah pekerjaan yang mudah. Ketersediaan waktu, tenaga, dan pikiran yang ekstra, terkadang menjadi kendala tersendiri dalam dinamika jejaring OMS.

TABEL 3 menunjukkan bahwa rata-rata OMS yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan OMS yang mapan. Hal tersebut dapat dilihat melalui usia OMS. Sebanyak 10 OMS responden atau sebesar 52,6% dari total responden telah berusia lebih dari 10 tahun. Bagi sebuah OMS, pencapaian usia tersebut bukan lah hal yang mudah. Krisis ekonomi dan menurunnya jumlah donor, baik secara langsung mau pun tidak langsung, mempengaruhi dinamika OMS. Hanya OMS yang memiliki strategi kuat yang mampu bertahan. Sebanyak 5 OMS atau sebesar 26,3% dari total responden berusia 6-10 tahun. Pada usia tersebut, pada umumnya OMS sedang melakukan penguatan kapasitas internal supaya dapat bertahan. Sebanyak 4 OMS atau sebesar 21,1% dari total responden berusia 1-5 tahun. Pada usia tersebut, OMS masih mencari strategi untuk menunjukkan eksistensinya dalam

Tabel 3

Usia OMS

No Kategori Usia OMS

Jumlah (%)

1 1-5 tahun 4 21,1

2 6-10 tahun 5 26,3

3 Di atas 10 tahun 10 52,6

Jumlah 19 100

28

pergerakan sosial. Usia dari masing-masing OMS yang tergabung dalam jejaring OMS, berkaitan dengan kematangan pemilihan strategi dalam pergerakan sosial. Apabila rata-rata usia OMS yang tergabung di jejaring OMS di atas 10 tahun, maka strategi pergerakan sosial yang diterapkan seharusnya memiliki efektifitas yang tinggi dan berdampak positif bagi pergerakan sosial di Yogyakarta.

Mayoritas OMS yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan OMS lokal. Staff/Karyawan yang bekerja di masing- masing OMS ini pun tidak terlalu banyak. Berikut perinciannya.

Pada TABEL 4, rata-rata OMS di Yogyakarta memiliki jumlah staff/ karyawan di bawah 10 orang (78,9% dari total responden). Jumlah tersebut memang umum terjadi, terutama terkait pada level lembaga yang sifatnya lokal. Selain itu, hal tersebut juga terkait dengan pendanaan. Alasan utamanya ialah terlalu beresiko apabila memperkerjakan banyak staff/karyawan, padahal jumlah lembaga donor tidak pasti.

Tabel 4

Jumlah staff/ karyawan di OMS

No Jumlah Staff/Karyawan Jumlah OMS

Jumlah (%)

1 1-5 orang 7 36,8

2 6-10 orang 8 42,1

3 11-15 orang 1 5,3

4 Lebih dari 15 orang 3 15,8

Jumlah 19 100

29

Menurut TABEL 5, lembaga donor dari mayoritas responden (84,2% dari total responden) ialah lembaga donor internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan OMS terhadap lembaga donor internasional masih tinggi. Dari segi jumlah pendanaan, lembaga donor internasional memberikan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan lembaga donor nasional atau lokal. Meskipun saat ini sudah berlaku sistem G to G, namun pada kenyataannya minat OMS (nasional/lokal) lebih kepada lembaga donor internasional secara langsung. Idealisme yang tidak ingin tunduk kepada pemerintah (goverment) merupakan alasan lain mengapa minat OMS lebih kepada lembaga donor internasional. Hal itu terbukti dengan sedikitnya OMS khususnya di Yogyakarta yang mendaftarkan diri mereka ke Kesbanglinmas Provinsi DIY. Ada anggapan dari sebagian aktivis OMS di Yogyakarta, bahwa pendaftaran tersebut merupakan alat kontrol pemerintah terhadap pergerakan OMS.

Tabel 5

Asal Lembaga Donor di Tiap OMS

No Lembaga Donor Jumlah

OMS (%)* 1 Internasional 16 84,2 % 2 Nasional (Pemerintah) 7 36,8 % 3 Nasional (Non- Pemerintah) 7 36,8 % 4 Lokal (Pemerintah) 5 26,3 % 5 Lokal (Non-Pemerintah) 4 21,1 % * N total = 19

30 Tabel 6

Jenis Kerja-Kerja OMS No Nama

Lembaga

Jenis Kerja-kerja OMS

Jumlah Jenis Kerja Perbaik- an taraf hidup Pengembang- an ekonomi Advoka- si kasus Advokasi kebijakan Pendidik- an Publik Akomodasi Politik Pengembang- an Kapasitas Lain- nya 1 OMS 1 YA YA YA YA YA YA YA 7 2 OMS 2 YA YA YA 3 3 OMS 3 YA YA YA 3 4 OMS 4 YA YA YA 3 5 OMS 5 YA 1 6 OMS 6 YA YA YA YA 4 7 OMS 7 YA YA YA YA YA YA YA 7 8 OMS 8 YA YA YA YA YA 5 9 OMS 9 YA YA YA 3 10 OMS 10 YA YA 2 11 OMS 11 YA 1 12 OMS 12 YA 1 13 OMS 13 YA YA YA YA YA 5 14 OMS 14 YA YA YA YA YA 5 15 OMS 15 YA YA 2 16 OMS 16 YA YA YA YA YA 5 17 OMS 17 YA YA YA YA YA 5 18 OMS 18 YA YA YA 4 19 OMS 19 YA YA 2 JUMLAH 3 7 12 14 15 1 10 4 (%) 15,8 % 36,8 % 63,2 % 73,7 % 78,9 % 5,3 % 52,6 % 21,2 % Sumber : Pengolahan data lapangan

31

TABEL 6 menunjukkan jenis-jenis kerja dari masing-masing OMS yang menjadi responden dalam penelitian ini. Mayoritas (sebesar 78,9% dari total responden atau 15 responden) bergerak pada pendidikan publik. Pada level kedua, jenis kerja yang banyak diminati oleh para OMS ialah advokasi kebijakan (sebanyak 14 responden atau 73,7% dari total responden). Selanjutnya, di level ketiga, jenis kerja yang diminati oleh OMS ialah advokasi kasus (sebanyak 12 responden atau sebesar 63,2% dari total responden). Ketiga jenis kerja tersebut biasanya merupakan satu paket jenis kerja yang dimiliki oleh OMS. Ketiga jenis kerja tersebut dapat dikatakan sebagai ciri khas dari kerja-kerja OMS di Yogyakarta. Minat jenis kerja paling sedikit ialah pada akomodasi politik. Hanya ada satu OMS yang bergerak pada akomodasi politik. Hal ini secara eksplisit memperlihatkan bahwa ada semacam batas antara gerakan-gerakan sosial dengan dunia politik.

Kerja-kerja dalam ranah pergerakan sosial, tidak terlepas dari penggunaan jejaring sosial melalui internet. Fungsi utamanya ialah untuk mempermudah kerja-kerja dari pergerakan sosial itu sendiri, terutama dalam mengkampanyekan isu-isu yang menjadi konsentrasi dari masing-masing OMS.

Tabel 7

Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial FACEBOOK dan TWITTER dalam kerja-kerja OMS

Twitter TOTAL Punya Tidak Punya Facebook Punya 3 6 9 Tidak Punya - 10 10 TOTAL 3 16 19 Sumber : Pengolahan data lapangan.

32

Tabel 7 memperlihatkan hasil tabulasi silang pemanfaatan facebook dan twitter dalam kerja-kerja OMS. Dari 9 OMS yang memiliki facebook, 33,33%-nya (3 OMS) memiliki twitter, dan sisanya sebanyak 66,7%-nya (6 OMS) tidak memiliki twitter. Sedangkan sebanyak 10 OMS (52,63%) dari total OMS (19 OMS) tidak memiliki facebook dan twitter. OMS yang memiliki facebook, ada kemungkinan memiliki twitter meski jumlahnya bukan mayoritas. Sedangkan OMS yang tidak memiliki facebook pasti juga tidak memiliki twitter. Facebook menjadi ukuran karena jejaring media sosial ini dianggap lebih populer di masyarakat umum. Menurut perbandingan angka tersebut, menunjukkan bahwa facebook dan twitter belum memiliki peranan penting dalam menunjang kerja- kerja OMS khususnya di Yogyakarta.

TABEL 8 memperlihatkan hasil uji tabulasi silang pemanfaatan facebook dan website dalam kerja-kerja OMS. Pada dasarnya kepemilikan akun facebook dan website di OMS hampir berbanding sama. Dari total 10 OMS yang tidak memiliki facebook, 50%-nya memiliki website dan 50% sisanya tidak memiliki website. Dari total 9 OMS yang memiliki facebook, 55,56%-nya memiliki website, dan sisanya (44,04 %) tidak memiliki website. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan facebook tidak mempengaruhi

Tabel 8

Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial FACEBOOK & WEBSITE dalam kerja-kerja OMS

Website TOTAL Punya Tidak Punya Facebook Punya 5 4 9 Tidak Punya 5 5 10 TOTAL 10 9 Sumber : Pengolahan data lapangan.

33

kepemilikan website di OMS. Antara facebook dan website memiliki fungsi yang berbeda. Facebook lebih mengarah pada keperluan untuk interaksi di jejaring maya. Sedangkan website lebih berfungsi sebagai bagian dari penguatan identitas OMS secara lebih luas.

TABEL 9 menunjukkan bahwa kepemilikan twitter di OMS sangat sedikit, hanya 15,79% dari total OMS (19 OMS) atau sebanyak 3 OMS. Hal ini berarti pemanfaatan twitter di OMS sangat kecil. Namun demikian, OMS lebih memilih untuk memiliki website dibandingkan akun twitter (dari 10 OMS yang memiliki website, 90%-nya tidak memiliki akun twitter). Ini juga menunjukkan bahwa twitter tidak cukup familiar di kalangan OMS di Yogyakarta. Faktor geografis dan sosial-budaya di Yogyakarta diperkirakan memiliki kontribusi terhadap pemilihan jejaring media sosial di masing-masing OMS.

Paparan di atas menggambarkan bahwa OMS responden belum mengunakan jejaring sosial sebagai alat utama yang mendukung kerja-kerja. Hal tersebut akan nampak lebih jelas, apabila melihat aktivitas website resmi dari masing-masing OMS yang jarang sekali diperbaharui isinya. Hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak

Tabel 9

Crosstabs pemanfaatan jejaring sosial TWITTER dan WEBSITE dalam kerja-kerja OMS

Website TOTAL Punya Tidak Punya Twitter Punya 1 2 3 Tidak Punya 9 7 16 TOTAL 10 9 19 Sumber : Pengolahan data lapangan.

34

menjadikan jejaring sosial di dunia maya sebagai alat utama dalam menunjang kerja-kerja OMS, bukan berarti tidak memanfaatkan internet untuk kerja-kerja OMS. Pemanfaatan dapat berupa bentuk lain, seperti misalnya maillist/ groups dan email/ surat elektronik.

TABEL 10 menunjukkan mayoritas OMS responden berlokasi di kota Yogyakarta (sebanyak 11 OMS responden atau sebesar 57,9% dari total responden). Pemilihan lokasi lembaga tentunya mendasarkan pada berbagai pertimbangan. Wilayah kota Yogyakarta memiliki akses yang lebih, baik secara geografis maupun administratif. Pada kenyataannya, wilayah seperti Gunung Kidul dan Kulon Progo mayoritas merupakan wilayah

beneficiaries (penerima manfaat program) dari para OMS.

Pertumbuhan kota Yogyakarta yang cepat dan semakin padat, berdampak pada pergeseran lokasi dari masing-masing OMS. Pilihan lokasi kantor OMS biasanya jatuh pada wilayah Bantul dan Sleman.

Tabel 10

Persebaran lokasi OMS berdasarkan kabupaten/kota

NO Kabupaten/Kota OMS Jumlah (%) 1 Bantul 4 21,1 2 Gunungkidul - - 3 Kulon Progo - - 4 Sleman 4 21,1 5 Yogyakarta 11 57,9 JUMLAH 19 100

35 C. JEJARING OMS DI YOGYAKARTA