• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pngumpulan data ialah sebuah cara penelitian dalam pengkajian data baik dari tinjauan pustaka maupun penelitian lapangannya. Maka metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data penelitian lapangan antara lain:

1. Metode observasi

Metode observasi yaitu penulis langsung kelapangan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo. Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Alasan peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan data akurat mengenai tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo.

2. Metode Wawancara

Menurut Bungin (2001:133), metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Metode wawancara (Depth interview) digunakan untuk memproleh gambaran apa makna

yang terkandung pada tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo, yang berada di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Karo, yang terdiri dari kepala desa, tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data melalui buku-buku yang berhubungan dan berkaitan erat dengan penelitian tersebut. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang digariskan.

Dalam metode ini penulis mencari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode atau cara peneliti dalam mengolah data mentah sehingga menjadi data akurat dan ilmiah. Pada dasarnya dalam menganalisis data diperlukan imajinasi dan kreativitas sehingga diuji kemampuan peneliti dalam menalar sesuatu.

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut:

1. Merekam atau mendokumentasikan objek penelitian dari lapangan.

2. Menuliskan data dan menganalisis dari lapangan.

3. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

4. Setelah data diterjemahkan kemudian eliminasi data sesuai dengan objek penelitian yang diperlukan.

5. Data yang dieliminasi, kemudian didistribusikan sesuai dengan tahapan-tahapan objek penelitian.

6. Setelah didistribusikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang telah ditetapkan.

7. Membuat laporan.

Bagan landasan pola pikir

Perbandingan Tata Cara Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak Dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Kearifan Lokal

Teori Komparatif Teori Kearifan Lokal Teori Konteks Wacana

Kesimpulan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai mbengket bages etnik Batak Pakpak dan mengket rumah mbaru etnik Batak Karo yang bertujuan untuk (1). mendeskripsikan tahapan-tahapan, (2). perbedaan dan persamaan kedua tradisi tersebut, dan (3). nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada tradisi mbengket bages etnik Batak Pakpak dan tradisi mengket rumah mbaru etnik Batak Karo.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan tahapan-tahapan dan diuraikan sebagai berikut.

4.1 Tahapan-Tahapan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak dan Tradisi Mengket Rumah Mbaru Etnik Batak Karo

Etnik Batak Pakpak mengenal tiga jenis rumah, yaitu : sapo-sapo ( rumah ladang), sapo ( rumah sederhana ), rumah ( rumah yang sudah termasuk bagus bentuk bangunannya). Mbengket bages/mendomi sapo adalah tradisi memasuki rumah baru. Untuk kategori rumah yang bagus bangunannya harus lengkap adat yang dilaksanakan dibandingkan sapo-sapo dan sapo tidak terlalu lengkap pelaksanaan adatnya.

Dalam etnik Batak Karo terdapat tiga jenis memasuki rumah baru, yaitu : miser-miser jabu, sumalin jabu, dan mengket rumah. Miser-miser jabu hanya melakukan runggu dan ngarak. Sumalin jabu melakukan runggu, ngarak, mbuka kunci dan acara hanya dilakukan di rumah yang baru saja. Mengket rumah bentuk

acara adatnya lebih lengkap dibandingkan dengan miser-miser jabu dan sumalin jabu.

4.1.1 Tahapan-Tahapan Tradisi Mbengket Bages Etnik Batak Pakpak

Seminggu sebelum melaksanakan mbengket bages, sukut (pemilik rumah) terlebih dahulu memberikan undangan acara kepada sulang silima yaitu kula-kula (kula-kula bena niari, kula-kula simupus, dan kula-kula pengamati), dengngan sebeltek (dengngan sebeltek mpung, dengngan sebeltek bapa, dan dengngan sebeltek inang), dan anak beru (anak beru takal peggu, anak beru ekor peggu, dan anak beru ndiangkip/turang) bahwa ia akan memasuki rumah baru, agar sulang silima nantinya tahu melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban adatnya (luah) yang harus dibawa. Pada saat memberikan kabar undangan, sukut akan menentukan dan menanyakan kesediaan seseorang yang akan memandu acara (persinabul) didalam acara mbengket bages nanti. Karena syarat sebagai persinabul harus mengetahui adat dan tahapan mbengket bages, berasal dari pihak dengngan sebeltek, kalau tidak ada maka dari pihak anak beru, kalau juga tidak ada maka dari mengapul (tokoh adat). Pihak sukut juga akan mengundang tukang (pande), teman kerja, kerabat dekat, tetangga, kepala desa dan masyarakat sekitar.

Mbengket bages biasanya dilaksanakan pada pagi hari karena ada istilah

“ulang sanga goling mata niari, molo boi pekeke mataniari”, artinya “ jangan sampai matahari terjatuh, kalau bisa pada saat matahari terbangun”. Maka dianjurkan mbengket bages dilaksanakan pada pukul 6 pagi. Namun sehari sebelum acara mbengket bages, akan diadakan musyawarah yang sudah diberitahukan sukut

pada saat memberikan kabar undangan untuk membicarakan bentuk pelaksanaan acara dan tahapannya. Dari hasil penelitian ini penulis menemukan 11 tahapan pada tradisi mbengket bages yaitu : (1). Tenggo raja, (2). menulak tukkang, (3). nuan si tellu bage, (4). mbuka konci, (5). pengamakken belagen, (6). mangan nditak ginaburen, (7). mersendihi, (8). cabingken/merre oles, (9). merre manuk tuk dan ikan simalum-malum, (10). rebbak mangan, (11). peddah. Dari ke-11 tahapan tersebut akan diurakan sebagai berikut :

4.1.1.1 Tenggo Raja

Sehari sebelum mbengket bages/mendomi sapo, ada acara yang dilakukan yaitu mertuptup/runggu (musyawarah) dirumah baru sukut, biasanya musyawarah ini dimulai pada malam hari. Pihak-pihak yang terlibat di dalam musyawarah ini yaitu persinabul, sukut, dengngan sebeltek, dan anak beru. Kula-kula tidak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini. Namun sekarang ini mertuptup/runggu diistilahkan dengan tenggoraja yang berasal dari tenggo artinya panggil dan raja. Makna panggilan raja adalah tidak bisa ditolak lagi, akan tetapi maknanya sama dengan musyawarah pada etnik Batak Pakpak.

Adapun yang dibicarakan didalam tenggo raja ini yaitu mengingatkan kembali kepada pihak yang hadir tentang hak dan kewajibannya didalam adat, membicarakan bentuk pelaksanaan awal acara sampai akhir acara, menentukan penerima tamu dari pihak anak beru untuk mencatat tamu yang hadir dan mengumpulkan luah, menentukan siapa yang akan memasangkan lambe-lambe dari pihak anak beru disekitar atap rumah baru karena lambe-lambe sebagai tanda memasuki rumah baru dan melambangkan sukacita yang biasa dilakukan ketika musyawarah telah selesai, memperkirakan tamu undangan yang akan hadir agar

dapat mempersiapkan peralatan, perlengkapan, dan konsumsi yang dibutuhkan dan segera membentuk pembagian tugas yang disebut dengan perkebbas. Dalam perkebbas ini biasanya beberapa masyarakat sekitar dan tetangga juga turut hadir untuk membantu mempersiapkan acara. Semua hal itu dibicarakan agar pelaksanaan mbengket bages dapat berjalan dengan baik dan penuh dengan persiapan. Apabila seluruh pihak sudah hadir, maka perinabul anak membuka pembicaraan di dalam musyawarah tersebut dengan cara santun.

persinabul : Njuah-njuah man banta karina, nggo ma ngo kita pulung kita karina termasuk dengngan sebeltek dekket anak beru isen?.

‘Salam sejahtera untuk kita semua, apakah semua sudah berkumpul termasuk dengngan sebeltek dan anak beru ?’.

Dengngan Sebeltek : Ue, enggo roh.

‘Iya, sudah datang’ .

persinabul : Molo bagi boi arahken ke karina masuk mi sapo en, asa kita merunggu asa si bettoh kade ulanta geneb, ulang sanganan bernginsu sidung runggu nta en, oda ma kita lejja.

‘Kalau begitu arahkanlah semuanyauntuk masuk kedalam ruah, agar kitamulai musyawarah dan tahu membagi tugas untuk mempersiapkan acara ini, jangan sampai terlalu malam kita selesai musyawarah dan tidak terlalu lelah nantinya’.

Anak Beru : Ue, asa idiloi kami masuk karinana mi sapo.

‘Baiklah, biar kami panggil mereka masuk ke rumah’.

4.1.1.2 Menulak Tukkang

Pada tahap ini acaranya dimulai pada pagi hari berkisar jam 6 pagi di rumah baru sukut. Menulak tukkang yaitu serah terima antara sukut dan pande (tukang). Pada saat pande (tukang) sudah duduk di atas amak mbentar (tikar pandan putih), pihak sukut terlebih dahulu akan memberikan nakan roroh mersendihi, memberikan oles, dan memberikan upah tambahan kepada pande yang bertujuan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada pande karena telah menyelesaikan membangun rumah juga sebagai ucapan maaf apabila ada kekurangan maupun kesalahan ketika melayani pande. Setelah itu pande mengucapakan permintaan maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam membangun rumah sembari meyerahkan kunci rumah tersebut kepada sukut dengan mendoakan agar sukut sehat-sehat dan di datangkan rezeki memasuki rumah baru. Ini dilakukan agar tidak ada lagi kesalahpahaman dan saling memaafkan apabila terdapat kekurangan dari kedua pihak.

Sukut : En mo turang nakan simalum-malum, kerna nggo ke i leja-leja kami lako memahan sapo nta en. Sai sehat-sehat mo ke karinana bagi ma pe kami ki masuki sapo nta en, sai ndauh mo hali dekket habat mendahi kita meradu karinana.

‘Inilah turang kami serahkan nakan simalum-malum, karena sudah banyak tenaga dan pikiran kalian terkuras untuk membangun rumah kita ini. Semoga sehat-sehatlah kalian semua dan begitu pula dengan kami yang memasuki rumah baru ini, semoga dijauhkanlah kita semuanya dari marabahaya”.

Pande : Yah en mo tuhu, nggo ku pangan nakan si ni bereken ndene. Sai sehat-sehat mo ke tuhu mengiani sapo en mi juma mi rumah, janah pe bage naik mataniari en mo penaik rezeki ndene i sen nai soh mi podi ni ari.

‘Ya begitulah, sudah kuterima makanan yang kalian berikan tadi. Sehat-sehatlah kalian menempati rumah ini walaupun pergi kemana saja, juga seperti matahari terbitlah lancarnya rezeki kalian sampai kemudian hari’.

4.1.1.3 Nuan Si Telu Bage

Pada saat sulang silimadan semua tamu undangan sudah hadir, persinabul mengarahkan semuanya untuk berkumpul didepan rumah untuk melaksanakan acara pertama yaitu nuan si telu bage.Kula-kula simupus akan menanam 3 jenis tanaman di luar rumah dekat dengan sudut belakang kamar sukut. 3 jenis tanaman tersebut yaitu: sangkah sampilit yang bertujuan untuk menangkal hal jahat dan wabah penyakit, silinjuhang yang bermakna harus tetap berjuang dalam suka dan duka, turbangen yang bertujuan sebagai obat untuk rumah itu. Kula-kula simupus memaknai dengan menanam tiga jenis tanaman sebagai penangkal dan pelindung bagi sukut dan rumah tersebut agar kehidupan mereka damai dan sejahtera. Setelah itu kula-kula simupus mengatakan maksud dan tujuan menanam 3 jenis tanaman tersebut kepada sukut dengan tegas dan penuh harap.

Kula-kula simupus : En mo enggo i suan kami si telu bage, i mo sangkah sampilit asa pilit mo pinakit roh mendahi ke, asa sehat-sehat mo ke isen. Bagi ma silinjuhang, asa lalap mo kene boi menghadapi hali engket habat asa murahna mo rezeki ndene. Bagi ma

engket turbangen en, asa malum mo tuhu perukuren engket perdagingen ndene mengianken sapo ndene en.

‘Ini sudah kamitanamkan 3 jenis tanaman di dekat, rumah kalian, itulah sangkah sampilit agar dijauhkanlah kalian dari penyakit dan sehat selalu. Begitu juga dengan silinjuhang agar tetaplah kalian berjuang di rumah ini walaupun suka maupun duka dan dilancarkan rezeki. Begitu juga dengan turbangen, agar tentram dan nyamanlah jiwa dan raga kalian menempati rumah ini’.

4.1.1.4 Mbuka Konci

Mbuka kunci yaitu pelaksaan pembukaan rumah yang dilakukan oleh kula-kula simupus dan persinabu lmengarahkan sukut agar menyerahkan kunci rumah tersebut kepada kula-kula simupus. Dimana kunci tersebut diletakkan diatas piring yang dilapisi oleh selampis, beras, dan sedikit air yang bermakna kesucian.

Persinabul mempersilahkan kula-kula simupus sebagai orang yang pertama membuka kunci rumah tersebut dengan tujuan agar kula-kula simupus mendoakan rumah tersebut dan berkat doa kula-kula simupus jugalah sehingga sukut dapat membangun rumah baru. Hal ini dikarenakan etnik Batak Pakpak meyakini bahwa doa kula-kula akan terkabul, karena ia diyakini sebagai tuhan yag tampak.

Persinabul : Selanjutna, berreken kene mo sukut konci ni sapo nta en mi kula-kula nta, asa i pasu-pasu kula-kula dekket ki bukaken pintu sapo nta en.

‘Untuk acara selanjutnya, kami berikan kesempatan kepada sukut untuk memberikan kunci rumah ini kepada kula-kula simupus. Agar beliau yang mendoakan dan membukakan pintu ini nantinya’.

Kula- kula simupus : Konci mo karina si nggara-nggara, konci mo tuhu karina pinakit, konci mo karina hali habat, sai konci mo ukur ndeba jahat.

‘Kuncilah semua yang kurang baik, kuncilah penyakit, kuncilah semua marabahaya, dan kuncilah niat hati yang jahat’.

Kula-kula simupus mengucapkan itu pada saat mengunci dan menutup pintu rumah tersebut sebagai simbol agar semua hal buruk terkunci.

Kula-kula simupus : Terbuka mo rezeki ndene mi jolo en, sai roh mo lalap kemenden mendahi kene.

‘Terbukalah rezeki kalian dan seterusnya, agar selalu dang hal yang baik kepada kalian’.

Kula-kula simupus mengucapkan itu ketika membuka pintu yang tertutup dan terkunci sebagai simbol agar semua hal baik terbuka. Lalu para tamu undangan mengucapkan “i mo tuhu” yang dapat diartikan sebagai “betullah itu” ataupun

“amin”.

4.1.1.5 Pengamakken Belagen

Setelah pintu terbuka pada saat selesai acara mbuka konci, kula-kula simupus langsung membentangkan amak mbentar (tikar pandan putih) atau disebut

pengamakken belagen. Pengamakken belagen adalah pembentangan tikar pandan putih (amak mbentar ) di dalam rumah baru yang di lakukan oleh kula-kula simupus ketika pintu sudah terbuka, yang mana amak mbentar itu melambangkan kebahagiaan dan kebaikan. Dan mempersilahkan anak berunya (sukut) untuk duduk di amak mbentar yang telah dibentangkannya.

Kula-kula simupus : Kundul mo kene i dates amak si mbentar en asa lalap roh mo kemenden mendahi kene.

‘Duduklah kalian di atas tikar pandan putih ini agar selalu datang kebaikan menghampiri kalian’.

Setelah sukut masuk kedalam rumah dan duduk di amak mbentar itu, protokol mempersilahkan seluruh tamu undangan yang hadir masuk kedalam rumah baru. Selanjutnya kula-kula simupus melanjutkan dengan mengkicik beras pihir, yaitu beras yang ada di dalam kembal selampis. Beras pihir akan di letakkan di atas kepala sukut dan sebagian akan di hempaskan ke area ruangan rumah sebanyak tiga kali sembari mengucap njuah-njuah, karena beras pihir yang diletakkan kula-kula simupus di atas kepala pihak sukut bermakna kesucian dan keteguhan. Hal ini dilakukan agar jiwa dan rumah pihak sukut kembali suci dan hal buruk pergi darinya.

Kula-kula simupus : Pihir mo tendi ndene bage pihir ni beras en asa sehat-sehat mo ke njuah-njuah ke sai murah mo rezeki ndene i ari en soh mi podi ari.

‘Kuat dan suci lah jiwa kalian seperti beras ini supaya sehat dan selamat kalian, dimurahkan juga rezeki kalian dari hari ini sampai seterusnya’.

4.1.1.6 Mangan Nditak Ginaburen

Nditak ginaburan adalah salah satu makanan ciri khas etnik Batak Pakpak yang terbuat dari beras, kelapa, dan gula merah yang sudah di satukan dan dibentuk seperti bentuk kepalan tangan 5 jari yang melambangkan persatuan dan kemakmuran. Pada saat pagi hari menjelang siang, nditak ginaburan ini dihidangkan sebagai makanan pembuka yang sudah disiapkan oleh anak beru pada saat seluruh tamu/pihak yang hadir sudah berada di dalamrumah.

Pada acara ini sukut akan memberikan sebuah ucapan kepada seluruh tamu yang hadir pada saat mempersilahkan untuk memakan nditak ginaburan, dari makanan khas etnik Batak Pakpak ini sukut berharap dengan memakannya dapat menyatukan seluruh jiwa yang hadir dan keinginan baik yang ada didalam hati dapat tercapai.

Sukut : Mendahi anak beru kami, lias ate mo i dokken kami mendahi kene, karna nggo i pepada ke nditak en. Karna nggo mo i jolonta nditak si panganenta, asa rebak-rebak mo kita kipangan asa mersada mo tendinta bage nditak en,asa gabur mo karina si nuan-nuanta, asa gabur karina si niula berkat i rumah i nai.

‘Untuk anak beru kami, terima kasih kami ucapkan karena sudah menyediakan nditak ini. Berhubung nditak sudah sedia di hadapan kita, maka mari sama-sama kita memakannya, agar bersatu jiwa kita seperti nditak ini, agar subur semua tanaman kita,agar niat baik kita berangkat dari rumah dapat tercapai’.

Lalu seluruh tamu mengucapkan “I mo tuhu”.

4.1.1.7 Mersendihi

Pada saat hari sudah menjelang siang, selanjutnya sukut akan memberikan nakan mersendihi. Mersendihi yaitu daging kerbau/kambing/babi/ayam yang sudah dipotong-potong dan dimasak namun seluruh organ nya harus tetap utuh. Untuk daging mersendihi ini tergantung dari kesanggupan sukut. Mersendihi ini pada umumnya diletakkan diatas piring dan dialasi selampis dengan sepiring nasidan sukut memberikan mersendihi tersebut ke seluruh kula-kula yang hadir, namun terlebih dahulu kepada kula-kula simupus dan kula-kula bena. Sukut memberikan nakan mersendihi sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada kula-kula simupus karena sudah mendoakan mereka dan rumah sukut. Untuk kula-kula lainnya, sukut tidak memasangkan oles, hanya menyerahkannya saja.

Persinabul : Nggo mo sidung kita ki pangan nditak en, asa tuhu mo mersada tendinta kita karinana. I mo langkah selanjutna asa sukut mereken sendihi mi kula-kula i.

‘Selesai sudah kita bersama-sama makan nditakginaburen, semoga betulah bersatu jiwa kita semuanya. Selanjutnya kami persilahkan sukut agar memberikan mersendihi kepada kula-kula’.

Sukut : Mendahi kula-kula nami, lias ate mbue mo i dokken kami mendahi kene, karena pasu-pasu ndene mo i kula-kula nami asa boi ibahan kami sapo nta en, jadi en mo ibereken kami pangan si mersendihi, en mo kessa terberre kami mendahi kene i.

‘Untuk kula-kula kami, terima kasih kami ucapkan karena berkat doa kula-kula kamilah makanya bisa kami membangun rumah baru ini, ini sudah kami buatkan makanan mersendihi untuk kula-kula

4.1.1.8 Cabingken/merre Oles

Selesai mersendihi, sukut langsung memasangkan oles ke badan kula-kula simupusdankula-kula bena. Sukut memberikan cabingken/merre oles sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada kula-kula simupusagar mereka selalu sehat, dimurahkan rezekinya, terlindungi dari marabahaya, dan penyakit.

Untuk kula-kula lainnya, sukut tidak memasangkan oles, hanya

menyerahkannya saja. Pada saat memberikan oles, sukut akan memberikan sebuah ucapan kepada kula-kuladengan sopan dan santun.

Sukut : En mo oles i cabingken kami mendahi kene, asa sehat-sehat mo nde soh mi podi ari, ndaoh mo aka hali habat, asa peddas mo perdagingen dene meraduna, murah ma mo rezeki nde.

‘Inilah kami pasangkan oles kepada kula-kula kami, sehat-sehat lah kalian selalu, semoga dijauhkan dari mara bahaya, menjadi hangatlah tubuh dan terhindar dari segala penyakit, dan dimurahkan rezeki lah kula-kula kami’.

4.1.1.9 Merre Manuk TukdanIkan Simalum-malum

Selesai pihak sukut memberikan nakanmersendihi dan cabingkenoles, kula-kula biasanya akan membalas pemberian dari sukut tersebut dengan memberikan nakanmanuktuk dan ikansimalum-malum. Manuk tuk merupakan ayam kampung yang seukuran kedua telapak tangan orang dewasa atau ayam yang masih berumur 3 bulan yang sudah dimasak, organnya masih dalam keadaan utuh, dan tidak terpotong-potong. Sedangkan ikan simalum-malum ialah ikan air tawar yang

digulai dan ikan ini diletakkan dalam posisi berdiri diatas nasi di dalam piring yang dialasi selampis.

Manuktuk melambangkan serba kecukupan (sampai) dan ikan simalum-malum melambangkan ketentraman.Biasanya pada saat memasuki rumah baru etnik BatakPakpak, kula-kula memberikan manuk tuk dan ikan simalum-malum ini kepada anak berunya (sukut). Kula-kula memberikan manuk tuk dan ikan simalum-malumsebagai bentuk doa agar kehidupan pihak sukut bisa menjadi sejahtera, tentram dan keinginan mereka tercapai.

Persinabul : Nggo sidung sukut mersendihi dekket merre oles mendahi kula-kula, sai sehat-sehat mo kene murah rezeki kula-kula nami. Molo lot deng ngo lako i berreken kula-kula nami mendahi sukut, kami persilahken mo kula-kula nami.

‘Sudah selesai sukut mersendihi dan memberikan oles kepada kula-kula, sehat-sehat dan murah rezeki lah kula-kula kami. Selanjutnya apabila ada yang ingin diberikankula-kula kami kepada sukut, maka kami persilahkan’.

Kula-kula simupus : En mo i embah kami manuk tuk dekket ikan simalum-malum mendahi ke, pan ke mo nakan si embah nami en asa soh mo tuhu karina sura-sura ndene dekket asa malum mo lalap ukur

Kula-kula simupus : En mo i embah kami manuk tuk dekket ikan simalum-malum mendahi ke, pan ke mo nakan si embah nami en asa soh mo tuhu karina sura-sura ndene dekket asa malum mo lalap ukur

Dokumen terkait