• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tahapan-Tahapan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan

4.1.1 Tahapan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak

4.1.1.2 Menulak Tukkang

Pada tahap ini acaranya dimulai pada pagi hari berkisar jam 6 pagi di rumah baru sukut. Menulak tukkang yaitu serah terima antara sukut dan pande (tukang). Pada saat pande (tukang) sudah duduk di atas amak mbentar (tikar pandan putih), pihak sukut terlebih dahulu akan memberikan nakan roroh mersendihi, memberikan oles, dan memberikan upah tambahan kepada pande yang bertujuan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada pande karena telah menyelesaikan membangun rumah juga sebagai ucapan maaf apabila ada kekurangan maupun kesalahan ketika melayani pande. Setelah itu pande mengucapakan permintaan maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam membangun rumah sembari meyerahkan kunci rumah tersebut kepada sukut dengan mendoakan agar sukut sehat-sehat dan di datangkan rezeki memasuki rumah baru. Ini dilakukan agar tidak ada lagi kesalahpahaman dan saling memaafkan apabila terdapat kekurangan dari kedua pihak.

Sukut : En mo turang nakan simalum-malum, kerna nggo ke i leja-leja kami lako memahan sapo nta en. Sai sehat-sehat mo ke karinana bagi ma pe kami ki masuki sapo nta en, sai ndauh mo hali dekket habat mendahi kita meradu karinana.

‘Inilah turang kami serahkan nakan simalum-malum, karena sudah banyak tenaga dan pikiran kalian terkuras untuk membangun rumah kita ini. Semoga sehat-sehatlah kalian semua dan begitu pula dengan kami yang memasuki rumah baru ini, semoga dijauhkanlah kita semuanya dari marabahaya”.

Pande : Yah en mo tuhu, nggo ku pangan nakan si ni bereken ndene. Sai sehat-sehat mo ke tuhu mengiani sapo en mi juma mi rumah, janah pe bage naik mataniari en mo penaik rezeki ndene i sen nai soh mi podi ni ari.

‘Ya begitulah, sudah kuterima makanan yang kalian berikan tadi. Sehat-sehatlah kalian menempati rumah ini walaupun pergi kemana saja, juga seperti matahari terbitlah lancarnya rezeki kalian sampai kemudian hari’.

4.1.1.3 Nuan Si Telu Bage

Pada saat sulang silimadan semua tamu undangan sudah hadir, persinabul mengarahkan semuanya untuk berkumpul didepan rumah untuk melaksanakan acara pertama yaitu nuan si telu bage.Kula-kula simupus akan menanam 3 jenis tanaman di luar rumah dekat dengan sudut belakang kamar sukut. 3 jenis tanaman tersebut yaitu: sangkah sampilit yang bertujuan untuk menangkal hal jahat dan wabah penyakit, silinjuhang yang bermakna harus tetap berjuang dalam suka dan duka, turbangen yang bertujuan sebagai obat untuk rumah itu. Kula-kula simupus memaknai dengan menanam tiga jenis tanaman sebagai penangkal dan pelindung bagi sukut dan rumah tersebut agar kehidupan mereka damai dan sejahtera. Setelah itu kula-kula simupus mengatakan maksud dan tujuan menanam 3 jenis tanaman tersebut kepada sukut dengan tegas dan penuh harap.

Kula-kula simupus : En mo enggo i suan kami si telu bage, i mo sangkah sampilit asa pilit mo pinakit roh mendahi ke, asa sehat-sehat mo ke isen. Bagi ma silinjuhang, asa lalap mo kene boi menghadapi hali engket habat asa murahna mo rezeki ndene. Bagi ma

engket turbangen en, asa malum mo tuhu perukuren engket perdagingen ndene mengianken sapo ndene en.

‘Ini sudah kamitanamkan 3 jenis tanaman di dekat, rumah kalian, itulah sangkah sampilit agar dijauhkanlah kalian dari penyakit dan sehat selalu. Begitu juga dengan silinjuhang agar tetaplah kalian berjuang di rumah ini walaupun suka maupun duka dan dilancarkan rezeki. Begitu juga dengan turbangen, agar tentram dan nyamanlah jiwa dan raga kalian menempati rumah ini’.

4.1.1.4 Mbuka Konci

Mbuka kunci yaitu pelaksaan pembukaan rumah yang dilakukan oleh kula-kula simupus dan persinabu lmengarahkan sukut agar menyerahkan kunci rumah tersebut kepada kula-kula simupus. Dimana kunci tersebut diletakkan diatas piring yang dilapisi oleh selampis, beras, dan sedikit air yang bermakna kesucian.

Persinabul mempersilahkan kula-kula simupus sebagai orang yang pertama membuka kunci rumah tersebut dengan tujuan agar kula-kula simupus mendoakan rumah tersebut dan berkat doa kula-kula simupus jugalah sehingga sukut dapat membangun rumah baru. Hal ini dikarenakan etnik Batak Pakpak meyakini bahwa doa kula-kula akan terkabul, karena ia diyakini sebagai tuhan yag tampak.

Persinabul : Selanjutna, berreken kene mo sukut konci ni sapo nta en mi kula-kula nta, asa i pasu-pasu kula-kula dekket ki bukaken pintu sapo nta en.

‘Untuk acara selanjutnya, kami berikan kesempatan kepada sukut untuk memberikan kunci rumah ini kepada kula-kula simupus. Agar beliau yang mendoakan dan membukakan pintu ini nantinya’.

Kula- kula simupus : Konci mo karina si nggara-nggara, konci mo tuhu karina pinakit, konci mo karina hali habat, sai konci mo ukur ndeba jahat.

‘Kuncilah semua yang kurang baik, kuncilah penyakit, kuncilah semua marabahaya, dan kuncilah niat hati yang jahat’.

Kula-kula simupus mengucapkan itu pada saat mengunci dan menutup pintu rumah tersebut sebagai simbol agar semua hal buruk terkunci.

Kula-kula simupus : Terbuka mo rezeki ndene mi jolo en, sai roh mo lalap kemenden mendahi kene.

‘Terbukalah rezeki kalian dan seterusnya, agar selalu dang hal yang baik kepada kalian’.

Kula-kula simupus mengucapkan itu ketika membuka pintu yang tertutup dan terkunci sebagai simbol agar semua hal baik terbuka. Lalu para tamu undangan mengucapkan “i mo tuhu” yang dapat diartikan sebagai “betullah itu” ataupun

“amin”.

4.1.1.5 Pengamakken Belagen

Setelah pintu terbuka pada saat selesai acara mbuka konci, kula-kula simupus langsung membentangkan amak mbentar (tikar pandan putih) atau disebut

pengamakken belagen. Pengamakken belagen adalah pembentangan tikar pandan putih (amak mbentar ) di dalam rumah baru yang di lakukan oleh kula-kula simupus ketika pintu sudah terbuka, yang mana amak mbentar itu melambangkan kebahagiaan dan kebaikan. Dan mempersilahkan anak berunya (sukut) untuk duduk di amak mbentar yang telah dibentangkannya.

Kula-kula simupus : Kundul mo kene i dates amak si mbentar en asa lalap roh mo kemenden mendahi kene.

‘Duduklah kalian di atas tikar pandan putih ini agar selalu datang kebaikan menghampiri kalian’.

Setelah sukut masuk kedalam rumah dan duduk di amak mbentar itu, protokol mempersilahkan seluruh tamu undangan yang hadir masuk kedalam rumah baru. Selanjutnya kula-kula simupus melanjutkan dengan mengkicik beras pihir, yaitu beras yang ada di dalam kembal selampis. Beras pihir akan di letakkan di atas kepala sukut dan sebagian akan di hempaskan ke area ruangan rumah sebanyak tiga kali sembari mengucap njuah-njuah, karena beras pihir yang diletakkan kula-kula simupus di atas kepala pihak sukut bermakna kesucian dan keteguhan. Hal ini dilakukan agar jiwa dan rumah pihak sukut kembali suci dan hal buruk pergi darinya.

Kula-kula simupus : Pihir mo tendi ndene bage pihir ni beras en asa sehat-sehat mo ke njuah-njuah ke sai murah mo rezeki ndene i ari en soh mi podi ari.

‘Kuat dan suci lah jiwa kalian seperti beras ini supaya sehat dan selamat kalian, dimurahkan juga rezeki kalian dari hari ini sampai seterusnya’.

4.1.1.6 Mangan Nditak Ginaburen

Nditak ginaburan adalah salah satu makanan ciri khas etnik Batak Pakpak yang terbuat dari beras, kelapa, dan gula merah yang sudah di satukan dan dibentuk seperti bentuk kepalan tangan 5 jari yang melambangkan persatuan dan kemakmuran. Pada saat pagi hari menjelang siang, nditak ginaburan ini dihidangkan sebagai makanan pembuka yang sudah disiapkan oleh anak beru pada saat seluruh tamu/pihak yang hadir sudah berada di dalamrumah.

Pada acara ini sukut akan memberikan sebuah ucapan kepada seluruh tamu yang hadir pada saat mempersilahkan untuk memakan nditak ginaburan, dari makanan khas etnik Batak Pakpak ini sukut berharap dengan memakannya dapat menyatukan seluruh jiwa yang hadir dan keinginan baik yang ada didalam hati dapat tercapai.

Sukut : Mendahi anak beru kami, lias ate mo i dokken kami mendahi kene, karna nggo i pepada ke nditak en. Karna nggo mo i jolonta nditak si panganenta, asa rebak-rebak mo kita kipangan asa mersada mo tendinta bage nditak en,asa gabur mo karina si nuan-nuanta, asa gabur karina si niula berkat i rumah i nai.

‘Untuk anak beru kami, terima kasih kami ucapkan karena sudah menyediakan nditak ini. Berhubung nditak sudah sedia di hadapan kita, maka mari sama-sama kita memakannya, agar bersatu jiwa kita seperti nditak ini, agar subur semua tanaman kita,agar niat baik kita berangkat dari rumah dapat tercapai’.

Lalu seluruh tamu mengucapkan “I mo tuhu”.

4.1.1.7 Mersendihi

Pada saat hari sudah menjelang siang, selanjutnya sukut akan memberikan nakan mersendihi. Mersendihi yaitu daging kerbau/kambing/babi/ayam yang sudah dipotong-potong dan dimasak namun seluruh organ nya harus tetap utuh. Untuk daging mersendihi ini tergantung dari kesanggupan sukut. Mersendihi ini pada umumnya diletakkan diatas piring dan dialasi selampis dengan sepiring nasidan sukut memberikan mersendihi tersebut ke seluruh kula-kula yang hadir, namun terlebih dahulu kepada kula-kula simupus dan kula-kula bena. Sukut memberikan nakan mersendihi sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada kula-kula simupus karena sudah mendoakan mereka dan rumah sukut. Untuk kula-kula lainnya, sukut tidak memasangkan oles, hanya menyerahkannya saja.

Persinabul : Nggo mo sidung kita ki pangan nditak en, asa tuhu mo mersada tendinta kita karinana. I mo langkah selanjutna asa sukut mereken sendihi mi kula-kula i.

‘Selesai sudah kita bersama-sama makan nditakginaburen, semoga betulah bersatu jiwa kita semuanya. Selanjutnya kami persilahkan sukut agar memberikan mersendihi kepada kula-kula’.

Sukut : Mendahi kula-kula nami, lias ate mbue mo i dokken kami mendahi kene, karena pasu-pasu ndene mo i kula-kula nami asa boi ibahan kami sapo nta en, jadi en mo ibereken kami pangan si mersendihi, en mo kessa terberre kami mendahi kene i.

‘Untuk kula-kula kami, terima kasih kami ucapkan karena berkat doa kula-kula kamilah makanya bisa kami membangun rumah baru ini, ini sudah kami buatkan makanan mersendihi untuk kula-kula

4.1.1.8 Cabingken/merre Oles

Selesai mersendihi, sukut langsung memasangkan oles ke badan kula-kula simupusdankula-kula bena. Sukut memberikan cabingken/merre oles sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada kula-kula simupusagar mereka selalu sehat, dimurahkan rezekinya, terlindungi dari marabahaya, dan penyakit.

Untuk kula-kula lainnya, sukut tidak memasangkan oles, hanya

menyerahkannya saja. Pada saat memberikan oles, sukut akan memberikan sebuah ucapan kepada kula-kuladengan sopan dan santun.

Sukut : En mo oles i cabingken kami mendahi kene, asa sehat-sehat mo nde soh mi podi ari, ndaoh mo aka hali habat, asa peddas mo perdagingen dene meraduna, murah ma mo rezeki nde.

‘Inilah kami pasangkan oles kepada kula-kula kami, sehat-sehat lah kalian selalu, semoga dijauhkan dari mara bahaya, menjadi hangatlah tubuh dan terhindar dari segala penyakit, dan dimurahkan rezeki lah kula-kula kami’.

4.1.1.9 Merre Manuk TukdanIkan Simalum-malum

Selesai pihak sukut memberikan nakanmersendihi dan cabingkenoles, kula-kula biasanya akan membalas pemberian dari sukut tersebut dengan memberikan nakanmanuktuk dan ikansimalum-malum. Manuk tuk merupakan ayam kampung yang seukuran kedua telapak tangan orang dewasa atau ayam yang masih berumur 3 bulan yang sudah dimasak, organnya masih dalam keadaan utuh, dan tidak terpotong-potong. Sedangkan ikan simalum-malum ialah ikan air tawar yang

digulai dan ikan ini diletakkan dalam posisi berdiri diatas nasi di dalam piring yang dialasi selampis.

Manuktuk melambangkan serba kecukupan (sampai) dan ikan simalum-malum melambangkan ketentraman.Biasanya pada saat memasuki rumah baru etnik BatakPakpak, kula-kula memberikan manuk tuk dan ikan simalum-malum ini kepada anak berunya (sukut). Kula-kula memberikan manuk tuk dan ikan simalum-malumsebagai bentuk doa agar kehidupan pihak sukut bisa menjadi sejahtera, tentram dan keinginan mereka tercapai.

Persinabul : Nggo sidung sukut mersendihi dekket merre oles mendahi kula-kula, sai sehat-sehat mo kene murah rezeki kula-kula nami. Molo lot deng ngo lako i berreken kula-kula nami mendahi sukut, kami persilahken mo kula-kula nami.

‘Sudah selesai sukut mersendihi dan memberikan oles kepada kula-kula, sehat-sehat dan murah rezeki lah kula-kula kami. Selanjutnya apabila ada yang ingin diberikankula-kula kami kepada sukut, maka kami persilahkan’.

Kula-kula simupus : En mo i embah kami manuk tuk dekket ikan simalum-malum mendahi ke, pan ke mo nakan si embah nami en asa soh mo tuhu karina sura-sura ndene dekket asa malum mo lalap ukur ndene mengiani sapo en.

‘Inilah kami bawakan manuk tuk dan ikan simalum-malum kepada kalian, makanlah apa yang kubawakan ini agar tercapailah apa yang kalian inginkandanapasaja yang terjadi

di rumah maupun dalam keluarga kalian tetaplah tentram dan damai’.

4.1.1.10 Rebbak Mangan

Pada saat acara sukut dan kula-kula yaitu mersendihi, cabingken oles, merre manuk tuk dan merre ikan simalum-malum, pihak anak berru akan langsung berinisiatif mempersiapkan makanan kepada seluruh tamu dan pihak yang hadir untuk makan bersama di siang hari.Adapun makanan hidangan yang biasanya disediakan anak beru yaitu pelleng dan lauknya ayam kampung gulai. Ketika makanan sudah di hidangkan, persinabul akan memberikan ucapan kepada seluruh tamu dan pihak yang hadir.

Persinabul : Nggo mo sidung kula-kula nta merreken nakan merasa i mi sukut, anak berru pe nggo ma kisediaken panganen merasa man banta, asa rebbak mo kita karina mangan, molo bagi mertangiang mo kita perjolo.

‘Sudah selesai kula-kula kami memberikan panganen merasa ke sukut dan anak beru sudah pula menyediakan makanan untuk makan bersama. Maka marilah terlebih dahulu berdoa bersama.

4.1.1.11 Peddah

Selesai makan bersama, masuklah pada tahapan akhir acara yaitu penyampaian kata-kata ataupun ucapan yang disebut peddah. Biasanya acara peddah ini dilaksanakan pada saat siang hari menjelang sore selesai makan bersama. Maka persinabul akan memandu acara dan mengarahkan sukut untuk menyampaikan kata-kata/rana penduduri. Penyampaian ini biasanya dimulai dari

pihak sukut, dengngan sebeltek, kula-kula, anak berru, dan tamu undangan yang hadir. Inti pembicaraan dari acara peddah ini yaitu ucapan terima kasih, permintaan maaf apabila terdapat kesalahan,memanjatkan doa agar sukut dan semua yang hadir diberikan kesehatan, keselamatan dan dimurahkan rezeki.

Sukut : Lias ate mbue mo dokken kami bana ke karina termasuk kula-kula nami, denggan sebeltek nami, dekket annak berru nami. Molo oda kin perkara ke, nda boi kami laksanaken acara ki mbengketti bages kami en. Mido maaf mo kami mi kula-kula i molo lot kin kekurangan nami kisambut dekket kilayani ke, ntah nda ma merasa i akap ke panganen si bereken kami, mungkin bagi ngo kessa kesanggupan kami kerina isen, ajari ke mo kami si mendena. Bagi ma bana dengnngan sebeltek dekket anak berru, lias ate mbue mo ku dokken nggo i urupi ke kami kilaksanaken mbengket bages en, nda boi tergalar kami jasa ndene i karina. Ulang ma cio ukur ndene molo lot kin mo rana kami pengelako kami si salah, mido maaf mo kami bana ndene.

‘Sebelumnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tamu/pihak yang hadir di acara mbengket bages ini terutama kepada kula-kula kami, dengngan sebeltek, dan anak beru kami. Tanpa kehadiran kalian acara ini tidak akan berjalan dengan lancar. Kami minta maaf kepada kula-kula kami apabila dalam acara banyak sekali kekurangan kami dalam menyambut dan melayani, tidak bisa kami hidangkan makanan yang enak, mungkin hanya inilah kesanggupan kami, ajarilah kami selalu bagaimana yang

baiknya. Begitu juga dengan dengngan sebeltek dan anak berru, terima kasih banyak kami ucapkan karena telah membantu kami dalam melaksanakan acara memasuki rumah baru kami ini, tidak bisa kami balas jasa kalian yang sangat besar itu. Jangan pula sakit hati kalian apabila ada ucapan dan sikap kami yang salah, minta maaflah kami yang sebesar-besarnya kepada kalian’.

Kula-kula : I bages acara meriah nta en, harapan nami bana kita karina isen asa i bereken kesehatan mo man banta karina, keselamatan, murah mo rezeki, ringan ma langkah nta mike pe. Ulang ma lot cio ukur kita karina isen nai, melaga, tangis, mbalang mo karina na i.

Mpeskep mo nduruh mi kandes, pinangkihen ngo bulung nintua, nggo mo i mbengketi ke bages, bekas ndene beak gabe mo en janah sarimatua. Njuah-njuah mo banta karina.

‘Di acara suka cita ini kami berharap kepada semua yang hadir diberikan kesehatan, keselamatan, murah rezeki, dan diringankan langkahnya. Dan di acara ini saya harap tidak ada perasaan sakit hati, marah, & sedih, hilanglah itu semua ketika perjalanan pulang nanti.Sudahlah kalian memasuki rumah baru, murahlah rezeki kalian sampai nanti tua. Njuah-njuah kepada kita semua’.

4.1.2 Tahapan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dalam etnik Batak Karo terdapat tiga jenis memasuki rumah baru, yaitu : miser-miser jabu, sumalin jabu, &

mengket rumah. Namun yang dibahas disini adalah mengket rumah mbaru etnik Batak Karo. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan 11 tahapan pada tradisi mengket rumah mbaru yaitu : (1). arih-arih/unggu, (2). ngarak/miser-miser jabu, (3). mbuka kunci, (4). kimbangken amak mentar, (5). manjekken dalikan, (6).

ngukati, (7). rose-osei, (8). kata pedah, (9). man, (10). rana anak beru, (11). merre simulih sumpit. Berikut ini adalah uraian tahapan-tahapan mengket rumah mbaru yang penulis dapatkan dari hasil penelitian.

4.1.2.1 Arih-arih / Runggu

Arih-arih/runggu (Musyawarah) ini dilakukan pada malam hari di rumah lama sukut, sehari sebelum dilaksanakannya mengket rumah mbaru. Sebelum dilaksanakannya musyawarah, sukut telah mengundang terlebih dahulu sangkep geluh, yaitu :

 Puang Kalimbubu (Simanjek dalikan, simupus, dan sierkimbang).

 Kalimbubu (Tua, Simanjek dalikan, simupus, sierkimbang, dan siperdemui).

 Sederajat Sukut (Senina/sembuyak, sepemeren, siparibanen, dan sipengalon).

 Anak Beru (Menteri, singukuri, sipemeren, dan siparibanen).

Pada saat musyawarah akan dibicarakan bentuk acara, tugas, perlengkapan mengingatkan hak dan kewajiban sangkep geluh pada saat mengket rumah mbaru, memperkirakan jumlah tamu yang akan hadir agar tahu berapa perlatan, perlengkapan, dan konsumsi yang harus disediakan agar dapat dengan segera

lancar, dan sesuai kesepakatan. Dalam musyawarah ini pihak kalimbubu tidak diwajibkan untuk mengikutinya karena kalimbubu merupakan seseorang yang dihargai dan diistimewakan, namun pihak senina/sembuyak, dan anak beru harus hadir dalam musyawarah. Selesai musyawarah, anak beru ceku paka bertugas untuk memasangkan lambe-lambe di sekeliling atap rumah baru sukut setelah selesai musyawarah. Karena lambe-lambe yang berwarna kuning berkmana baik, indah, dan memahami kebutuhan menurut etnik Batak Karo.

4.1.2.2 Ngarak/ Miser-Miser Jabu

Ngarak/ miser-miser jabu merupakan acara berangkat dari rumah lama menuju rumah baru, ini dilaksanakan pada pagi hari berkisar jam 6 pagi yang dihadiri oleh pihak kerabat yang hadir pada saat runggu dan kerabat lain yang telah diundang sukut :

 Sukut : Senina/sembuyak, sipemeren, siparibanen, dan sipengalon.

 Kalimbubu : Tua, simanjek dalikan, simada dareh, dan sierkimbang.

 Anak Beru : Tua, ceku paka, yangkip, sipemeren, dan minteri.

 Tukang (Pandai), tetangga, teman kerja, kerabat dekat, kepala desa, kesain, dan perwakilan masyarakat/BPD.

Sebelum berangkat, pihak-pihak tertentu akan memastikan perlengkapan yang akan dibawanya menuju kerumah baru :

 Kalimbubu Simanjek dalikan : Tungku, priuk, beras, 1 ekor ayam, dan 1 telor ayam.

 Kalimbubu Simupus : Amak mentar (tikar pandan) dan bantal.

 Kalimbubu Sierkimbang : Tilam.

 Anak beru : Segala bentuk keperluan acara seperti, priuk berisi nasi penuh, air minum, kuali, ceret, lampu semprong, dan sebagainya.

Pada saat semua sudah berkumpul dan perlengkapan sudah lengkap, anak beru mengarahkan semua untuk berangkat menuju ke rumah baru sukut. Ketika sampai, seluruh perlengkapan diletakkan di depan rumah baru.

Anak beru : Adi nggo kin kita kerina pulung, gelah go banci kita radu berkat ku rumah si mbaru.

‘Kalau sudah berkumpul kita semua disini, agar bersama-sama kita berangkat menuju ke rumah yang baru’.

4.1.2.3 Mbuka Kunci

Setelah semua berkumpul di depan rumah baru, anak beru ceku paka mempersilahkan kalimbubu sierkimbang sebagai orang pertama untuk memulai acara mbuka kunci. Karena sukut dapat membangun rumah baru berkat doa kalimbubu sierkimbang.

Anak Beru : Selamat datang kami ucapkan man kalimbubu kami ibas rumah anak berru ndu enda. Sesuai peradatennta, kami serahkan man bandu kunci

Anak Beru : Selamat datang kami ucapkan man kalimbubu kami ibas rumah anak berru ndu enda. Sesuai peradatennta, kami serahkan man bandu kunci

Dokumen terkait