• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN IN

Dalam dokumen TRANSFER PENGETAHUAN INTERAKSI SOSIAL DA (1) (Halaman 148-157)

JEJARING OMS DAN GERAKAN SOSIAL BARU

C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN IN

Penelitian ini masih mencakup skala kecil dari pemetaan pergerakan sosial di Yogyakarta. Banyak hal yang belum tercakup dalam penelitian ini. Di luar kekurangan metodologi, penelitian ini merupakan cross-sectional dan tidak didesain untuk melakukan follow-up atau tindak lanjut. Oleh karenanya, penelitian ini masih terbatas pada visualisasi atau pemetaan relasi antar aktor di jejaring OMS. Penelitian ini belum merujuk pada dinamika jejaring OMS antar waktu. Selain itu, penelitian ini belum menggambarkan konteks Yogyakarta secara besar terkait dengan pergerakan sosialnya. Lebih lanjut, penelitian ini belum membahas tentang

power secara mendalam terutama pada keterkaitan antar variabel.

Di sisi lain, penelitian ini menawarkan perspektif baru bagi jejaring OMS di Yogyakarta, setidaknya dalam merefleksikan pergerakan yang dilakukan selama ini. Penting bagi masing-masing jejaring OMS untuk melakukan evaluasi internal dengan mengukur kapasitas internal guna perencanaan ke depan yang lebih matang. Asumsinya, perencanaan yang matang akan berdampak positif terhadap efektivitas kinerja jejaring OMS.

135 D. REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA

Penelitian ini hanya memetakan sebagian kecil dari pergerakan sosial di Yogyakarta dalam kurun waktu satu tahun. Masih banyak hal-hal yang dapat digali guna memberikan kontribusi bagi dinamika pergerakan sosial, khususnya di Yogyakarta. Peneliti merekomendasikan satu topik yaitu penerapan sistem pengelolaan pengetahuan di OMS di Yogyakarta. Topik tersebut sebagai kelanjutan dari penelitian ini. Asumsinya, kemungkinan kondisi pergerakan sosial yang ada sekarang berasosiasi dengan kematangan dari masing-masing OMS. Kematangan dipetakan melalui penerapan sistem pengelolan pengetahuan di masing- masing OMS. Selain itu, pengukuran dinamika jejaring OMS antar waktu juga dirasa penting, karena penelitian ini hanya memvisualisasikan kurun waktu tertentu, sehingga dinamika jejaring OMS tidak begitu nampak.

E. KESIMPULAN

Pada bab ini membahas jejaring OMS secara eksternal dalam kaitannya dengan pergerakan sosial. Pergerakan dapat berarti sebuah perbaikan. Itulah yang coba dilakukan oleh ketiga jejaring OMS, yaitu perbaikan kehidupan masyarakat dengan menyebarkan nilai-nilai baru yang plural, demokratis, dan universal. Pola kerja jejaring OMS antara lain kampanye, mobilisasi massa, dan tak luput dari peran media massa. Seiring waktu, pergerakan sosial mengalami pergeseran dan memunculkan sebuah gerakan sosial baru, di mana isu dan kepentingan yang diperjuangkan di

136

dalamnya lebih luas. Jejaring OMS dapat dikatakan sebuah gerakan sosial baru.

Permasalahannya ialah jejaring OMS sebagai sebuah gerakan baru belum mampu memunculkan strategi-strategi pergerakan sosial yang baru, karena belum mampu berinovasi dengan segala kapasitas yang dimilikinya. Dampak negatifnya yang paling terlihat ialah berkurangnya partisipasi dari partisipannya. Di sisi lain, apabila dikaitakan dengan sejauh mana impact dari adanya jejaring OMS ini ke masyarakat, ternyata jejaring OMS belum memiliki kontrol dan pengaruh yang signifikan, misalnya pada stakeholder. Oleh karenanya, banyak hal yang harus menjadi evaluasi. Satu hal yang terpenting ialah bagaimana mengkoherensikan antara visi, misi, identitas, dan juga peran dari jejaring OMS untuk membuat jejaring OMS lebih dinamis.

137 BAB V

PENUTUP

Reformasi 1998 menjadi peristiwa penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Reformasi 1998 banyak memunculkan konsolidasi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Adanya konsolidasi antar OMS dalam jumlah banyak mengindikasikan adanya kepentingan bersama. Pada saat itu kepentingan bersama berupa kejatuhan rejim orde baru.

Pasca reformasi, agenda pergerakan pun mengalami perubahan. Kepentingan bersama awal sudah tercapai. Konsentrasi gerakan dan isu pun kemudian berubah. Muncullah gerakan sosial baru dengan kepentingan dan isu yang jauh lebih luas. Misalnya saja isu perempuan dan lainnya. Bentuk konsolidasi antar OMS yang berupa jejaring OMS juga bermunculan. Seakan jejaring OMS tersebut mudah sekali dibentuk, kemudian ditinggalkan begitu saja karena sesuatu yang diperjuangkan dengan menggunakan jejaring tersebut sudah selesai. Pertanyaannya kemudian ialah efektifkah jejaring OMS tersebut? Bagaimana dinamika jejaring OMS? Lalu, bagaimana pergerakannya?

Penelitian ini memetakan beberapa pertanyaan di atas dengan menggunakan SNA. Penelitian ini memunculkan visualisasi pola relasi guna melihat kondisi internal dari jejaring OMS terkait dengan usaha- usahanya dalam pergerakan sosial. Ada tiga variabel yang diukur dalam penelitian ini, yaitu (1) Tingkat transfer pengetahuan, dengan indikatornya antara lain karakateristik hubugan antar OMS, karakteristik pengetahuan yang ditransfer, karakteristik jejaring OMS, dan karakteristik proses transfer pengetahuan; (2) Tingkat interaksi sosial, dengan indikatornya internsita pertemuan dan intensitas komunikasi; (3)

138

Efektivitas kerja-kerja jejaring OMS, dengan indikatornya outputs, outcomes, impacts.

Transfer pengetahuan yang terjadi di ketiga jejaring OMS (AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY) tergolong tinggi. Pada dasarnya masing- masing partisipan memiliki kesadaran untuk berbagi pengetahuan. Selain itu, masing-masing jejaring OMS memiliki cadangan/ stock informasi dan pengetahuan yang apabila dikelola lebih lanjut, maka akan dapat meningkatkan kapasitas masing-masing jejaring OMS. Sayangnya, aktivitas ke arah tersebut belum dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan ketiadaan inovasi yang muncul dari masing-masing jejaring OMS terkait dengan strategi pergerakan sosial yang baru.

Intensitas interaksi di ketiga jejaring OMS tergolong sedang. Hal yang krusial di sini ialah partisipasi dari para partisipannya. Tak dipungkiri bahwa kesibukan partisipan di masing-masing lembaganya memiliki andil dalam kondisi ini. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang selama ini dimiliki oleh partisipannya seharusnya mampu mendongkrak tingkat intensitas interaksi. Akan tetapi, kondisi yang ada tetap sama saja.

Efektivitas kerja-kerja di jejaring OMS tergolong tinggi. Mayoritas partisipan jejaring OMS melihat efektivitas kerja-kerja yang ada dari sisi internal. Hingga saat ini belum ada jejaring OMS yang mampu memetakan efektivitas kerja-kerjanya secara eksternal. Alasannya, partisipan menganggap bahwa untuk bisa berdampak pada masyarakat, masih memerlukan waktu yang panjang. Oleh karenanya, partisipan jejaring OMS tersebut meyakini bahwa kegiatan-kegiatan yang ada saat ini perlahan akan mampu memberikan kontribusinya pada masyarakat.

139

Meskipun rata-rata ketiga jejaring memiliki nilai variabel yang sama, akan tetapi dalam korelasi antar variabel, ketiga jejaring OMS memiliki hasil yang berbeda satu sama lain. Di AJI Damai, korelasi yang terjadi hanya antara variabel tingkat transfer pengetahuan dan efektivitas kerja-kerja jejaring OMS. Di Forum LSM DIY, korelasi yang terjadi antara (1) tingkat transfer pengetahuan dan efektivitas kerja-kerja jejaring OMS, dan (2) tingkat interaksi sosial dan efektivitas kerja-kerja jejaring OMS. Di JPY, tidak ada variabel yang berkorelasi satu sama lain. Secara eksplisit, kondisi seperti itu diindikasikan karena ketiga jejaring memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, misalnya kepengurusan. Akan tetapi, hal tersebut tidak mutlak menjadi faktor utama. Hal tersebut perlu dilihat aktor-aktor yang terlibat dalam proses kerja-kerjanya. Catatan penting ialah, bukan berarti ketika tidak ada hubungan antar variabel, lalu jejaring OMS tersebut tidak dinamis. Pada dasarnya, itu merupakan sebuah karakteristik yang diciptakan oleh aktor-aktornya. Bagaimana pun juga jejaring OMS ada karena kepentingan partisipannya.

Secara eksternal, dalam kaitannya dengan pergerakan sosial, tentu jejaring OMS harusnya memiliki kontribusi terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Sebagai sebuah gerakan sosial baru, cakupan jejaring OMS tentu lebih luas, sehingga pencapaian kerja-kerjanya pun juga lebih luas. Akan tetapi, ada banyak hal yang harus dievaluasi pada jejaring OMS. Pada kenyataannya, visi, misi, identitas, dan peran di masing- masing jejaring OMS belum koheren. Buktinya, banyak isu dan juga kerja- kerja yang overlapping satu sama lain, sehingga pergerakan sosial oleh jejaring OMS tidak kuat. Jejaring OMS merupakan strategi bagi para OMS guna memudahkan advokasi atau kampanyenya. Asumsi dari OMS tersebut ialah semakin besar massa yang terhimpun maka legitimasi akan

140

menjadi kuat. Sekilas saja hal tersebut menampakkan sebuah pengacuhan terhadap kondisi internal. Sekiranya aktor jejaring OMS perlu untuk mengukur sejauh mana kontrol dan juga pengaruh yang dimiliki oleh jejaring OMS, sehingga perencanaan pergerakan sosial ke depan menjadi lebih matang.

Pergerakan sosial, termasuk di level jejaring OMS, membutuhkan inovasi. Inovasi tersebut berupa strategi-strategi pergerakan. Kehidupan masyarakat dinamis dan selalu berubah. Oleh karenanya, strategi-strategi baru selalu dibutuhkan. Secara internal, strategi-strategi baru itu juga penting. Hal tersebut terutama terkait dengan bagaimana mempertahankan eksistensi dari partisipannya.

141

Daftar Pustaka

Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus Sosiologi (Sociology Dictionary). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-Ghassani A.M., Kamara J.M., Anumba C.J. and Carrillo P.M. 2002. A

structured approach for identifying knowledge management problems, The

New International Journal of Innovation in Architecture, Construction and Engineering (ACE).

Andrews, Kenneth T. (2002). Creating Social Change: Lessons from the Civil

Argote, L. (1999). Organizational Learning: Creating, retaining and

transferring knowledge. Boston: Kluwer Academic Publishers.

Buechler, Steven M. (1995). New Social Movement Theories (Reviewed work(s). The Sociological Quarterly, Vol. 36, No. 3 (Summer, 1995), pp. 441-464. Blackwell Publishing on behalf of the Midwest

Sociological SocietyStable. URL:

http://www.jstor.org/stable/4120774 .Accessed: 10/02/2012

Castells, Manuel. 2004. The Network Society: A cross-cultural Perspective. USA; Edwar Edgar Publiching, Inc. P. 3

Chang, Wei-chung. . Research on capacities of Community of Practices to facilitate knowledge transfer in organisations. Taiwan: Departemen of Management Information System, National Chengchi University. Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we

know: Supporting knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management. Darr, E.D., & Kurtzberg, T.R. (2000). An investigation of partner similarity

dimensions on knowledge transfer. Ogranizational Behavior & Human Decision Processes, 82(1), 28-54. Dikutip dari Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference.

Davenport, Thomas H. & Larry Prusak. 1998. Working Knowledge; How Organizations Manage What They Know. Boston: Harvard Business School Press

Diamond, Larry. 2003. Developing Democracy towards Consolidation. Yogyakarta: IRE Press

Fakih, Mansour. 2008. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan ideologi LSM. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

142

Fowler, Alan. 1997. Striking a balance : A guide to enchanging tha effectiveness of non-govermental organisations in international development. London: Earthscan Publications.

Giddens, Anthony. 2004. Konsekuensi-konsekuensi modernitas. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Hal.211

Goffman, Erving. 1967. Interaction Ritual. Newyork: Random House – dikutip dari Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: volume 1. London: Sage Publications

Habermas, Jurgen. 1984. Theory of Communication Action. trans.Thomas McCharthy, Boston : Beacon Press

Heinemann-Elseiver Butterworth. 2005. Management Extra: Information and knowledge management. Burlington: Elsevier, Ltd.

Jorna, Rene. 2001. Knowledge types and organizational forms in knowledge management. ISMICK. Netherlands: Knowledge management, Faculty of Management adn Organization, University of Gronigen.

Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta: Pusat Bahasa.

Ko, D. G., Kirsch, L. J., & King, W. R. (2005). Antecedents of knowledge transfer from consultans to clients in enterprise system implementations. Management Information Systems Quarterly, 29 (1) , 59-85.

McAdam, Doug, Sidney Tarrow, and Charles Tilly. 2001. Dynamics of Contention. Cambride, UK : Cambride University Press. – dikutip dari Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: volume 1. London: Sage Publications

McKenna, K.Y.A., Bargh, J.A. 1998. Coming out in the age of internet: Identity ―demarginalization‖ through virtual group participation. Jpurnal of Personality and Social Psychology, 75, 681-694.

Nonaka, I., & Konno, N. (1998). The concept of ―Ba‖: Building a foundation for knowledge creation. California Management Review. P.42.

Nugroho, Yanuar & Gindo Tampubolon.2005. Mapping the network society: Network dynamics in the transition to democracy in Indonesia. Manchester : Centre for Research on Socio-Cultural Change (CRESC). Nugroho, Yanuar. 2011. @ksi Warga: Kolaborasi, demokrasi partisipatoris dan kebebasan informasi – Memetakan aktivisme sipil kontemporer dan penggunaan media sosial di Indonesia. Laporan. Kolaborasi

143

penelitian antara Manchester Institute of Innovation Research, University of Manchester dan HIVOS Regional Office Southeast Asia. Manchester dan Jakarta: MIOIR dan HIVOS.

Porta, D. D. & Mario Diani. 2006. Social movements : an introduction. Australia: Blackwell Publishing. P.24.

Pouw, Irene. Mapping the Global Social Power Networks. Journal of Network Theory. Utrecht University. P.40.

Rights. Taken from David S. Meyer, Nancy Whittier, & Belinda Robnett. (2002) Social Movements: Identity, Culture, and the State: OXFORD UNIVERSITY PRESS. P 110.

Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: volume 1. London: Sage Publications.

Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus Reference

Scott, J. (1990). Social Network Analysis. Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Dikutip dari Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management.

Tyler, Tom R. 2002. Is the internet changing social life? It seems the more change, the more they stay the same. Journal of the social issues, Vol.58, No.1, pp. 195-205.

Vera, E. R., & Schupp, T. (2006). Network Analysis in Comparative Social Sciences. Comparative Education, vol.42, No.3, Special Issue (32): Comparative Methodologies in the Social Sciences: Cross-Diciplinary Inspirations , 405-429

Wasserman, S. & Faust, K. (1994). Social Network Analysis: Methods and Applications. Cambridge University Press. Dikutip dari Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management.

http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/peta_peran_cso. html diakses pada tanggal 15 Februari 2012

Dalam dokumen TRANSFER PENGETAHUAN INTERAKSI SOSIAL DA (1) (Halaman 148-157)