• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Jaringan

JEJARING OMS

A. TRANSFER PENGETAHUAN DI JEJARING OMS

A.3. Karakteristik Jaringan

Jejaring OMS mempunyai aneka-ragam latar belakang pembentukannya. Kecenderungan yang terjadi di Yogyakarta, jejaring OMS terbentuk sebagai reaksi atas isu-isu atau peristiwa besar. Misalnya pada AJI Damai dan JPY. Meskipun Forum LSM DIY dalam pembentukannya sebenarnya juga dipengaruhi isu-isu

68

yang berkembang saat itu, yaitu kebutuhan akan sebuah wadah OMS. Jejaring OMS dibentuk untuk menggalang kekuatan bersama. Asumsinya, dengan bergerak bersama dalam jumlah banyak, maka apa yang diperjuangkan akan tercapai. Hal ini mendasarkan atas kepentingan bersama dari masing-masing partisipan jejaring OMS. Dari ketiga jejaring OMS (AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY), alasan utama membentuk jejaring OMS lebih pada kepentingan para OMS partisipan, bukan oleh pihak luar, seperti misalnya lembaga donor. Menurut pengalaman para aktivis OMS, sebuah jejaring OMS yang terbentuk atas permintaan lembaga donor, mayoritas akan tidak bertahan lama. Setelah proyek yang diusung oleh lembaga donor tersebut selesai, maka biasanya jejaring OMS itu pun bubar.

Saya melihatnya, ada ketakutan bahwa jejaring ini kan terformalkan dalam bentuk kelembagaan, jadi itu dihindari. (OMS 8)34

JPY tidak memiliki pengurus/ koordinator tetap dan menerapkan sistem keanggotaan terbuka, sehingga sangat cair. AJI Damai memiliki kepengurusan tetap yang dipilih enam bulan sekali melalui konggres, dan sifat keanggotaannya juga sangat cair. OMS sewaktu-waktu dapat bergabung dan keluar dari jejaring. Tidak ada aturan yang mengikat. Satu sisi, hal tersebut merupakan kelebihan jejaring, di mana membuat OMS flexibel. Di sisi lain, itu dapat menjadi kelemahan jejaring, yaitu ketika partisipannya berkurang.

69

JPY pijakannya lebih, kan kita sepakat tidak mau kalau JPY ada koordinator. Ini cair saja lah. Ada kecurigaan dari temen-temen nanti kalau misalkan dibuat koordinator lalu seperti forum LSM, yang akhirnya ada direktur dan ujung-ujungnya jadi LSM baru. Nah itu yang ditakutkan teman-teman.

(OMS 1)35

Tidak ada ketentuan untuk memiliki latar belakang isu yang sama saat OMS bergabung dengan AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY. Jejaring OMS tersebut memiliki isu besar dan universal, sehingga membuat OMS dapat bergabung dengan mudah. Lagipula, pembatasan akan isu tertentu akan berpengaruh terhadap minat OMS untuk berpartisipasi. Padahal, jejaring OMS mendasarkan pada mobilisasi massa. Mayoritas OMS-OMS akan merapat ke jejaring apabila ada isu publik yang mencuat ke permukaan dan cakupannya besar.

Pada Forum LSM DIY terdapat kepengurusan yang bersifat hierarkis. Hal tersebut berdampak pada sifat keanggotaannya yang tidak cair. Partisipan tidak dapat keluar masuk begitu saja dari keanggotaan di jejaring ini. Menurut partisipannya, di Forum LSM DIY tiap tahunnya juga tidak ada penerimaan anggota baru secara resmi, misal dengan formulir pendaftaran. Data partisipan dari tahun ke tahun selalu sama dan tidak diperbarui. Padalal ketika dilakukan pengecekan lapangan, banyak OMS yang sudah mati. Di sisi lain, data pada Bab II menunjukkan bahwa partisipan yang aktif di Forum LSM DIY dalam kurun waktu satu tahun terakhir hanya sekitar 6,1 % dari 82 OMS yang ada dalam daftar keanggotaan. Keanggotaan Forum LSM DIY memang diatur melalui ketentuan dalam AD/ART-nya, namun ketidak-aktifan partisipannya juga tidak dapat dihindari. Pada kenyataannya,

70

permasalahan penting yang dihadapi ketiga jejaring ini sama, yaitu ketidak-aktifan anggota.

Konsistensi sifat cair di JPY dapat dilihat dengan tidak adanya kewajiban-kewajiban tertentu yang diatur dalam platform jejaring ini. Pada AJI Damai yang sifat jejaringnya semi formal, memiliki aturan tentang kewajiban bagi partisipannya. Kewajiban tersebut bukan merupakan sesuatu yang mengikat atas keanggotaan partisipannya. Hal itu lebih ditujukan pada pembentukan identitas bersama sebagai bagian dari jejaring tersebut.

Dinamika jejaring dapat dilihat melalui interaksi yang terjadi. Interaksi yang terjadi di ketiga jejaring OMS termasuk dinamis, walaupun itu hanya melibatkan OMS yang aktif dalam kurun waktu satu tahun ini. Interaksi dinamis tersebut memberikan keuntungan bagi partisipannya, misalnya mempermudah kerja- kerja OMS partisipannya dan adanya proses peningkatan kapasitas yang dinamis. Diskusi wacana tersebut untuk memperkaya perspektif partisipannya, terkait wacana yang sesuai dengan platform jaringan. Wacana-wacana tersebut tentu saja bersifat kekinian.

Menurut data yang ada, latar belakang identitas yang sama dapat memperkuat gerakan di jejaring OMS. AJI Damai dan Forum LSM tidak mensyaratkan partisipannya memiliki latar belakang identitas yang sama. Lain halnya yang terjadi di JPY. JPY menjadi sebuah wadah di mana partisipannya memiliki latar belakang identitas yang sama, yaitu OMS yang konsen pada isu gender. Salah satu alasannya ialah untuk memperkuat pergerakan dan advokasi di

71

JPY. Temuan yang menarik ialah bahwa keikut-sertaan OMS dalam jejaring OMS dapat memperkuat identitas lembaganya.

Ketiga jejaring (AJI Damai, Forum LSM, dan JPY) memiliki struktur jaringan yang berbeda satu sama lain. JPY tidak memiliki kepengurusan, sehingga tidak ada pembagian tugas pada tataran pengurus. Mayoritas kerja-kerja di JPY bersifat eventual. Dalam kegiatan tersebut selalu ditunjuk seorang koordinator kegiatan. Koordinator tersebut akan mengkoordinir partisipan yang lain sampai terpilih koordinator baru untuk kegiatan selanjutnya. Sistem semacam itu membuat semua partisipannya untuk merasakan menjadi koordinator jaringan. AJI Damai dan Forum LSM memiliki kepengurusan yang jelas. Implikasinya ialah adanya pembagian kerja yang jelas. Kepengurusan tersebut dipilih bersama di konggres dan setiap partisipan memiliki hak yang sama dalam memilih atau pun dipilih. Pada Forum LSM DIY ada tahapan pemilihan kepengurusan, sedangkan pada AJI Damai tidak ada. Namun, keduanya mendasarkan bahwa kepengurusan dipilih atas dasar kesepakatan seluruh anggota jejaring.

Kerja-kerja kolaboratif memiliki peranan dalam dinamika jejaring OMS. AJI Damai, Forum LSM DIY dan JPY memiliki kerja-kerja kolaboratif yang dilakukan seluruh partisipannya untuk dinamika dan keberlangsungan jejaring. Pembagian kerja-kerja di jejaring tersebut bersifat jelas. Meskipun JPY tidak memiliki struktur kepengurusan, namun pembagian kerja-kerjanya jelas. Pada AJI Damai dan JPY, pembagian kerja itu sifatnya fleksibel. Pembagian kerja dapat dikembangkan dan diubah sesuai kebutuhan. Tidak seperti pada Forum LSM DIY, pembagian kerja-kerja di jejaring bagi tiap partisipannya bersifat tetap, sesuai dengan divisinya.

72

Isu kekinian juga merupakan hal penting dalam jejaring OMS. Sebagai bagian dari pergerakan sosial, jejaring OMS dituntut senantiasa merespon dengan cepat segala permasalahan di masyarakat. Begitu pula pada AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY. Ketiganya bersifat responsif atas isu-isu kekinian. Ketika isu bersama muncul, terutama isu yang sesuai platform di jejaring masing-masing, maka secara otomatis setiap partisipan akan menjalankan perannya masing-masing. Peran tersebut biasanya disesuaikan dengan kapasitas masing-masing OMS. Kapasitas mengacu pada sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing OMS. Dalam menanggapi isu-isu kekinian, jejaring OMS membutuhkan pergerakan yang cepat. Oleh karenanya, persebaran informasi dan respon partisipan di jejaring juga dituntut cepat. Pada jejaring AJI Damai dan JPY, partisipan mengatakan bahwa informasi yang berputar tidak hanya yang sesuai platform jejaring masing-masing. Namun pada Forum LSM DIY, informasi yang beredar hanya yang sesuai platform di jejaring ini.

Jejaring yang sifatnya cair, seperti pada JPY, membuat mayoritas kegiatannya bersifat informal. AJI Damai juga memiliki kecenderungan yang sama. Akan tetapi, pada Forum LSM DIY mayoritas kegiatannya bersifat formal. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya terdokumentasikan. Partisipan di setiap jejaring OMS membutuhkan dokumentasi hasil-hasil kegiatan di jejaring. Oleh karenanya, pendokumentasian dari setiap kegiatan menjadi kebutuhan yang penting. Informasi dari dokumentasi hasil kegiatan pun diakses oleh pihak luar jejaring. Bahkan tidak jarang, jejaring tersebut menjadi rujukan apabila ada permasalahan yang sesuai dengan isu masing-masing jejaring. Bentuk

73

pendokumentasian lainnya yaitu setiap kegiatan yang diadakan, selalu dibuat laporan pertanggung-jawabannya dalam bentuk formal. Pada AJI Damai dan JPY, laporan pertanggung-jawaban hanya bersifat internal saja. Berbeda dengan di Forum LSM DIY, laporan pertanggung-jawaban kegiatan ditujukan untuk internal dan eksternal jejaring.

Forum tidak begitu kuat. Lima tahun belakang tidak ada sesuatu progress dalam mengawal isu tertentu. AJI Damai untuk isu pluralisme sudah sangat dikenal. Kalau ada kelompok minoritas yang diperlakukan tidak sesuai. Maka bisa ke AJI Damai. JPY sebetulnya dia maunya tentang advokasi hak2 perempuan secara umum. Menurutku JPY jadi tidak punya jenis atau advokasi hak perempuan terlalu luas.

(OMS 4)36

Keberlanjutan kerja merupakan hal penting di jejaring. Hal ini terkait dengan tujuan jejaring ini, apakah untuk jangka waktu yang panjang, atau kah hanya sementara saja. Usia AJI Damai, Forum LSM, dan JPY yang sudah lebih dari 3 tahun menunjukkan bahwa jejaring ini memang ditujukan untuk waktu yang panjang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa isu-isu yang diusung oleh jejaring ini merupakan isu-isu penting di masyarakat, dimana masih memerlukan perjuangan panjang untuk meraih tujuan jejaring ini.

A.4. Proses Transfer Pengetahuan

Carrillo37 menjabarkan beberapa pendekatan knowledge

management (lihat TABEL 16). Pendekatan ini penting karena dapat digunakan untuk untuk mengetahui posisi dari suatu

36 Hasil wawancara dengan responden OMS 4 yang dilakukan pada November 2011.

37 Al-Ghassani A.M., Kamara J.M., Anumba C.J. and Carrillo P.M. 2002. A structured approach for

identifying knowledge management problems, The New International Journal of Innovation in Architecture, Construction and Engineering (ACE).

74

lembaga/ organisasi/ kelompok/ komunitas/ jaringan. Apakah hanya berada pada satu kolom tertentu, atau kah berada pada beberapa kolom yang memiliki proporsi yang berbeda.

Secara keseluruhan, AJI Damai, Forum LSM DIY, maupun JPY masih berorientasi pada objek. Konsep pengetahuan masih sebatas ‗menyimpan‘. Misalnya pendokumentasian setiap kegiatan. Kemudian simpanan tersebut diakumulasi. Harapannya, ketika suatu saat nanti partisipan membutuhkan, maka dapat digunakan.

It is important to identify points of knowledge creation and sharing within an organization that hols strategic relevance. (Rob cross, Adrew Parker, dan Laurence Prusak)38

38 Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting

knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management

Tabel 16

Pendekatan KM menurut Carrillo (1999, dan 2002)

Tiga pendekatan KM menurut Carrillo (1999, dan 2002)

Fitur Berorientasi objek Berorientasi agen berorientasi konteks Konsep pengetahuan Rekord Aliran (Flow) Penjajaran

(Alignment) Proses kapitalisasi Menyimpan dan

akumulasi stok Memfasilitasi dan meningkatkan sirkulasi Memperoleh keseimbangan nilai berlanjut Definisi KM alat untuk

mengidentifikasi, menyimpan, mengorganisasi, dan menemu balik pangkalan pengetahuan sebuah organisasi metode untuk mengidentifikasi, mengkodifikasi, menstruktur, menyimpan, menemu kembali dan mendifusikan pengalaman strategi untuk mengidentifikasi, mensistematikkan dan mengembangkan universum nilai sebuah organisasi Sumber: Modul kursus pengelolaan pengetahuan bagi organisasi

75

Pemetaan karakteristik pengetahuan yang ditransfer menjadi sesuatu yang penting untuk merumuskan strategi transfer pengetahuan yang sesuai, sehingga proses transfer pengetahuan berjalan baik. Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ketiga jejaring tersebut masih berada pada pengelolaan pengetahuan berdasarkan objek. Agenda besar dalam pengelolaan pengetahuan masih seputar penyimpanan. Perencanaan strategi berbasis pengelolaan pengetahuan belum dilaksanakan. Perumusan agenda ke depan terkait dengan strategi masih membutuhkan ekstra tenaga dan waktu.

Pada bagian A.1. Hubungan Antar OMS telah dibahas pendapat Rob Cross, Adrew Parker, dan Laurence Prusak39 terkait dengan

karakteristik hubungan dalam jejaring guna penciptaan pengetahuan di jaringan, yaitu mengetahui apa yang aktor lain tahu, memiliki akses pada pemikiran aktor lain, aktor-aktor memiliki keinginan secara aktif dalam pemecahan masalah, dan memiliki hubungan yang aman untuk agenda pembelajaran dan kreativitas. Pada bagian ini, keempat karakteristik tersebut menjadi empat dimensi yang penting dalam proses transfer pengetahuan.

Pertama, dimensi pengetahuan, yaitu bagaimana kita mengetahui

apa yang kita ketahui? (How do we know what we know?). Penekannya pada kapasitas individu. Ketika setiap partisipan fokus pada peningkatan kapasitas pengetahuannya masing-masing untuk menciptakan pola yang selaras, ada kecenderungan partisipan yang satu tidak mampu mendidik partisipan yang lain dalam jejaring.

39 Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting

knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management

76

Problematika yang muncul dikenal dengan sebutan unshared knowledge problems.

Problematically, most our team interventions focus largely on shared vision dan process skills that help to create a harmonious environment, but do little to educate team members of each others‟ unique capabilities.

(Rob Cross, Adrew Parker, dan Laurence Prusak)40

Kedua, dimensi akses, yaitu bagaimana menambah akses untuk

pengetahuan kolektif kita? (How do we improve access to our colletive

knowledge?). Pada sebuah organisasi atau jejaring, penambahan

akses secara luas berpusat pada intervensi-intervensi teknik seperti surat elektronik (e-mail), telepon seluler, jejaring sosial, dan lain sebagainya. Demikian pula yang terjadi pada AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY. Mayoritas kerja-kerja dengan menggunakan media komunikasi teknologi.

Ketiga, dimensi keterikatan, yaitu bagaimana meningkatkan keterikatan dalam pemecahan masalah? (How do we improve

engagement in problem solving?). Ini merupakan dimensi yang cukup

sulit dilakukan. Keaktifan dari partisipan hingga saat ini masih menjadi problematika yang belum terselesaikan. Menurut hasil pengamatan lapangan, meskipun partisipan yang tersisa tidak banyak dan merupakan aktor yang sama antar jaringan OMS, namun partisipan tersebut masih sebagai ‗penjaga gawang‘ yang mencoba menjaga keberlangsungan jejaring OMS. Para ‗penjaga gawang‘ itulah yang selalu berusaha menyelesaikan segala permasalahan di jejaring. Apabila para ‗penjaga gawang‘ sudah tidak mampu menangani permasalahan yang ada, maka para

40 Cross, Rob, Adrew Parker, dan Laurence Prusak. 2000. Knowing what we know: Supporting

knowledge creation and sharing in social networks. Cambridge: IBM Institute for Knowledge Management.

77

‗penjaga gawang tersebut akan mengadakan rapat besar dan meminta semua partisipan untuk hadir. Hal semacam itu terjadi pada ketiga jejaring OMS (AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY).

Keempat, dimensi keamanan, yaitu bagaimana kita menyakinkan bahwa pembelajaran dan kreativitas terjadi? (How do we ensure that learning and creativity occurs?). Ini berkaitan dengan bagaimana menciptakan hubungan yang aman/save antar aktor dalam jejaring sehingga pembelajaran dan kreativitas dapat terjadi. Produk akhirnya ialah peningkatan partisipasi anggota dalam jejaring OMS. Dimensi terakhir ini juga menjadi tantangan bagi masing- masing jejaring OMS. Hingga sekarang, keaktifan partisipan masih menjadi permasalahan di masing-masing jejaring OMS, terlebih jika dimensi ini mengisyaratkan adanya produk akhir yaitu peningkatan partisipasi anggota dalam jejaring OMS. Kecenderungan yang terjadi saat ini ialah penurunan keaktifan partisipan. Faktor yang nampak terasa ialah karena tidak adanya isu besar bersama yang mampu menggerakkan semua eleman masyarakat sipil. Namun, jika penekanan dimensi ini hanya terletak pada pembelajaran dan kreativitas, maka dapat dipastikan hal tersebut sudah berjalan, tentunya dengan irama kegiatan yang berbeda-beda antar jejaring OMS. Walaupun proses pembelajaran dan kreativitas tersebut hanya diikuti oleh partisipan yang sama setiap waktunya.

78

GAMBAR 6 menggambarkan proses SECI41 (Socialization,

Externalization, Combination, Internalization). Penelitian ini menggunakan SECI untuk melihat proses pengetahuan di jejaring OMS. Sosialisasi merupakan proses berbagi pengalaman tacit kepada yang lain. Hal ini dapat dilakukan melalui cara mentoring, misalnya berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan wawasan. Eksternalisasi menekankan pada proses konversi pengetahuan yang mentransformasikan pengetahuan tacit menjadi eksplisit. Proses konversi pengetahuan dapat dilihat melalui tulisan-tulisan pengalaman partisipan dan juga di laporan-laporan kegiatan di masing-masing jejaring. Kombinasi terjadi ketika partisipan jejaring bertukar pengetahuan eksplisit. Hal tersebut dapat dilakukan melalui e-mail, maillist-group, dan sebagainya. Dari ketiga jejaring OMS pada penelitian ini, hanya Forum LSM DIY yang memiliki produk pengetahuan berupa modul bersama. Pembuatan modul

41 Schwartz, D. G. (2006). Encyclopedia of Knowledge Management. United Kingdom: Idea Gropus

Reference. P.812.

Gambar 6

Spiral evolution of knowledge conversion and self-transcending process (Nonaka & Konno, 1998)

79

dan buku merupakan agenda Forum LSM DIY, sedangkan di AJI Damai dan JPY tidak ada agenda kerja secara specifik untuk penerbitan buku, jurnal atau buletin. Internalisasi mengkonversikan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit. Internalisasi merupakan rangkaian terakhir dari siklus SECI. Internasilasi akan berjalan apabila sosialisasi, eksternalisasi, dan kombinasi sudah diterapkan di jejaring. Pada ketiga jejaring OMS tersebut, internalisasi dilakukan dengan ―learning by doing‖. Partisipan membawa pengetahuan di tingkat jejaring OMS ke lembaganya masing-masing dan mempraktekkannya.

Prinsipnya, ketiga jejaring (AJI Damai, Forum LSM, dan JPY) menyediakan ruang bagi partisipannya untuk berbagi pengetahuan, ketrampilan, wawasan, dan juga untuk latihan bersama guna meningkatkan kapasitas partisipannya masing- masing. Bahkan, masing-masing partisipannya memperoleh pengalaman-pengalaman kerja yang dapat diimplementasikan ke tingkat lembaganya masing-masing. Hal tersebut ditunjang dengan pendokumentasian hasil kerja-kerja dan dokumen tersebut dapat diakses oleh semua partisipannya. Hanya saja, pada prakteknya, ada berbagai hambatan yang dihadapi dalam proses pendokumentasian. Umumnya, hal tersebut terjadi karena faktor sumber daya manusianya.

80

GAMBAR 7 menunjukkan tingkat transfer pengetahuan di masing- masing jejaring OMS. Ketiga jejaring (AJI Damai, Forum LSM DIY, dan JPY) memiliki tingkat transfer pengetahuan yang tinggi (lebih dari 50 %). Tingkat transfer pengetahuan yang tinggi menandakan bahwa di masing-masing jejaring tersebut sudah terdapat sistem pengelolaan informasi dan pengetahuan, meskipun pada level sederhana dan berorientasi pada objek. Sistem pengelolaan pengetahuan yang ada di jejaring OMS berawal dari kesadaran saling berbagi pengalaman- pengalaman kerja dari masing-masing partisipan jejaring. Selanjutnya, hasil dari berbagi pengalaman-pengalaman dipraktekkan. Mayoritas bentuk berbagi pengalaman-pengalaman kerja tersebut berupa catatan- catatan pengalaman sederhana dari masing-masing partisipan. Penekanan utamanya ialah pada dinamika proses berbagi pengetahuan. Dampaknya pun dapat dirasakan oleh masing-masing partisipan. Salah satunya yaitu memperkaya perspektif partisipan di masing-masing jejaring.

Sistem pengelolaan informasi dan pengetahuan seharusnya berujung pada lahirnya inovasi. Inovasi-inovasi dalam jejaring OMS antara lain lahirnya strategi-strategi baru pergerakan sosial. Ini menuntut keaktifan

Gambar 7

Tingkat Transfer Pengetahuan di Jejaring OMS

AJI DAMAI FORUM LSM DIY JPY

81

partisipannya. Menurut pengamatan di lapangan, beberapa stagnasi yang terjadi di jejaring OMS dikarenakan belum mampu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam strategi pergerakan sosial, sehingga OMS- OMS tersebut mengalami titik jenuh terhadap jejaring OMS. Akibat buruknya, banyak OMS yang tidak aktif di jejaring OMS.