• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak

4.3.1 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mbengket Bages Etnik

4.3.1.9 Disiplin

Tradisi mbengket bages ini memiliki kearifan lokal disiplin. Hal ini dilaksanakan pada pagi hari yang bertujuan agar rumah yang akan dibangun bersinar dan terbit seperti rejeki dan penghuninya sehat. Jadi kearifan lokal disiplin ini seluruh pihak dan tamu yang diundang harus tepat waktu menghadiri acara tersebut.

4.3.1.10 Tanggung Jawab

Pihak sulang silima mencerminkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam adat. Hal ini dapat kita lihat pihak kula-kula hadir dan membawa perlengkapan adatnya (luah) dan

melaksanakan perannya didalam acara seperti nuan si tellu bage, mbuka konci, pengamakken belagen, merre manuk tuk dan ikan simalum-malum. Sedangkan pihak dengngan sebeltek dan anak berru bertanggung jawab mempersiapkan segala keperluan acara demi kelancaraan dan kesuksesan keberlangsungan acara seperti pemandu acara (persinabul), penerima tamu,mempersiapkan makanan kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir.

4.3.1 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

4.3.1.1 Kesopansantunan

Dalam adat etnik Batak Karo nilai kesopansantunan merupakan salah satu hal yang harus ditanamkan didalam diri, sebagai contoh di dalam runggu harus menggunakan lisan yang santun tidak boleh asal mengucapkan kata-kata, begitu juga juga dengan sikap yang harus sopan seperti cara duduk yang terdapat pada tahapan kimbangken amak mentar. Dimana di dalam setiap acara semua pihak yang hadir termasuk sukut dan sulang silima harus saling menghargai siapa yang berbicara dan juga menjaga sikapnya apabila saat mendengarkan pembicaraan.

4.3.1.2 Gotong Royong

Gotong royong merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Sebagai contoh seluruh pihak anak berru dan sembuyak/senina saling membantu dalam mempersiapkan segala keperluan mengket rumah mbaru dan membentuk pembagian tugas. Gotong royong juga terdapat pada saat

manjekken dalikan, dimana pihak kalimbubu mempunyai tugasnya masing-masing dalam memasang tungku di rumah yang baru.

4.3.1.3 Pelestarian Dan Kreativitas Budaya

Mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal pelestarian dan kreatifitas budaya. Ini terlihat dari tahap rose-osei yaitu mengenakan baju adat etnik Batak Karo dan memasangkan lambe-lambe pada atap rumah baru. Hal ini menjadi suatu ciri khas bagi etnik Batak Karo yang masih dilestarikan. Tradisi ini juga merupakan salah satu tradisi budaya pada etnik Batak Karo dimana didaerah penelitian tradisi mengket rumah mbaru ini masih sering dilakukan didaerah tersebut.

4.3.1.4 Rasa Syukur

Tradisi ini memiliki kearifan lokal rasa syukur, dimana pemilik mengundang seluruh pihak termasuk sangkep geluh sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan karena telah diberikan rezeki agar seluruh pihak dan tamu undangan ikut merasakan hasil yang di dapatkan pemilik rumah tersebut. Sebab pemilik rumah tersebut dapat membangun rumah karena berkat doa dari orang sekitarnya termasuk sangkep geluh.

4.3.1.5 Kesetiakawanan Sosial

Pada tradisi ini seluruh pihak yang diundang sukut hadir dalam acara ini termasuk sangkep gelluh, dimana mereka datang mengingat hak dan kewajibannya di dalam adat dan membantu mensukseskan sukut dalam mempersiapkan acara agar tidak dipermalukan nantinya. Tradisi ini memiliki kearifan lokal kesetiankawanan

4.3.1.6 Komitmen

Tradisi mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal komitmen. Pihak sulang silima dan seluruh kerabat yang sudah diundang sukut, mereka tetap menghadiri acara tersebut karena dapat menjadi aib apabila mereka tidak hadir tanpa alasan yang jelas karena sudah diundang pihak sukut sebelumnya Dan juga perkebbas menunjukkan sikap yang berkomitmen, karena tetap bertanggung jawab dalam tugasnya dalam mempersiapkan acara sampai akhir.

4.3.1.7 Pikiran Positif

Tradisi mengket rumah mbaru ini terdapat kearifan lokal pikiran positif.

Dimana sangkep gelluh dan kerabat yang hadir banyak memberikan doa dan harapan agar tentram, rukun, dan sejahtera kepada pemilik rumah. Begitu juga sukut memberikan doa kepada seluruh pihak yang hadir agar diberikan kesehatan dan murah rezeki.Dimana hal ini dapat kita temukan pada tahap kata peddah yaitu memberikan ucapan dari berbagai pihak yang hadir. Pikiran positif ini juga dipengaruhi dikarenakan mengket rumah mbaru merupakan acara sukacita.

4.3.1.8 Kerja Keras

Anak berru disini sangat menunjukkan jiwa pekerja keras, karena mereka mempersiapkan segala keperluan acara dengan baik agar pihak sukut nantinya tidak malu dan terjadi kesalahan ketika acara dimulai dari awal sampai akhir. Bahkan mereka rela sampai tidak beristirahat sebagai contoh mempersiapkan makan siang kepada seluruh tamu undangan yang ada di jambur, mereka tidak akan makan sebelum semua pihak selesai makan, membawakan perlengkapan dapur, nasi,

makanan, dan perlengkapan lainnya pada saat perjalanan dari rumah lama menuju kerumah baru (ngarak).

4.3.1.9 Disiplin

Tradisi mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal disiplin. Hal ini dilaksanakan pada pagi hari yang bertujuan agar rumah yang akan dibangun bersinar dan terbit seperti rejeki dan penghuninya sehat. Jadi kearifan lokal disiplin ini seluruh pihak dan tamu yang diundang harus tepat waktu menghadiri acara tersebut terutama sukut.

4.3.1.10 Tanggung Jawab

Pihak sangkep gelluh mencerminkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam adat. Hal ini dapat kita lihat pihak kalimbubu hadir dan membawa perlengkapan adatnya dan melaksanakan perannya didalam acara seperti mbuka kunci, kimbangken amak mbentar, manjekken dalikan, rose-osei dan memberikan manuk sangkepi ke sukut.

Sedangkan pihak sembuyak/senina dan anak berru bertanggung jawab mempersiapkan segala keperluan acara demi kelancaraan dan kesuksesan keberlangsungan acara seperti pemandu acara (protokol), membawakan perlengkapan dapur, makanan, dan tikar pada saat acara ngarak, menyediakan makanan kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo merupakan upacara adat sukacita yang dalam etnik Batak Pakpak dikenal dengan istilah kerja baik, sedangkan etnik Batak Karo dikenal dengan istilah kerja meriah. Kedua tradisi ini disebut sebagai upacara adat sukacita karena tradisi ini merupakan bentuk ucapan syukur oleh pemilik rumah kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pemilik rumah telah diberikan rezeki sehingga dapat membangun rumah barunya.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari perbandingan tata cara tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo yaitu terdapat 7 persamaan tahapan diantaranya : (1). musyawah, (2). upah tukang, (3). membuka pintu rumah, (4). membentangkan tikar pandan putih, (5).

memberikan lauk ayam, (6). makan bersama, (7). pemberian ucapan. Dan terdapat 5 perbedaan tahapan diantaranya : (1). etnik Batak Pakpak yang terdiri dari : (a).

nuan sitellu bage, (b).mangan nditak ginaburen, (c). mersendihi, (d).

cabingken/merre oles, (e). ikan simalum-malum, (2). etnik Batak Karo yang terdiri dari (a). ngarak/miser-miser jabu, (b).manjekken dalikan, (c). ngukati, (d). rose-osei, (e). merre simulih sumpit kalimbubu.

Dari persamaan dan perbedaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo tersebut muncul nilai-nilai kearifan lokal. Adapun nilai-nilai kearifan lokal tersebut yaitu : gotong royong,

kesopansantunan, pelestarian dan kreativitas budaya, rasa syukur, kesetiakawanan sosial, komitmen, pikiran positif, kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab.

Dalam pelaksanaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo ini terdapat status sosial yang sangat berperan demi keberlangsungan acara ini. Dalam etnik Batak Pakpak status sosial tersebut dikenal dengan istilah sulang silima yang terdiri dari : kula-kula, dengngan sebeltek, dan anak berru. Sedangkan dalam etnik Batak Karo status sosial tersebut dikenal dengan istilah sangkep gelluh yang terdiri dari : kalimbubu, sembuyak/senina, dan anak beru.

5.2 Saran

Dari perbandingan tata cara tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo ini muncul nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dari setiap tahapan-tahapannya. Terdapat pula persamaan dan perbedaan pada tahapan-tahapannya, dari perbedaan tersebutlah yang menjadi penanda ciri khas kedua etnik tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung inilah yang menjadi sangat berharga karena dapat membentuk karakter yang baik dan berguna untuk kehidupan dan lingkungan bagi yang melaksanakan tradisi tersebut. Oleh sebab itu marilah utnuk tetap melaksanakan tradisi ini dan mengenalkan apa fungsi dan pesan yang terkandung di dalam tradisi tersebut.

Ditengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih, banyak sekali yang kehilangan karakter dan ciri khas karena ketergantungan oleh teknologi yang modern dan serba instan. Karena didalam teknologi yang serba instan tersebut membuat manusia jauh dari nilai

kesopansantunan, gotong royong, kerja keras, kesetiakawanan sosial, komitmen, dan disiplin. Untuk menanggulangi hal itu marilah kita semua bersama-sama agar kita tetap mengenalkan dan melestarikan tradisi kita sebagai tanda pengenal atau ciri khas kita masing-masing walaupun tidak berada di wilayah induk kita. Karena dalam pelaksanaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo tidak mesti harus dari kalangan yang memiliki ekonomi yang tinggi, bisa juga dilaksanakan bagi ekonomi menengah dan ekonomi kecil.

Hanya saja perbedaanya yaitu hanya jumlah orang yang akan ikut berpartisipasi dalam tradisi tersebut. Hal yang paling penting dari tradisi tersebut adalah nilai-nilai kearifan lokalnya yang dapat membentuk karakter dan ciri khas agar dapat terus dilakukan secara turun-temurun.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka.

Bangun, Meida. 2019.”Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo: Kajian Hipersemiotika” (skripsi). Medan: FIB USU.

Berutu, Lister dan Nurbani Padang. 2013. Edisi Revisi, Mengenal Upacara Adat Masyarakat Suku Pakpak di Sumatera Utara. Medan. Grasindo Manoratama.

.1997. Tradisi dan Perubahan Konteks Masyarakat Pakpak. Medan.

Grasindo Monoratama.

Berutu, Lister, dkk, 2002. Aspek-aspek Kultural Etnis Pakpak suatu Eksplorasi tentang potensi lokal. Medan. Grasindo Monoratama.

Berutu, Jamalum. 2016.”Peristiwa Tutur Balik Ulbas Dalam Perkawinan Masyarakat Pakpak: Kajian Sosiolinguistik” (skripsi). Medan: FIB USU.

Bungin. Burhan. 2001. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolingistik Perkenalan Awal. Jakarta.

Rineka Cipta.

Ginting Suka Sada Kata. 2014. Ranan Adat : Orat Nggeluh, Rikut Bicara Kalak Karo, Ope Tubuh, Seh Idilo Dibata. Kabanjahe. Perc. CV. Prima Jaya.

Keesing, M. Roger. 1992. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Prinst, Darwin 2004. Adat Karo. BINA MEDIA PERINTIS. Medan Group.

Sibarani, Robert. 2003. Kearifan Lokal Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan.

Jakarta : Asosiasi Tradisi Lisan.

Silalahi, Diana. 2019.”Tradisi Meneppuh Babah Pada Masyarakat Batak Pakpak di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu: Kajian Kearifan Lokal” (skripsi).

Medan: FIB USU.

Sitepu, Sempa, dkk. 1996. Pilar Budaya Karo. Medan. BALI scan dan percetakan.

Sitompul, Laura. 2017.”Upacara Mengket Rumah Mbaru Etnik Karo Kabupaten Langkat : Kajian Semiotik” (skripsi). Medan: FIB USU.

Sitorus, Anita. 2018. “Upacara Adat Merunjuk Etnik Pakpak: Kajian Kearifan Lokal” (skripsi). Medan: FIB USU.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(https://literasidesa.com/pengertian-tradisi/).

LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Informan

1. Nama : Segel Karo Sekali Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 67 Tahun

Alamat : Desa Seberaya

Pekerjaan : Petani

Agama : Kristen

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Karo dan Bahasa Indonesia

2. Nama : Kaben Depari

Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 65

Alamat : Desa Seberaya

Pekerjaan : Petani

Agama : Kristen

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Karo dan Bahasa Indonesia

3. Nama : Dayo Sinamo Jenis kelamin : Laki- Laki

Usia : 66 Tahun

Alamat : Desa Pongkolen

Pekerjaan : Petani

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Pakpak dan Bahasa Indonesia 4. Nama : Jahimet Kesogihen

Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 57 Tahun

Alamat : Desa Nantimbo

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Pakpak, Bahasa Karo, Bahasa Toba, Bahasa Jawa, dan Bahasa Indonesia

Lampiran II

Surat Izin Penelitian

Lampiran III

Surat Keterangan Penelitian

Dokumen terkait