• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draf kuliah Teknik Konseling 3. Stuttering (gagap dan mengulang kata )

Dalam dokumen Buku Bahan Ajar Teknik Konseling (Halaman 69-72)

Sulitlah dirumuskan secara tegas, mana yang disebut gagap dan tidak gagap, apalagi kalau dihubungkan dengan masalah kelancaran berbicara (fluency). Masalah ini termasuk kategori "continum" dan bukan dikhotomi. Ada orang yang mengulang beberapa kata saja, seluruh kata, beberapa ungkapan atau memperbaiki ucapan. Ada pula yang kata-katanya tidak lengkap terputus-putus atau dipanjang-panjangkan, sehingga dapatlah dirumuskan, bahwa gejala ini bersifat individual.

Terdapat beberapa bukti empirik yang menunjukkan, bahwa

stuttering itu bisa diubah hingga tahapan tertentu. Adapun

pengubahan dan penyembuhan tersebut sebagai berikut: a. feedback Control of Stuttering

Stuttering itu dapat disembuhkan dengan teknik "speech shadowing", yaitu dengan jalan memberi kesempatan kepada orang yang terganggu tersebut untuk berbicara keras-keras, mengikuti ucapan orang yang membaca satu bacaan. Dapat juga disuruh membaca sendiri secara terus-menerus, yang pada mulanya diberi contoh membaca. Latihan ini diulang beberapa kali dengan membaca 40 - 50 kata. Orang yang terganggu itu terus membaca dan diikuti suara orang lain yang lancar membaca (melalui tape recorder, headphone).

b. Operant Control of Stuttering

Perilaku stuttering dapat diubah dengan jalan mengendalikan apa yang diucapkannya, karena suara yang dikeluarkan oleh yang gagap itu menimbulkan suara yang tidak menyenangkan. Dalam teknik ini digunakan extrinsic (es cream) dan intrinsic rewards (mencapai hasil yang lebih baik).

c. Negative practice yang mirip dengan massed practice "Yang terganggu" diminta mengulang seluruh kalimat yang menunjukkan kata-kata mengganggu, sehingga lancar.

d. Rythmic and Syllable time speech yang memberi kesempatan kepada yang "terganggu" untuk mengucapkan kata-kata mengikuti rithme tertentu, dengan diukur pula waktunya.

e. menggunakan jalan mengurangi respon yang menunjukkan sikap cemas. Hal ini dapat dilakukan secara berkelompok dengan membahas berbagai masalah penyesuaian diri.

4. Phobia

Istilah phobia ada dalam berbagai kategori, seperti takut pada hewan,

social interpersonal, penyakit, kematian, suara, dan phobia. Phobia

sendiri dibagi-bagi menjadi seratus tipe.

Metoda yang paling disukai digunakan untuk menyembuhkan phobia ialah systematic desensitization dengan tahapan: latihan santai, membentuk urutan tahapan kecemasan menurunkan kepekaan emosional berkenaan dengan obyek yang mencemaskan. Teknik yang digunakan dapat juga berupa membayangkan obyek yang ditakuti dalam khayalan, atau dapat juga dengan menyajikan obyek yang ditakuti secara nyata.

Ada gejala lain yang menarik perhatian para ahli pada sepuluh tahun terakhir ini yaitu masalah School phobia. Istilah ini selalu dihubungkan dengan masalah keengganan anak datang ke sekolah. Keengganan ini dilatar-belakangi oleh situasi sekolah yang dipandang menimbulkan rasa takut pada anak. Terdapat berbagai kemungkinan tentang keengganan masuk sekolah itu, di antaranya:

anak itu sendiri pembolos, keengganan masuk sekolah yang dilatar-belakangi keengganan meninggalkan rumah. Dalam kondisi seperti itu treatmentnya mungkin diarahkan kepada penserasian pertalian antara anak dengan orang tua di rumah.

Draf kuliah Teknik Konseling

Adapun karakteristik School Phobia ialah:

 memperlihatkan rasa takut sakit, kalau-kalau mendapat bencana di sekolah.

 menunjukkan keluhan yang bersifat badaniah, seperti sakit kepala dan ngantuk.

 takut berpisah dengan ibu, selalu cemas akan berbagai bentuk konflik antara orang tua dengan petugas administrasi sekolah. Pemulihannya antara lain dengan mengusulkan agar sekolah dan keluarga diarahkan untuk menghasilkan powerful pressure terhadap anak agar mau kembali ke sekolah. Dapat pula menggunakan classical dan operant conditioning dengan prinsip reinforcement. Juga bisa menggunakan situasi permainan yang secara bertahap mirip dengan kondisi sekolah yang sebenarnya. Ditambahkan pula dengan teknik yang memungkinkan orang tua dan guru dilatih untuk memberikan ganjaran yang hampir bersamaan.

5. Obsessi dan kompulsi

Obsessi menunjukkan idea yang berulangkali muncul dalam pikiran

klien dan sulit dihindari. Kompulsi merupakan impuls untuk berbuat berulangkali. Kedua hal ini seringkali menjadi satu kesatuan yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku, dan sulit dikendalikan. Manifestasinya gelisah dan cemas.

Untuk menyembuhkannya ada dua tahapan, yaitu: (a) usaha langsung menghilangkan tingkah laku obsessi pada awal mula munculnya gangguan tersebut yang perlu diusahakan dengan

desensitization, (b) digunakan teknik SD-I dan SD-R.

6. Gangguan Hysteria

Istilah hysteria mengandung berbagai arti seperti: hysterical personality,

conversion hysteria, anxiety hysteria. Adapun karakteristik orang yang

"hysterical personality", ialah: egois, congkak, egocentris, self centered

dan manja. Exhibitionis dramatization, bersandiwara, dusta, berkhayal, kurang mampu mengendalikan emosi, reaksinya tidak konsisten, menunjukkan tingkahlaku sexual, provokatif, dingin, takut yang mendalam berkenaan dengan seks, gagal mengembangkan dorongan seks pada tujuan yang wajar, ketidakmatangan seks, banyak tuntutan dan banyak bergantung.

Hysteria juga merupakan gangguan yang tampak dalam perilakunya, emosinya tidak stabil, represi, mudab terpengaruh. Adapun orang yang mengalami conversion hysteria. memanifestasikan konflik tersebut dalam gejala-gejala fisik, seperti buta paralyses (syaraf yang tidak berfungsi), anesthesia (daya pekanya hilang).

Jenis hysteria lainnya ialah: somnambulism (jalan-jalan sambil tidur),

amnesia (lupa akan segala pengalamannya) dan multiple personality.

Karena banyak jenisnya, penyembuhannya dapat digolongkan dalam beberapa kelompok:

a. Menghilangkan nonorganic sensory dan perceptial functioning, seperti pada kebutaan, ketulian dan daya peka.

b. menghilangkan non-organik motor functioning. seperti pada kejang tangan, aphobia (kebisuan), retention of urine, anorexian (hilang nafsu makan).

7. Gangguan Tics

Pada mulanya gerakan merupakan kegiatan yang terkoordinir dan terarah yang ditumbuhkan oleh sebab-sebab di luar atau idea. Tapi kemudian menjadi kebiasaan yang tidak diinginkan oleh individu yang bersangkutan, tanpa alasan dan tanpa maksud. Tics ini meliputi gerakan mata, perut, hidung, dan leher yang tidak terkontrol.

Untuk perawatan tics, dilakukan dengan jalan massed practice. Latihan ini secara berangsur diadakan, mulai satu menit, lima menit hingga

Draf kuliah Teknik Konseling

satu jam. Mula-mula di bawah pengawasan, tapi kemudian dilakukan sendiri oleh klien.

8. Sexual disorder

Penyimpangan sek dapat diteliti dengan cara mengukur perubahan alat kelamin di saat nonton blue film. Sejak awal mula melihat film, pada pertengahan film ini, hingga tujuh menit sesudah film terakhir, perubahan alat kelaminnya diukur.

Terdapat beberapa cara penyembuhan, di antaranya ialah:

a. classical aversive conditioning with drugs. Klien dibaringkan di kamar gelap, dengan proyektor. 1a disuntik agar mual di saat melihat film dari jenis kelamin sendiri. Demikianlah dilakukan hingga enam hari berturut-turut.

b. instrumental escape and avoidance conditioning with schock as the

aversive stimulus. Klien mendapat schock di saat menunjukkan

tingkahlaku homoseks. Atau ia mendapat reinforcement di saat diperlihatkan gambar-gambar wanita telanjang.

Draf kuliah Teknik Konseling

Rujukan:

Bimo Walgito. 2005. Bimbingan dan Konseling. Andi Yogyakarta. Brammer, Awrence. 2000. The Helping Relationship. Prentice-Hall

International Edition.

MD Dahlan. 1985. Beberapa pendekatan dalam Konseling. CV Dipenogoro MD Dahlan. 1987. Latihan dalam Keterampilan Konseling. CV

Dipenogoro

Miharja. 2008. Pengantar Bimbingan dan Konseling. LPM STAIS.

Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta.

Surya. 2003. Psikologi konseling. Pustaka Bumi Quraisy.

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Madrasah. Rajagrafindo Persada.

Yies Sadiyah. 1997. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. IAIN SGD Bandung

Dalam dokumen Buku Bahan Ajar Teknik Konseling (Halaman 69-72)