• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA KELOMPOK TANI MENDUKUNG PENGUATAN PERAN KELEMBAGAAN PETAN

KAPABILITAS PETANI MENGELOLA INOVAS

7 DINAMIKA KELOMPOK TANI MENDUKUNG PENGUATAN PERAN KELEMBAGAAN PETAN

Pendahuluan

Dalam mendukung rekayasa penerapan teknologi ditingkat petani, maka diperlukan adanya peningkatan kemampuan petani. Peningkatan kemampuan petani ini dapat dilakukan lebih efektif melalui pendekatan kelompok tani (Arimbawa 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani memiliki potensi dalam peranannya sebagai: (a) kelas belajar: kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera; (b) wahana kerjasama: kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama, usahatani lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan; dan (c) unit produksi: usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Keberhasilan kelompok tani bergantung pada keterlibatan petani secara aktif dalam kelembagaan tersebut. Jika peran kelembagaan dan keterlibatan petani belum optimal, maka efektivitas kelembagaan sebagai pendukung inovasi teknologi sulit diharapkan dukungannya. Dari berbagai potensi dan manfaat yang dapat diperoleh dari pembentukan kelembagaan kelompok tani, nilai efektivitas dan produktivitas kelembagaan kelompok tani juga harus diperhatikan agar kelompok dapat menjadi mandiri. Saat ini, banyak terdapat kelompok tani dalam kondisi stagnan dimana dicirikan dengan tidak adanya berbagai aktivitas dalam kelompok tersebut. Ketidakjelasan tujuan kelompok, struktur kelompok, tidak jelasnya fungsi tugas masing-masing anggota, kurangnya pembinaan kelompok, lemahnya kekompakan, dan tidak kondusif suasana kelompok menjadi salah satu penyebab utama dari lemahnya dinamika organisasi kelompok tani.

Suatu kelompok tidak merupakan kelompok yang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Perubahan (dinamika kelompok) tersebut dimaksudkan guna memuaskan kebutuhan- kebutuhan anggotanya. Kelompok dapat bubar kalau tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu. Kelompok dapat menambahkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang baru di dalam rangka perubahan- perubahan yang dialaminya, atau bahkan sebaliknya dapat mempersempit ruang lingkupnya guna pencapaian perbaikan.

Eksistensi suatu lembaga ditentukan oleh perannya dalam melayani tuntutan sosial masyarakat setempat dalam kurun waktu yang sangat beragam. Tidak jarang terjadi keberadaan suatu lembaga tiba-tiba hilang, atau digantikan oleh lembaga baru

yang lebih mampu melayani kebutuhan stakeholder setempat. Suatu lembaga atau organisasi mampu bertahan dalam dinamika masyarakat bila tetap memiliki fungsi yang dibutuhkan. Bila kelembagaan tidak mampu melayani kebutuhan masyarakat maka kelembagaan tersebut kehilangan posisinya dalam lingkungan masyarakat artinya kelembagaan (termasuk di dalamnya kelembagaan petani) harus mampu menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat.

Terkait dengan perkembangan teknologi informasi, kelembagaan petani juga dituntut agar antisipatif terhadap peluang, tantangan dan dampak dari globalisasi informasi melalui perkembangan teknologi informasi. Secara spesifik, kelembagaan petani dituntut sebagai sebuah solusi guna mengatasi ketimpangan, kesenjangan/bias informasi bagi para petani di pedesaan. Konsekuensinya, kelembagaan petani sekarang dan kedepan dituntut dalam peran modern (pemanfaatan informasi berbasis

internetworking), berdayasaing, jembatan informasi era global. Kemodernan dan daya saing mencerminkan peran kelembagaan petani yang dinamis. Dinamika kelembagaan petani di era teknologi informasi selain dicirikan dengan kemampuannya sebagai wahana kerjasama dan wadah peningkatan nilai tambah bagi para anggotanya, juga dicirikan dengan kemampuannya dalam mengelola informasi, kemampuan mediasi informasi serta kemampuan mendidik insan informasi.

Dinamika pembangunan yang begitu kompleks dan cepat berubah, maka menjadi keharusan bagi generasi pembangunan untuk menghadirkan kelembagaan petani yang benar-benar adaptif dan akomodatif keinginan anggotanya. Dalam era globalisasi informasi seperti saat ini, sangat diharapkan kelembagaan petani dapat berperan mengikuti perkembangan zaman dan dapat memanfaatkan teknologi informasi. Studi tentang kehidupan kelompok melalui analisis dinamika kelompok sangat diperlukan untuk dapat menilai tingkat kinerja (produktivitas dan efektivitas) kelompok. Fuad (1996) mengatakan bahwa, suatu kelompok yang berkembang jika ada upaya perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus dilakukan sehingga suatu kelompok cenderung berubah dari satu pola ke pola lainnya sesuai corak dan kepesatan perubahan itu sendiri.

Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat sebagai pendukung utama (1.9%) pemasok kebutuhan sayuran. Potensi pengembangan sayuran di kedua kabupaten tersebut didukung dengan keberadaan kelompok tani-kelompok tani sayuran yang memanfaatkan sistem jaringan informasi terkoneksi internet. Beberapa kelompok telah mengikuti pelatihan penggunaan teknologi informasi baik yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian maupun melalui petani-petani yang peduli terhadap perkembangan teknologi informasi untuk kelompok. Untuk itu, berdasarkan landasan teori yang ada, maka penelitian ini menggambarkan keterangan empiris tingkat dinamika kelompok tani sayuran di dataran tinggi Jawa Barat dan menjelaskan arah perubahan kelembagaan petani dalam menghadapi tantangan era teknologi informasi.

Metode Penelitian

Materi penelitian adalah kelompok tani sayuran yang ada di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat. Kelompok yang dijadikan sampel adalah kelompok binaan petugas yang telah mengikuti pelatihan teknologi informasi untuk setiap kabupaten, sedangkan jumlah petani anggota kelompok yang dijadikan sampel berjumlah maksimal 20 petani untuk setiap kelompok yang memiliki lebih dari 20 anggota, sedangkan yang memiliki kurang dari 20 anggota diambil seluruhnya. Jumlah seluruh kelompok sampel adalah di 5 Desa sebanyak 31 kelompok di Kabupaten Bandung Barat dan di 6 desa sebanyak 12 kelompok di Kabupaten Cianjur dengan jumlah petani sampel adalah 114 petani anggota kelompok di Kabupaten Bandung

Barat dan 129 petani di Kabupaten Cianjur dengan ketentuan masih aktif dalam kegiatan kelompok dan berusahatani sayuran.

Penelitian ini menggunakan metode survei melalui tahapan persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan dilakukan penentuan kelompok dan petani sampel. Penentuan kelompok dilakukan secara purposive random sampling. Syarat kelompok yang dapat dijadikan sampel adalah kelompok tersebut masih aktif terutama dalam aktivitas kelompok dan usaha sayuran. Indikator variabel dinamika kelompok adalah unsur-unsur dinamika kelompok yang terdiri dari delapan unsur yakni: (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi tugas kelompok; (4) pengembangan kelompok; (5) kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok; (7) tekanan kelompok; dan (8) keefektifan kelompok. Masing-masing indikator variabel dinamika kelompok dijabarkan secara detail melalui item-item pernyataan.

Berdasarkan persentase yang dapat dicapai oleh masing-masing unsur dinamika kelompok dan keseluruhan unsur dinamika kelompok, maka tingkat dinamika kelompok tani sayuran di masing-masing kabupaten dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Selanjutnya analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tingkat dinamika kelompok.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Kelompok Tani di Kabupaten Cianjur

Kelompok tani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur berjumlah 44 kelompok tani dengan 9 kelompok kelas pemula, 32 kelompok lanjut dan 3 kelompok kelas madya. Jumlah petani 775 orang. Berada pada ketinggian antara 900 sampai dengan 1,400 meter dpl, topografi Kecamatan Pacet terdiri dari daratan seluas 826.24 Ha atau 19.2 persen dan perbukitan seluas 3,479.76 Ha atau 80.9 persen. Didukung dengan tingkat kesuburan meliputi tanah subur seluas 3,660 Ha (85%) tingkat kesuburan sedang 516.72 Ha (12%) dan kurang subur 129.18 Ha (3%) dengan pH tanah antara 5.5-7.5. Status penguasaan lahan pemilik penggarap 294, penggarap 918, penyewa 294 dan 62 status bagi hasil. Mengusahakan 66 jenis komoditas sayuran guna pemenuhan pasar supermarket, restoran, hotel baik dalam maupun luar negeri. Distribusi dari petani ke pedagang pengumpul/suplier/STA ke pasar induk lokal/pasar swalayan ke konsumen yaitu 60 persen, kemudian alur distribusi dari petani ke pedagang pengumpul/suplier/STA ke tempat penampung ke pasar induk lokal/pasar swalayan ke konsumen yaitu 30 persen dan sisanya 10 persen alur distribusi dari petani ke pedagang pengecer (pasar tradisional).

Terangkum bahwa tujuan dibentuknya kelompok tani di Kecamatan Pacet adalah untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih tekhnologi melalui pelatihan, dan permagangan, terutama budidaya termasuk di dalamnya sekolah lapang pemberantasan hama penyakit terpadu, pemasaran, penyiapan benih-benih unggul yang berkualitas, sehingga petani dapat menghasilkan produk sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar. Tujuan utama dan muara dari usahanya; (1) meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani; (2) membuka lapangan dan peluang kerja baru; (3) penyerapan tenaga kerja produktif yang putus dan tidak mampu melanjutkan sekolah; dan (4) memperbesar produksi dan memperlus pasar.

Pemasaran sayuran petani di Kabupaten Cianjur dilakukan pada dua pasar, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Teridentifikasi jenis sayuran yang dipasarkan ke pasar modern (supermarket, restoran, hotel) sebanyak 66 jenis. Tujuan pasar dari sayuran-sayuran tersebut adalah ke daerah Kebayoran, Kelapa Gading, Karawaci, Bogor dan lain sebagainya. Supermarket yang biasa diakses oleh petani adalah supermarket Mu Gung Hwa di Kebayoran, Kelapa Gading, Karawaci dan Cikarang; Hanil Mart, K-Mart di Jakarta; Wort Mart di Cibubur, Wori Super di Bekasi, Asia Mart

di Cikarang; Indomart, Green Luck, Papaya, Kamome Kamcik di Jakarta. Restoran yang berlokasi di Jakarta seperti Ga Ya Sung, Hanyang, Go Jo Mung, Toko “Dodo”, Apartement Kintamani; Hanwori, Well Being, Rest. Korea, Korean House di Cibubur; Ya Re Hyang, Mr. Bbq, Sing-sing Gore, Sanchon di Kelapa Gading; Mr. Jang di Bekasi; Arirang Restoran, Asuka Lestoran di Cikarang dan KFC di Bogor. Hotel Novel Hotel, Lido Like Hotel di Bogor dan Hotel Pangrango di Sukabumi.

Inovasi merupakan suatu proses atau hasil pengembangan, pemanfaatan pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk dalam hal ini adalah produk bidang pertanian. Selain menyerap inovasi dari luar, teridentifikasi beberapa inovasi yang telah dihasilkan oleh petani sayuran di Kabupaten Cianjur. Kondisi awal, bentuk inovasi dan kondisi petani sekarang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kondisi awal, bentuk inovasi dan kondisi petani sekarang, 2015

Jenis

Inovasi Kondisi Awal Bentuk Inovasi Kondisi Sekarang Teknologi Informasi dan Komunikasi a. Teknologi informasi tidak termanfaatkan oleh petugas dan masyarakat tani. b. Tidak tergali manfaat

yang ada pada teknologi informasi tersebut. c. Teknologi informasi tidak menyelesaikan masalah masyarakat tani d. Teknologi informasi tidak digunakan untuk melakukan pelayanan publik. e. Tidak memiliki penghasilan tambahan di luar usahatani. a. Pemanfaatan Handphone (SMS dan Telephone) untuk melayani publik dan menyelesaikan masalah masyarakat tani. b. Penggunaan Media internet dan email untuk melayani publik secara online. c. Penggunaan media

radio sebagai corong informasi penyuluhan dan informasi program- program pembangunan pertanian di wilayah pacet.

a.Masyarakat tani semakin mudah mengakses informasi program-program dan kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian. b.Masyarakat luas terlayani

dengan pemberian informasi secara up to date tentang layanan informasi. Termasuk didalamnya pemberian layanan informasi harga sayuran berkala, informasi magang, pelatihan dan Wisata Tani Sayuran di Gapoktan, Poktan atau P4S. c. Gapoktan, poktan atau P4S

memiliki tambahan penghasilan dari peserta Magang, Pelatihan dan Wisata Tani. Pembuatan Tricoderma dan Pestisida Nabati

a. Masyarakat tani tidak memanfaatkan Sumber Daya Alam (tumbuh- tumbuhan) yang memiliki khasiat untuk pemberantasan organisme penggagu tanaman (OPT) b. Masyarakat tani tidak

memanfaatkan agenshayati cendawan tricoderma yang bermanfaat bagi tanah pertanian.

a.Pembuatan tricoderma dari agenshayati cendawan tricoderma yang bermanfaat, yang digunakan untuk lahan-lahan pertanian yang tidak subur b.Pembuatan pestisida

nabati dari tanaman- tanaman yang ada di lingkungan sekitar masyarakat tani.

a.Petani tidak bergantung lagi pada pestisida buatan pabrik yang harganya mahal. b.Petani dapat menekan harga

produksi sehingga memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteran hasil usahatani. c. Lahan-lahan pertanian mulai

subur kembali. Penangkaran Benih Kentang a. Tidak tersedianya benih kentang berkualitas diwilayah Kecamatan Pacet. b. Petani sulit menemukan benih yang unggul dan sesuai dengan kondisi alam wilayah Pacet.

Penangkaran benih kentang ditingkat petani.

a.Jadi tersedia benih kentang berkualitas diwilayah Kecamatan Pacet. b.Petani tidak sulit lagi

mencari benih yang unggul dan sesuai dengan kondisi alam wilayah Pacet.

Jenis

Inovasi Kondisi Awal Bentuk Inovasi Kondisi Sekarang Penyediaan Benih Sayuran Tingkat Petani a. Masyarakat tani kesulitan menemukan benih sayuran yang berkualitas. b. Benih sayuran

ditingkat pasar

harganya sangat mahal. c. Petani kesulitan

menemukan benih sayuran yg berkualitas dan sesuai dengan kondisi alam/wilayah.

Pembuatan Green House khusus pembuatan benih sayuran.

a.Masyarakat tani semakin mudah mendapatkan benih sayuran yang berkualitas. b.Harga benih lebih murah. c. Petani tidak kesulitan lagi menemukan benih sayuran yang berkualitas dan sesuai dengan kondisi alam/ wilayah.

Pengolahan Hasil

a. Komoditas sayuran sering terbuang akibat anjlok harga. b. Komoditas sayuran bernilai rendah. c. Kesejahteraan Masyarakat tani sangat rendah. Mengolah komoditas yang memiliki harga rendah untuk dibuatkan, seperti: Dodol Wortel, Manisan Tomat, Keripik Wortel, Kerupuk Wortel, Jamur Krispi, Just Bit, dll.

a.Masyarakat tani dapat menjual hasil inovasi produk ke berbagai pasar.

b.Petani tidak rugi lagi dengan kondisi turunnya harga sayuran. Sistem Penanaman Multiple Croping a. Petani sering mengalami kerugian akibat harga sayuran jatuh.

b. Petani hanya menggunakan sistem monoculture

a. Menanam beberapa jenis sayuran dalam satu baris (bedeng) disetiap kebun. b. Memvariasikan

jenis-jenis sayuran yang memiliki nilai jual yang tinggi.

a.Petani tidak bergantung pada harga satu komoditas, karena bila komoditas satu harganya jatuh masih tertolong dengan harga komoditas lainnya b.Umumnya petani sekarang

menggunakan tiga jenis komoditas sayuran dalam satu baris (bedeng)

c. Petani dapat memvariasikan jenis-jenis komoditas yang sesuai dengan keinginan pasar.

d.Kesejahteran masyarakat tani lebih baik.

Karakteristik Kelompok Tani di Kabupaten Bandung Barat

Kecamatan Lembang terdiri atas 16 desa dengan jumlah kelompok berjumlah 113 kelompok. masing-masing Desa Cibodas (8 kelompok), Suntenjaya (4 kelompok) Wangunsari (6 kelompok), Jayagiri (7 kelompok), Lembang (7 kelompok), Gudang Kahuripan (5 kelompok), Langensari (9 kelompok), Kayu Ambon (4 kelompok), Pagerwangi (5 kelompok), Cikahuripan (19 kelompok), Sukajaya (14 kelompok), Cikidang (7 kelompok), Wangunharja (10 kelompok), Cibogo (6 kelompok), Cikole (7 kelompok) dan Desa Mekarwangi (3 kelompok). Total jumlah petani 2,075 orang. Terdapat beberapa perusahaan selain perorangan dari pedagang pengumpul yang bisa bermitra dengan petani antara lain Kelompok Usaha Bimandiri, Putri Segar, Lembang Agri, GB, Karya Setia dan Camp Farm.

Terangkum bahwa tujuan kelompok umumnya adalah meningkatkan

kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kelompok bersifat terbuka dan independen, sarana pendidikan non formal bagi anggota khususnya dan mayarakat pada umumnya. Fungsi kelompok meningkatkan kualitas sumberdaya anggota, pengelola dan pengurus serta masyarakat luas pada umumnya, mengelola hasil produksi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, mengelola kebutuhan sarana produksi anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya, membuka peluang usaha dan peluang pasar mengembangkan kesempatan kerja, memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi sosial masyarakat.

Modal usahatani kelompok mengandalkan kekuatan sendiri melalui simpanan pokok dan wajib sebagai anggota kelompok, bantuan sosial dari pemerintah serta kemudian secara bertahap diarahkan melalui kemitraan dengan pihak swasta dan memanfaatkan fasilitas kredit dari Bank. Kegiatan usaha rata-rata kelompok di Kabupaten Bandung Barat adalah penyediaan sarana produksi pertanian, pemasaran hasil produksi pertanian, kegiatan unit jasa pelatihan budidaya, teknik dan pemasaran hasil pertanian, konsultan pertanian dan simpan pinjam.

Terwujudnya kegiatan agribisnis komoditas hortikultura, khususnya tanaman sayuran menjadi prioritas utama kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, terutama yang tergolong komoditas unggulan yaitu: Tomat, Cabe, Kentang, Brokoli, Kubis Bulat, Kubis Bunga. Sedangkan sayuran lain tetap ditingkatkan termasuk jenis sayuran eksklusif. Kecamatan Lembang dengan kondisi iklim, tanah dan sumber daya hayati yang sangat mendukung untuk pengembangan tanaman hortikultura khususnya sayur mayur, setiap hari puluhan ton bermacam jenis sayuran di hasilkan dan di kirim ke wilayah Jabodetabek, pemasok-pemasok sayuran ke supermarket banyak berada di wilayah lembang sehingga harga di petani menjadi lebih kompetitif.

Gambar 10 Sistem alur pemasaran hasil pertanian di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, 2015

Pemasaran hasil produksi diupayakan dengan mencari tingkat harga yang paling layak dan berkeadilan, sehingga memberikan keuntungan yang optimal bagi para petani, salah satunya gapoktan menampung hasil produksi para anggota dengan harga diupayakan di atas harga pasar. Pada saat ini, umumnya keberadaan Gapoktan di Kecamatan Lembang sudah memiliki beberapa mitra pemasaran diantaranya dengan PT. Alamanda Sejati Utama untuk ekspor produk yang disuplai berupa Buncis Super, Baby Buncis Kenya, Baby Kyuri, Kyuri, Zukini. Untuk pasar supermarket dan restoran lokal bermitra dengan CV. Bimandiri produk yang disuplai Brokoli, Trimitra Sejahtera produk yang disuplai Brokoli, Zukini, Kyuri dan Lettuce Head, Cianjur Fresh produk yang di suplai Brokoli dan Buncis serta pasar tradisional sebagai pasar untuk grade yang tidak masuk kriteria pasar modern diantaranya pasar induk Tangerang, Cibitung, Senen, dan Keramat Jati. Untuk pasar modern harga dengan pola sistem kontrak artinya sebelum menanam petani sudah mengetahui harga batas bawah dan atas yang akan mereka peroleh beban petani hanya memikirkan dan mengupayakan bagaimana caranya supaya hasil produksi dan kualitas yang memuaskan walaupun kontrak harga terkena

Petani/Anggota Kelompok

Kelompoktani

Gapoktan

Pasar Tradisional Ekspor Pasar Modern

Mitra Pengumpul

pada posisi batas bawah pada saat panen tidak akan merugi apabila kualitas bagus, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (Added Value) petani dan keluarganya. Sistem alur pemasaran hasil pertanian di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 10 memperlihatkan bahwa lembaga tani (gapoktan) di Kecamatan Lembang merupakan sentral dari usahatani sayuran masyarakat di Kecamatan Lembang. Secara umum, gapoktan di Kecamatan Lembang berfungsi: (1) mengelola hasil produksi anggota khususnya dan masyarakat pada pada umumnya; (2) mengelola kebutuhan sarana produksi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya; (3) membuka peluang usaha dan peluang pasar; dan (4) mengembangkan kesempatan kerja. Selain itu beberapa gapoktan berfungsi sebagai motor penggerak ekonomi pedesaan, Sarana pendidikan non formal bagi anggota khususnya dan mayarakat pada umumnya.

Kegiatan unit usaha gapoktan umumnya bergerak dalam penyediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil produksi pertanian seperti perdagangan sayuran segar, perdagangan sarana produksi tani, pembibitan sayuran, perdagangan alat dan perlengkapan pertanian serta produksi makanan olahan. Kegiatan unit jasa seperti pelatihan budidaya, teknik dan pemasaran pertanian, konsultan pertanian dan simpan pinjam. Sebagai sentra sayuran di Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang juga telah mengembangkan produk olahan sayuran, seperti mengembangkan Keripik Bayam, Dodol Tomat, Manisan Terung, Manisan Cabe dan Sistik Brokoli. Dalam menjaga kontinuitas barang bagi pemenuhan kebutuhan pasar maka diterapkan pola tanam yang teroganisir dimana setiap minggu ada penanaman untuk semua jenis komoditi. Umumnya gapoktan di Kecamatan Lembang menetapkan istilah “One Group

One Product” satu kelompok tani bertanggung jawab terhadap satu produk dalam menjaga kontinuitasnya.

Modal usahatani kelompok pada kondisi sekarang ini mengandalkan kekuatan sendiri melalui simpanan pokok dan wajib sebagai anggota kelompok, bantuan sosial dari pemerintah, dan modal kemitraan dengan pihak swasta serta memanfaatkan fasilitas kredit dari Bank. Seperti contoh di Gapoktan Lembang Agri, besaran simpanan pokok sebesar Rp100 000 (Seratus Ribu Rupiah), yang dibayarkan sekali selama menjadi anggota gapoktan dan setiap anggota diwajibkan membayar simpanan wajib sebesar Rp5 000 (Lima Ribu Rupiah) yang dibayarkan setiap bulan. Setiap anggota digiatkan untuk menabung sebagai simpanan sukarela menurut kehendaknya sendiri. Selain itu, modal gapoktan juga berasal dari Sisa Hasil Usaha (SHU). Pembagian pengalokasian dana sisa hasil usaha gapoktan diatur sebagai berikut: 2.5 persen untuk dana sosial, 25.0 persen untuk cadangan, 50.0 persen untuk anggota sesuai dengan jasa usahanya terhadap gapoktan, 12.5 persen untuk pengurus, 5.0 persen untuk pengelola dan 5.0 persen untuk kegiatan pendidikan, pengembangan kwalitas sumberdaya manusia. Gapoktan apabila mengalami kerugian maka ditanggulangi dengan dana cadangan yang merupakan kekayaan gapoktan yang diperuntukakan untuk menutup kerugian gapoktan sehingga tidak boleh dibagikan kepada anggota.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapat informasi bahwa manfaat serta keuntungan bagi anggota antara lain: terhindar dari riba, mendapatkan manfaat dunia akhirat, pengembangan usaha kecil, membantu pemodalan bagi anggota, meningkatkan ukhuwah sesama anggota, meningkatkan pengetahuan dan ketermpilan, serta menambah jejaring sosial dan usaha.

Dinamika Kelompok Tani Sayuran di Jawa Barat

Kelompok memiliki banyak jenis atau tipe, salah satunya adalah kelompok tani. Kelompok tani adalah sejumlah petani yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut timbul atas dasar kebutuhan sama yang terikat dalam

satu hubungan intern yang cukup stabil, serasi dan tercapai. Dalam menilai kedinamisan kelompok perlu mengeksplorasi segala kekuatan yang ada di dalam kelompok yang dapat menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok untuk tercapainya tujuan kelompok. Berdasarkan unsur-unsur kekuatan tersebut diharapkan dapat diketahui faktor apa saja yang harus diciptakan, terutama yang ada dalam kelompok itu sendiri, sehingga kedinamisan suatu kelompok dapat terwujud yang pada akhirnya pemanfaatan kelompok dapat dilakukan secara optimal. Kekuatan- kekuatan di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan anggota kelompok itulah yang disebut dengan dinamika kelompok. Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkahlaku kelompok tentang sifat kelompok, perkembangan kelompok, interaksi di antara kelompok dan individu, antara kelompok dengan kelompok lain.

Tabel 10 Persentase penilaian petani terhadap unsur kedinamisan kelompok di