• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tahapan-Tahapan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan

4.1.2 Tahapan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

4.1.2.10 Rana Anak Beru

Pada saat sukut dan kalimbubu selesai makan dirumah yang baru, mereka kembali ke jambur pada sore hari untuk melanjutkan acara selanjutnya. Pada acara ini pihak anak beru (menteri, singukuri, sipemeren, dan siparibanen) memberikan suatu kata-kata (pedah) kepada sukut dan seluruh tamu/pihak yang hadir.

Inti pembicaraan anak beru yaitu ucapan selamat kepada sukut karena sudah membangun rumah baru dan ucapan permintaan maaf apabila terdapat kesalahan dalam mempersiapkan acara kepada sukut dan seluruh pihak dan tamu yang hadir.

Selesai anak beru menyampaikan ucapan, maka selesailah acara tradisi mengket rumah mbaru.

Anak Beru : Sentabi ningen mehamat nandangi kam kalimbubu kami, si masuk rumah mbaru, ntah lit gia akapndu kekurangen kami anak beru ndu, arah sengaja la sengaja, ula me tama sangkut ukur bas kekurangen kami e, ajari tuturi kami, gelah banci terbeluhken kami bagi si enggo i laksanaken kami enda. Bage-bagekin ngenca beluh kami, ajari kami tuturi kami.

‘Yang kami hormati kalimbubu kami dan tuan rumah yang memasuki rumah baru, kalau terdapat kesalahan kami anak berumu dari yang sengaja maupun tidak sengaja, janganlah simpan di dalam hati kekurangan kami ini, ajarilah kami agar bisa kami perbaiki kesalahan yang sudah kami lakukan.

Mungkin hanya begitulah kesanggupan kami, maka dari itu ajarilah kami yang baiknya’.

4.1.2.11 Mere Simulih Sumpit Kalimbubu

Setelah semua acara mengket rumah mbaru selesai dilaksanakan, masih ada satu kewajiban dari sukut untuk memberikan simulih sumpit kalimbubu (simanjek dalikan, simupus, dan sierkimbang). Ini dapat berlangsung di jambur maupun dirumah baru sukut, pada saat sore hari maupun malam hari ketika mereka hendak pulang. Sukut memberikan simulih sumpit (buah tangan) kepada kalimbubu sebagai balasan luah (buah tangan) yang dibawa kalimbubu dan sebagai pembuka pembicaaran untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada kalimbubu..

Simulih sumpit kalimbubu simanjek dalikan sedikit berbeda isinya daripada simulih sumpit kalimbubu simupus dan kalimbubu sierkimbang. Ini dikarenakan kalimbubu simanjek dalikan ada membawa satu ekor ayam dan itu harus dibalas oleh sukut, kalimbubu simanjek dalikan juga adalah kalimbubu yang lebih tua daripada kalimbubu simupus dan sierkimbang. Adapun isi simulih sumpit kalimbubu simanjek dalikan yaitu nasi, lauk yang sudah di bungkus pada saat sarapan, pisang, cimpa, kelapa, gula, garam, dan sejumlah uang. Sedangkan isi simulih sumpit kalimbubu simupus dan kalimbubu sierkimbang yaitu nasi dan lauk yang sudah di bungkus pada saat sarapan, pisang dan cimpa.

Sukut : Sentabi ningen man kalimbubu kami, enda bereken kami simulih sumpitndu man kam kalimbubu kami, bage ngenca terbereken kami simulih sumpit man kam kalimbubu, ula idah arah ergana kalimbubu kami, toto kami man bandu sehat ras mejuah-juah lah kam karina kalimbubu, sikap kerina dahinndu ras deher rezeki man bandu kerina. Bage ngenca toto kami bujur melala man kalimbubu kami.

‘Yang kami hormati kalimbubu kami, ini kami berikan simulih sumpit (buah tangan) untuk kalimbubu kami, hanya beginilah yang bisa kami berikan, janganlah lihat dari besar kecilnya, kami berdoa untuk kalimbubu kami agar diberikan kesehatan, ketentraman, lancarlah pekerjaan dan rezeki kalian. Hanya begitulah doa kami untuk kalimbubu, kami ucapkan terima kasih.

Kalimbubu : Ue, nngo ialoken kami. Sehat ras mejuah-juah kalian ngiani rumah si mbaru enda, deher rezeki ndu.

‘Baiklah, sudah kami terima. Sehat dan tentram jugalah kalian.

4.2 Persamaan Dan Perbedaan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

4.2.1 Persamaan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Berikut ini adalah tabel hasil analisis persamaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo.

NO NAMA BATAK PAKPAK BATAK KARO

1 Musyawarah Dalam etnik Batak Pakpak musyawarah dikenal dengan istilah tenggo raja, pada tahap

ini membicarakan

membicarakan bentuk

Dalam etnik Batak Karo musyawarah dikenal dengan istilah runggu, pada tahap ini membicarakan membicarakan bentuk pelaksanaan awal acara

pelaksanaan awal acara sampai akhir acara, menentukan menentukan siapa yang akan sukacita, memperkirakan tamu undangan yang akan hadir agar dapat mempersiapkan peralatan, perlengkapan, dan konsumsi yang dibutuhkan dan agar dapat dengan segera membentuk pembagian tugas.

Dan acara ini biasanya tidak diwajibkan ikut serta

sampai akhir acara, menentukan menentukan siapa yang akan memasangkan lambe-lambe dari pihak anak beru disekitar atap rumah baru karena lambe-lambe sebagai tanda memasuki rumah baru dan melambangkan sukacita, memperkirakan tamu undangan yang akan hadir agar dapat mempersiapkan peralatan, perlengkapan, dan konsumsi yang dibutuhkan dan agar dapat dengan segera membentuk pembagian tugas. Dan acara ini biasanya dilakukan pada malam hari di dalam rumah. Pada tahap ini pihak sangkep gelluh (kalimbubu, sembuyak/senina, anak beru) dibutuhkan untuk keberlangsungan musyawarah ini. Namun pihak kalimbubu tidak diwajibkan ikut serta dikarenakan ia merupakan

dikarenakan ia merupakan seseorang yang diistimewakan dan dihargai.

seseorang yang diistimewakan dan dihargai.

2 Upah tukang Dalam etnik Batak Pakpak tahapan ini dikenal dengan istilah menulak tukkang.

Sebagai acara yang pertama dilakukan, menulak tukkang ini dilakukan pada pagi hari untuk membayar lunas gaji/upah tukang, memberikan nakan roroh mersendihi, dan oles kepada pande (tukang) sebagai bentuk penebusan kunci rumah baru tersebut.

Dalam etnik Batak Karo acara ini dikenal dengan istilah merre simulih sumpit pandai, namun acara ini terdapat pada tahapan kata pedah yaitu pada saat sukut memberikan ucapan kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir termasuk pandai (tukang).

Pada saat acara ini sukut akan memberikan simulih sumpit kepada tukang yang berisikan makanan sarapan yang sudah dibungkus, gula, garam, gaji/upah, dan satu ekor ayam jantan merah hidup. Ini dilakukan sebagai bentuk penebusan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dari sukut.

Dalam etnik Batak Pakpak istilah ini dikenal dengan mbuka kunci, acara ini adalah pembukaan

pembukaan rumah yang dilakukan oleh kula-kula simupus agar ia mendoakan rumah tersebut. Karena kula-kula dianggap sebagai seseorang yang istimewa yaitu tuhan yang tampak.

rumah yang dilakukan oleh kalimbubu sierkimbang agar ia mendoakan rumah tersebut.

Karena kalimbubu dianggap sebagai seseorang yang istimewa pengamakken belagen, pada acara ini kula-kula simupus

berperan dalam

membentangkan amak mbentar (tikar pandan putih) sebagai tempat duduk sukut, agar sukut memiliki kepribadian yang baik dan bahagia seperti makna amak mbentar tersebut.

Dalam etnik Batak Pakpak istilah ini dikenal dengan kimbangken amak mentar, pada acara ini kalimbubu sierkimbang yang berperan membentangkan amak mentar (tikar pandan putih) sebagai tempat duduk sukut, karena amak mentar memiliki makna sebagai bentuk pengharapan agar pemilik rumah manuk tuk, pada tahap ini pihak kula-kula memberikan makanan ini kepada sukut agar tercapailah semua keinginan

Dalam etnik Batak Karo istilah ini dikenal dengan manuk sangkepi, namun acara ini dijumpai pada saat tahapan man (makan bersama). Pihak kalimbubu simanjek dalikan

yang baik dari sukut sama bersama ini biasanya pada siang hari ketika acara inti sudah selesai dilaksanakan. Disini anak berru bertugas untuk menghidangkan makanan kepada seluruh pihak dan tamu undangan.

Dalam etnik Batak Karo istilah ini dikenal dengan man. Makan bersama ini biasanya pada siang hari ketika acara inti sudah selesai dilaksanakan. Disini anak berru bertugas untuk menghidangkan makanan kepada seluruh pihak dan tamu undangan. Acara ini biasanya dilakukan di jambur apabila pihak dan tamu undangan banyak yang hadir.

selanjutnya pemberian ucapan dari kula-kula, dengngan sebeltek, dan anak beru.

Dalam etnik Batak Karo istilah ini dikenal dengan kata peddah pada tahap ini pihak sukut yang pertama memberikan ucapan, selanjutnya pemberian ucapan dari kalimbubu, pandai, dan sembuyak/senina.Untuk

pemberian ucapan dari pihak

anak beru akan dilakukan setelah selesai man (makan) atau di akhir acara sebagai penutup yang disebut dengan istilah rana anak berru.

4.2.2 Perbedaan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Berikut ini adalah tabel hasil analisis persamaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo.

PERBEDAAN jabu merupakan acara berangkat dari rumah lama menuju rumah baru, ini dilaksanakan pada pagi hari berkisar jam 6 pagi yang dihadiri oleh pihak kerabat yang hadir pada saat runggu dan

kula simupus di luar seperti bentuk kepalan tangan 5 jari yang melambangkan

persatuan dan

kemakmuran. Pada saat pagi hari menjelang siang, nditak ginaburan ini dihidangkan sebagai makanan pembuka yang sudah disiapkan oleh anak beru pada saat dilakukan oleh pihak kalimbubu. Pihak sangkep gelluh, yaitu kalimbubu,

am yang sudah dipotong-potong dan dimasak namun seluruh organ nya harus tetap utuh yang diletakkan diatas piring dan dialasi selampis dengan sepiring nasi. Dimana sukut memberikan mersendihi tersebut ke seluruh kula-kula yang hadir. bentuk ucapan terima kasih kepada kula-kula sagar mereka selalu sehat, dimurahkan rezekinya, terlindungi dari marabahaya, dan penyakit.

4 Rose-osei Rose-osei merupakan memakaikan sukut

5 Ikan simalum-malum

Ikan simalum-malum ialah ikan air tawar yang digulai dan ikan ini diletakkan dalam posisi berdiri diatas nasi di dalam piring yang dialasi selampis yang diberikan kula-kula ketika mereka hendak pulang.

4.3 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Berdasarkan hasil analisis dari persamaan dan perbedaan diatas, berikut akan diuraikan nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang terdapat dari tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo.

4.3.1 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak

4.3.1.1 Kesopansantunan

Dalam adat etnik Batak Pakpak nilai kesopansantunan sangat dijaga, dalam perkataan tidak boleh asal mengucapkan kata-kata harus menggunakan lisan yang santun, begitu juga dalam sikap harus sopan termasuk cara duduk nya. Dimana di dalam setiap acara semua pihak yang hadir termasuk sukut dan sulang silima harus saling menghargai siapa yang berbicara dan juga menjaga sikapnya apabila saat mendengarkan pembicaraan.

4.3.1.2 Gotong Royong

Gotong royong merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Sama hal nya dalam memasuki rumah baru etnik Batak Pakpak.

Sebagai contoh ada perkebbas, tetangga, dan masyarawakat sekitar yang bergotong royong untuk mempersiapkan segala keperluan acara sebagai contoh memasang lambe-lambe, memasak nasi dan lauk, melengkapi peralatan dapur, menghidangkan makanan, dan membentangkan tikar untuk tamu yang hadir.

4.3.1.3 Pelestarian Dan Kreativitas Budaya

Pada tradisi mbengket bages ini memiliki kearifan lokal pelestarian dan kreatifitas budaya. Tradisi ini merupakan salah satu tradisi budaya pada etnik Batak Pakpak dimana didaerah penelitian tradisi mbengket bages ini masih tetap dilakukan. Dan didalam acara ini terdapat juga makanan khas seperti nditak ginaburen, mersendihi, pelleng, manuk tuk dan ikan simalum-malum yang merupakan suatu bentuk kreativitas budaya yang masih di lestarikan.

4.3.1.4 Rasa Syukur

Diadakannya tradisi mbengket bages ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rezeki sehingga merasa sangat senang karena sudah bisa membangun rumah mereka. Oleh sebab itu pemilik mengundang seluruh pihak termasuk sulang silima agar ikut bersuka cita karena telah diberikan rezeki oleh tuhan dan sukut bisa membangun rumah tersebut juga karena berkat doa-doa dari orang sekitarnya termasuk sulang silima.

4.3.1.5 Kesetiakawanan Sosial

Pada tradisi ini seluruh pihak yang diundang sukut hadir dalam acara ini termasuk sulang silima, dimana mereka datang mengingat hak dan kewajibannya di dalam adat dan membantu mensukseskan sukut dalam mempersiapkan acara agar tidak dipermalukan nantinya. Tradisi ini memiliki kearifan lokal kesetiankawanan sosial.

4.3.1.6 Komitmen

Upacara menulak tukkang (penebusan kunci rumah) ini memiliki kearifan lokal komitmen. Pada pelaksanaan acara ini, tukang (pande) yang diundang dapat hadir di tempat tersebut. Dan juga perkebbas menunjukkan sikap yang berkomitmen, karena tetap bertanggung jawab dalam tugasnya dalam mempersiapkan acara sampai akhir. Begitu juga dengan pihak sulang silima, mereka tetap menghadiri acara tersebut karena dapat menjadi aib apabila mereka tidak hadir tanpa alasan yang jelas karena sudah diundang pihak sukut sebelumnya.

4.3.1.7 Pikiran Positif

Begitu banyak pikiran positif yang dapat dijumpai didalam mbengket bages ini. Dimana pihak sulang silima dan tamu undangan banyak memberikan doa dan harapan kepada sukut, begitu juga sukut memberikan doa kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir agar diberikan kesehatan dan dimurahkan rezeki. Hal ini dikarenakan mbengket bages merupakan salah satu tradisi yang bersifat sukacita.

4.3.1.8 Kerja Keras

Perkebbas disini menunjukkan jiwa pekerja keras, karena mereka sangat berperan dalam mempersiapkan segala keperluan acara dengan baik agar pihak sukut nantinya tidak malu dan terjadi kesalahan ketika acara dimulai dari awal sampai akhir. Bahkan mereka rela sampai tidak beristirahat demi mempersiapkan acara tersebut.

4.3.1.9 Disiplin

Tradisi mbengket bages ini memiliki kearifan lokal disiplin. Hal ini dilaksanakan pada pagi hari yang bertujuan agar rumah yang akan dibangun bersinar dan terbit seperti rejeki dan penghuninya sehat. Jadi kearifan lokal disiplin ini seluruh pihak dan tamu yang diundang harus tepat waktu menghadiri acara tersebut.

4.3.1.10 Tanggung Jawab

Pihak sulang silima mencerminkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam adat. Hal ini dapat kita lihat pihak kula-kula hadir dan membawa perlengkapan adatnya (luah) dan

melaksanakan perannya didalam acara seperti nuan si tellu bage, mbuka konci, pengamakken belagen, merre manuk tuk dan ikan simalum-malum. Sedangkan pihak dengngan sebeltek dan anak berru bertanggung jawab mempersiapkan segala keperluan acara demi kelancaraan dan kesuksesan keberlangsungan acara seperti pemandu acara (persinabul), penerima tamu,mempersiapkan makanan kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir.

4.3.1 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pada Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

4.3.1.1 Kesopansantunan

Dalam adat etnik Batak Karo nilai kesopansantunan merupakan salah satu hal yang harus ditanamkan didalam diri, sebagai contoh di dalam runggu harus menggunakan lisan yang santun tidak boleh asal mengucapkan kata-kata, begitu juga juga dengan sikap yang harus sopan seperti cara duduk yang terdapat pada tahapan kimbangken amak mentar. Dimana di dalam setiap acara semua pihak yang hadir termasuk sukut dan sulang silima harus saling menghargai siapa yang berbicara dan juga menjaga sikapnya apabila saat mendengarkan pembicaraan.

4.3.1.2 Gotong Royong

Gotong royong merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Sebagai contoh seluruh pihak anak berru dan sembuyak/senina saling membantu dalam mempersiapkan segala keperluan mengket rumah mbaru dan membentuk pembagian tugas. Gotong royong juga terdapat pada saat

manjekken dalikan, dimana pihak kalimbubu mempunyai tugasnya masing-masing dalam memasang tungku di rumah yang baru.

4.3.1.3 Pelestarian Dan Kreativitas Budaya

Mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal pelestarian dan kreatifitas budaya. Ini terlihat dari tahap rose-osei yaitu mengenakan baju adat etnik Batak Karo dan memasangkan lambe-lambe pada atap rumah baru. Hal ini menjadi suatu ciri khas bagi etnik Batak Karo yang masih dilestarikan. Tradisi ini juga merupakan salah satu tradisi budaya pada etnik Batak Karo dimana didaerah penelitian tradisi mengket rumah mbaru ini masih sering dilakukan didaerah tersebut.

4.3.1.4 Rasa Syukur

Tradisi ini memiliki kearifan lokal rasa syukur, dimana pemilik mengundang seluruh pihak termasuk sangkep geluh sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan karena telah diberikan rezeki agar seluruh pihak dan tamu undangan ikut merasakan hasil yang di dapatkan pemilik rumah tersebut. Sebab pemilik rumah tersebut dapat membangun rumah karena berkat doa dari orang sekitarnya termasuk sangkep geluh.

4.3.1.5 Kesetiakawanan Sosial

Pada tradisi ini seluruh pihak yang diundang sukut hadir dalam acara ini termasuk sangkep gelluh, dimana mereka datang mengingat hak dan kewajibannya di dalam adat dan membantu mensukseskan sukut dalam mempersiapkan acara agar tidak dipermalukan nantinya. Tradisi ini memiliki kearifan lokal kesetiankawanan

4.3.1.6 Komitmen

Tradisi mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal komitmen. Pihak sulang silima dan seluruh kerabat yang sudah diundang sukut, mereka tetap menghadiri acara tersebut karena dapat menjadi aib apabila mereka tidak hadir tanpa alasan yang jelas karena sudah diundang pihak sukut sebelumnya Dan juga perkebbas menunjukkan sikap yang berkomitmen, karena tetap bertanggung jawab dalam tugasnya dalam mempersiapkan acara sampai akhir.

4.3.1.7 Pikiran Positif

Tradisi mengket rumah mbaru ini terdapat kearifan lokal pikiran positif.

Dimana sangkep gelluh dan kerabat yang hadir banyak memberikan doa dan harapan agar tentram, rukun, dan sejahtera kepada pemilik rumah. Begitu juga sukut memberikan doa kepada seluruh pihak yang hadir agar diberikan kesehatan dan murah rezeki.Dimana hal ini dapat kita temukan pada tahap kata peddah yaitu memberikan ucapan dari berbagai pihak yang hadir. Pikiran positif ini juga dipengaruhi dikarenakan mengket rumah mbaru merupakan acara sukacita.

4.3.1.8 Kerja Keras

Anak berru disini sangat menunjukkan jiwa pekerja keras, karena mereka mempersiapkan segala keperluan acara dengan baik agar pihak sukut nantinya tidak malu dan terjadi kesalahan ketika acara dimulai dari awal sampai akhir. Bahkan mereka rela sampai tidak beristirahat sebagai contoh mempersiapkan makan siang kepada seluruh tamu undangan yang ada di jambur, mereka tidak akan makan sebelum semua pihak selesai makan, membawakan perlengkapan dapur, nasi,

makanan, dan perlengkapan lainnya pada saat perjalanan dari rumah lama menuju kerumah baru (ngarak).

4.3.1.9 Disiplin

Tradisi mengket rumah mbaru ini memiliki kearifan lokal disiplin. Hal ini dilaksanakan pada pagi hari yang bertujuan agar rumah yang akan dibangun bersinar dan terbit seperti rejeki dan penghuninya sehat. Jadi kearifan lokal disiplin ini seluruh pihak dan tamu yang diundang harus tepat waktu menghadiri acara tersebut terutama sukut.

4.3.1.10 Tanggung Jawab

Pihak sangkep gelluh mencerminkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam adat. Hal ini dapat kita lihat pihak kalimbubu hadir dan membawa perlengkapan adatnya dan melaksanakan perannya didalam acara seperti mbuka kunci, kimbangken amak mbentar, manjekken dalikan, rose-osei dan memberikan manuk sangkepi ke sukut.

Sedangkan pihak sembuyak/senina dan anak berru bertanggung jawab mempersiapkan segala keperluan acara demi kelancaraan dan kesuksesan keberlangsungan acara seperti pemandu acara (protokol), membawakan perlengkapan dapur, makanan, dan tikar pada saat acara ngarak, menyediakan makanan kepada seluruh pihak dan tamu yang hadir.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo merupakan upacara adat sukacita yang dalam etnik Batak Pakpak dikenal dengan istilah kerja baik, sedangkan etnik Batak Karo dikenal dengan istilah kerja meriah. Kedua tradisi ini disebut sebagai upacara adat sukacita karena tradisi ini merupakan bentuk ucapan syukur oleh pemilik rumah kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pemilik rumah telah diberikan rezeki sehingga dapat membangun rumah barunya.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari perbandingan tata cara tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo yaitu terdapat 7 persamaan tahapan diantaranya : (1). musyawah, (2). upah tukang, (3). membuka pintu rumah, (4). membentangkan tikar pandan putih, (5).

memberikan lauk ayam, (6). makan bersama, (7). pemberian ucapan. Dan terdapat 5 perbedaan tahapan diantaranya : (1). etnik Batak Pakpak yang terdiri dari : (a).

nuan sitellu bage, (b).mangan nditak ginaburen, (c). mersendihi, (d).

cabingken/merre oles, (e). ikan simalum-malum, (2). etnik Batak Karo yang terdiri dari (a). ngarak/miser-miser jabu, (b).manjekken dalikan, (c). ngukati, (d). rose-osei, (e). merre simulih sumpit kalimbubu.

Dari persamaan dan perbedaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo tersebut muncul nilai-nilai kearifan lokal. Adapun nilai-nilai kearifan lokal tersebut yaitu : gotong royong,

kesopansantunan, pelestarian dan kreativitas budaya, rasa syukur, kesetiakawanan sosial, komitmen, pikiran positif, kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab.

Dalam pelaksanaan tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo ini terdapat status sosial yang sangat berperan demi keberlangsungan acara ini. Dalam etnik Batak Pakpak status sosial tersebut dikenal dengan istilah sulang silima yang terdiri dari : kula-kula, dengngan sebeltek, dan anak berru. Sedangkan dalam etnik Batak Karo status sosial tersebut dikenal dengan istilah sangkep gelluh yang terdiri dari : kalimbubu, sembuyak/senina, dan anak beru.

5.2 Saran

Dari perbandingan tata cara tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo ini muncul nilai-nilai kearifan lokal yang

Dari perbandingan tata cara tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo ini muncul nilai-nilai kearifan lokal yang

Dokumen terkait