• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK DALAM KONSELING TRAIT-FACTOR

Dalam dokumen Buku Bahan Ajar Teknik Konseling (Halaman 49-55)

Pengantar

TraitFactor Counseling merupakan corak konseling yang menekankan

pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi dan/atau bidang pekerjaan. Corak konseling ini dikenal juga dengan nama

directive counseling atau Counselor-Centered Counselling, karena

konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri.

Poses lahirnya konseling berpegang pada teori Trait-Factor bermula pada akhir abad yang ke-19 dimana Frank Parson mulai mencari suatu cara untuk membantu orang-orang muda dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan potensi rnereka, sehingga dapat cukup berhasil di bidang pekerjaan itu. Frank Parsons menunjukan tiga langkah yang harus diikuti dalam rnemilih suatu pekerjaan yang sesuai, yaitu: pertama, pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan, serta ciri-ciri yang lain. Kedua, pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai bidang pekerjaan, serta tentang balas jasa dan kesempatan untuk maju dalam semua bidang pekerjaan itu. Ketiga, berpikir secara rasional mengenai hubungan antarakedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational,

information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk

berpikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri

kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan/jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan. Dengan demikian, orang muda bukannya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan yang berfungsi sebagai jabatan (the choice of a

vocation).

Alat yang digunakan untuk mempelajari keadaan seseorang sehingga menghasilkan suatu analisis bagi masing-masing pribadi, adalah tes-tes psikologis yang mula-mula digunakan oleh para ahli psikologi industri dalam rangka seleksi aplikan untuk bidang-bidang pekerjaan tertentu. Berdasarkan identifikasi berbagai kemampuan yang dimiliki atau tidak dimiliki seseorang setelah dites, dan berdasarkan penelitian terhadap tuntutan pekerjaan di lapangan untuk mengetahui kemampuan mana yang harus dimiliki seseorang supaya berhasil dalam suatu jenis pekerjaan tertentu, para ahli psikologi industri itu menyusun tabel-tabel prakiraan sukses atau gagalnya seorang aplikan dalam jenis pekerjaan tertentu. Cara berpikir yang demikian mulai diikuti juga oleh konselor jabatan, dengan menekankan penggunaan suatu tes psikologis sebagai alat untuk mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian, seseorang yang mempunyai relevansi terhadap suatu jabatan/ pekerjaan. Dalam hal ini aliran konseling jabatan berpegang. pada teori kepribadian yang dikenal dengan nama teori Trait-Factor. Yang dimaksudkan dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti inteligensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Dengan demikian,misalnya, seseorang dapat diidentifikasikan dan diketahui sebagai orang yang sangat inteligen, kurang iba hati, dan agak agresif. Ciri-ciri itu diandalkan dapat diketahui melalui berbagai tes psikologis.

Draf kuliah Teknik Konseling

Yang dipersoalkan ialah: ciri-ciri itu berapa jumlahnya? Semua ciri itu bersifat dasar dan berdiri sendiri, ataukah berkaitan satu sama lain? Beberapa ahli psikologi telah mencoba untuk menemukan seperangkat ciri dasar yang terbatas jumlahnya,dengan menganalisis data hasil testing psikologis melalui teknik statistik yang disebut

Factor Analysis.Ciri-ciri dasar yang mereka temukan disebut factors,

misalnya Catteli berpendapat telah menemukan 16 faktor, yang merupakan ciri-ciri dasar yang dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara memadai. Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing, psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan alat tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian tertentu,Yang , diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu program studio Dalam hal ini program studi di institusi pendidikan juga dipandang sebagai jabatan sehingga akan diikuti prosedur yang sama terhadap pilihan bidang pekerjaan dan bidang studio Dengan demikian, aliran konseling jabatan telah memperluas diri menjadi Konseling Jabatan-Akademik, dewasa ini sering disebut

Konseling Karier.

Secara praktis, data dan fakta yang dibutuhkan dapat dikumpulkan dalam urutan sebagai berikut.

(a) Data tentang diri sendiri: kemampuan intelektual; bakat khusus;minat; harapan; berbagai perasaan; nilai-nilai kehidupan

(personal values); cita-cita; keterampilanketerampilan; serta ciri-ciri

kepribadian yang lain, yang bersifat nonkognitif. Sejauh mungkin data itu dicari dengan melalui alat-alat tes dan nontes; bilamana alat yang terandalkan tidak tersedia, data itu dikumpulkan berdasarkan refleksi diri (selfanalysis) dengan menyadari kelemahan yang

terkandung di dalamnya. Namun, beberapa data paling diketahui oleh konseli sendiri, seperti nilai-nilai kehidupan dan cita-cita hidup. (b) Fakta tentang keluarga dekat; aneka harapan keluarga; kewajiban moral-sosial terhadap keluarga; kemampuan ekonomi keluarga, dan sebagainya.

(c) Fakta tentang lingkungan hidup: ciri/corak khas dari setiap program studi dan/atau setiap bidang pekerjaan; konstelasi kualifikasi yang secara minimal dituntut; keadaan konkret masyarakat yang mempersempit atau mernperluas ruang gerak konseli yang menghadapi keharusan memilih. Sejauh mungkin fakta itu bersifat kenyataan yang disahkan dalam hasil penelitian; namun data sosial semacam ini tidak selalu tersedia atau sudah tidak up-to-date.

Pendekatan ini dapat digunakan terhadap semua kasus yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut: termasuk ragam konseling jabatan dan/atau konseling akademik (konseling karier), di mana konseli menghadapi keharusan untuk memilih di antara beberapa alternatif; konseli telah menyelesaikan minimal jenjang pendidikan SLTE dan sudah mulai tampak stabil dalam berbagai ciri kepribadian; konsel tidak menunjukkan kelemahan serius dalam beberapa segi kepribadiannya, misalnya selalu ragu-ragu dalam keputusan tentang apa pun juga atau sangat dikuasai oleh alam perasaannya sendiri. Namun, harus selalu diperhatikan apakah pilihan yang akan dibuat bersifat intermediar atau definitif sehingga sukar diubah kelak. Sebagai contoh diambil kasus sebagai berikut: Ada seorang siswa MA, kelas III, program studi IPA. Dia mengambil program studi itu karena ingin supaya tetap terbuka kesempatan baginya untuk kelak melanjutkan ke Fakultas Kedokteran atau Fakultas Pertanian. kalau kiranya bisa. Data yang akan dikumpulkan dengan bantuan konselor meliputi:

(a) Data tentang diri sendiri: kemampuan intelektual bertaraf lebih dari cukup (berdasarkan hasil testing); berbakat khusus di bidang studi matematika (berdasarkan hasil penilaian guru selama beberapa

Draf kuliah Teknik Konseling

tahun); berminat terhadap matematika dan memelihara tanaman (berdasarkan ,analisis diri, yang diperkuat dalam hasil testing); nilai kehidupan menekankan pengabdian kepada sesama (berdasarkan analisis diri, yang diperkuat oleh beberapa guru pada skala penilaian); cita-cita masa depan terpusat pada usaha pembangunan dan kepemimpinan (berdasarkan data kartu pribadi mengenai keterlibatannya dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai pemimpin, disertai keyakinan sendiri); sifat-sifat kepribadian yang mencolok adalah sabar, ringan tangan, dan besar hati (berdasarkan analisis diri, diperkuat oleh penilaian sejumlah guru pada skala penilaian); keterampilan tidak ada yang mencolok, tetapi diakuinya sendiri tidak merasa malu bila tangannya menjadi kotor; harapannya ialah melanjutkan ke perguruan tinggi dan membuat orang tuanya merasa bangga.

(b) Fakta tentang keluarga dekat: orangtua mengharapkan dia melanjutkan studi, tetapi jangan sampai terlalu lama karena harus ikut membiayai pendidikan adik-adik; kemampuan ekonomi keluarga sedang saja, sehingga selama studinya dia harus tetap tinggal di rumah orang tua nanti; program studi diserahkan kepada anak, asal dia dapat menekuninya.

(c) Fakta tentang program studi, yang mempersiapkan untuk karier tertentu yang pernah dibayangkan, yaitu Kedokteran Umum, Psikologi, Teknologi Pertanian, Ilmu Pasti. Kedokteran Umum menuntut beberapa kualifikasi yang kiranya dapat dipenuhi, tetapi secara finansial sangat berat, Psikologi menuntut pola kualifikasi yang tidak berbeda jauh dengan data dalam butir (a), tetapi program studi strata satu (S1) tidak memberikan harapan dapat segera bekerja dengan mendapat imbalan yang cukup memadai baginya. Teknologi Pertanian memungkinkan segera bekerja dan memulai usaha sambilan untuk menambah penghasilan serta pola kualifikasinya pun tidak jauh berbeda dengan data mengenai diri sendiri. Ilmu Pasti pun kelihatan sesuai, apalagi kalau dia menamatkan program studi

Pendidikan Matematika di dan menjadi guru di suatu sekolah serta memberikan tes privat. Pilihan program studi di PT tidak dikaitkan dengan program studi yang diambil di MA, menurut ketentuan yang berlaku pada saat itu.

Dalam pembicaraan selanjutnya menjadi jelas, bahwa siswa ini harus memberikan tekanan pada fakta yang tercantum dalam butir (b) di atas. Setelah masing-masing alternatif program studi, sebagai persiapan untuk karier tertentu, ditinjau pro dan kontranya untuk dapat menjawab dua soal, yaitu "Bisakah?/Mungkinkah?" (Possible?) dan "Inginkah?" (Desirable?), akhirnya diputuskan bahwa:

Kedokteran umum tidak mungkin, meskipun sebenarnya ingin. Maka tidak jadi.

Psikologi tidak diinginkan, meskipun sebenarnya bisa. Maka tidak jadi.

Teknologi Pertanian bisa dan diinginkan. Namun dia harus studi di PTN di kota tempat tinggalnya; tidak ada PTS yang menawarkan program studi itu. Maka ditentukan sebagai pilihan yang kedua. Ilmu Pasti bisa dan diinginkan. Di kota tempat tinggalnya ada Negeri dan Swasta yang menawarkan program studi Pendidikan Matematika. Maka pilihan yang pertama menjadi Pendidikan Matematika, SI, dengan preferensi di Negeri.

Ditentukan dua pilihan program studi atas dasar pertimbangan, bahwa belum tentu dia diterima untuk pilihannya yang pertama. Daripada merasa frustasi besar, dia secara mental sudah siap untuk diterima dalam pilihannya yang kedua. Untuk siswa ini kedua pilihan itu bercirikan definitif, meskipun keputusan tentang suatu spesialisasi dapat diambil kemudian. Segi yang tidak ditinjau dalam kasus ini ialah apakah suatu alternatif pilihan probable, dalam arti siswa itu dapat diramalkan akan berhasil baik dalam program studi Teknologi Pertanian dan Pendidikan Matematika. Untuk itu diperlukan data yang memberikan indikasi tentang besar-kecilnya probabilitas akan berhasil baik, setelah diterima di salah satu program studio Data

Draf kuliah Teknik Konseling

semacam itu di Indonesia dewasa ini masih jarang tersedia. Namun, mengingat data psikologis yang tersedia, siswa ini boleh mengharapkan akan berhasil baik kalau dia tetap bermotivasi kuat. Perlu dicatat bahwa pengumpulan data tentang diri sendiri dan fakta tentang keluarga dekat serta lingkungan hidup sangat bermanfaat untuk dapat menentukan suatu norma atau patokan yang menjadi landasan untuk kelak dapat mengambil suatu keputusan tegas. Biarpun norma atau patokan itu di sini tidak dirumuskan secara eksplisit seperti kerap terjadi dalam konseling yang tidak menyangkut suatu pilihan program studi atau bidang pekerjaan, namun tinjauan mengenai segi pro dan segi kontra pada setiap alternatif pilihan lazimnya berlandaskan pada suatu norma atau patokan yang berkaitan dengan data tentang diri sendiri dan fakta tentang keluarga dekat serta lingkungan hidup. Dengan kata lain, himpunan data dan fakta yang disebutkan dalam uraian di atas menghasilkan suatu pegangan dasar dalam proses pengambilan keputusan selanjutnya. Selain itu patut diperhatikan bahwa dalam contoh yang disajikan dalam uraian di atas konseli sudah mempunyai beberapa alternatif program studi untuk ditinjau, antara lain meninjau kualifikasi yang dituntut. Dalam kasus yang demikian tidak perlu lagi membuat suatu inventarisasi tentang alternatif program studio Berbedalah keadaan konseli yang belum memikirkan alternatif yang dapat terbuka baginya, mengingat data tentang diri sendiri dan fakta tentang keluarga dekat., sehingga harus diadakan inventarisasi alternatif lebih dahulu untuk melengkapi data sosial, agar proses pengambilan keputusan selanjutnya berjalan lancar. Akhirnya, harap diperhatikan bahwa pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas menyangkut suatu kasus pilihan di antara beberapa alternatif (a choice

case) mengenai program studi/bidang studi dan/atau bidang

pekerjaan, bukan kasus pilihan di antara beberapa alternatif di luar dua bidang itu. Istilah "probable" dalam urain di atas dan istilah "feasible" tidak menunjukkan pada sesuatu, yang sangat berbeda; istilah yang pertama menyangkut hasil yang boleh diharapkan bila

dipilih alternatif program studi atau bidang pekerjaan tertentu, sedangkan istilah yang kedua menyangkut hasil yang boleh diharapkan bila dipilih suatu alternatif tertentu dalam lingkup permasalahan yang tidak berkaitan dengan bidang studi atau bidang pekerjaan.

Pelaksanaan Trait-Factor Counseling Kasus

Fulan adalah seorang siswa MA, kelas III, program studi IPA. Pada bulan November dia menghadap konselor di sekolah untuk membicarakan masalah kelanjutan studi setelah tamat sekolah, pada bulan April tahun berikutnya. Dalam wawancara menjadi jelas bahwa Fulan merasa bingung sekali karena tidak mengetahui bagaimana caranya mengatasi kesulitanyang dihadapinya. Adapun kesulitan Fulan adalah sebagai berikut: dia berkeinginan sekali melanjutkan ke fakultas teknik dan nanti bekerja sebagai insinyur sipil. Dia yakin mampu menyelesaikan studi di fakultas teknik karena hasil belajar di MA dalam seluruh bidang studi, yang menunjang studi di fakultas teknik, selama ini tergolong baik Hasil ini memang sesuai dengan hasil tes kemampuan belajar yang ditempuh ketika Fulan mencalonkan diri sebagai siswa di MA ini. Sejak masuk MTS Fulan senang membaca buku-buku tentang teknik yang dipinjam di perpustakaan sekolah, khususnya teknik bangunan suatu jalan raya. Menurut pendapat Fulan, kepribadiannya cocok untuk bekerja sebagai insinyur pembangunan di lokasi mana pun juga. Atas pertanyaan konselor Fulan menjelaskan bahwa keluarganya mendukungcita-cita tersebut, namun tidak mampu untuk membiayai studi di fakultas teknik sampai mencapai gelar insinyur. Dia diharapkan akan cepat bekerja supaya dapat membantu membiayai pendidikan. adik-adiknya. Nah, keadaan ekomomi keluarga dan harapan orang tua inilah. Yang menimbulkan kesulitan besar, sehingga Fulan sudah lama menghadapi masalah: bagaimana saya ini sesudah tamat? Karena masalah yang belum terpecahkan ini, Fulan semakin merasa sukar untuk berkonsentrasi dalam belajar. Dia

Draf kuliah Teknik Konseling

bahkan merasa minder sebab teman/rekan sekelas semuanya berkata akan melanjutkan ke PT yang banyak terdapat di lokasi.

Langkab-langkah kerja:

(1) Membangun hubungan pribadi dengan Fulan. (2) Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan Fulan. Masalah yang ingin dibicarakan oleh Fulan ialah: tidak mengetahui akan melanjutkan studi ke mana karena keluarganya tidak mampu membiayai studi di fakultas teknik. Dia merasa sangat bingung karena persoalan ini; merasa minder kalau tidak dapat melanjutkan. (3) Mengadakan analisis kasus, yaitu menghimpun data yang ternyata tersedia:(a) Fulan sendiri. Kemampuan belajar: cukup tinggi. Bakat khusus: matematika dan menggambar mistar. Cita-cita hari depan: menjadi insinyur sipil dengan belajar di fakultas teknik suatu PT. Minat: teknik pembangunan jalan raya. Sifat kepribadian yang mencolok: mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Nilai kehidupan (setelah ditanyakan langsung): pengabdian pada kebutuhan bangsa dan Negara, Perasaan: bingung, minder. (b) Keluarga Fulan. Orang tua sebenarnya mendukung cita-citanya. tetapi terbentur pada persoalan biaya seandainya dia belajar di fakultas teknik. Dia diharapkan lekas bekerja untuk membantu pendidikan adik-adiknya. (c) Bidang pekerjaan yang diinginkan: sebenarnya mempunyai prospek masa depan yang baik, lebih-lebih bila Fulan bersedia ditugaskan di luar Pulau Jawa. Bidang-bidang studi di PT yang sesuai dengan data tentang Fulan sendiri dan dapat dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif: l) di PTN Universitas, S1, JurusanTeknik Sipil; 2) di PTS Universitas, S1, Jurusan Teknik Sipil; 3) di PTN Universitas, Program D3 Politeknik, Teknik Sipil; 4) di PTN , S1, dalam Pendidikan Teknik Bangunan; 5) di PTN , D3, datam Pendidikan Teknik Bangunan; 6) di Universitas Terbukas Program D2 Keterampilan Teknik; 7) alternatif lain yang relevan, seandainya diketahui tersedia. Semua alternatif itu dikumpulkan dalam rangka inventarisasi kemungkinan yang terbuka baginya.

(4) Membantu Fulan mengintegrasikan semua data di atas satu sama lain dan mempertimbangkan pro dan kontra dari masing- masing alternatif, agar menjawab dua pertanyaan: "bisakah?/mungkinkah" serta "inginkah?". Misalnya dipertimbangkan sebagai berikut: (a) Semua program studi Sl kelihatannya tidak mungkin (tidak bisa),karena masa studi terlalu lama dan biaya tidak tersedia, meskipun program-prograrn studi itu sebenarnya diinginkan. Namun, dapat dicari informasi apakah bagi Fulan tersedia kemungkinan mendapatkan beasiswa atau mengambil kredit mahasiswa di bank dengan syarat lunak. Seandainya kemungkinan itu ada, seluruh program studi itu dapat dipertimbangkan lagi (Untuk mencari informasi itu proses konseling dihentikan dulu). Dalam wawancara berikutnya. Fulan melaporkan bahwa bagi dia tidak tersedia kemungkinan itu. Dengan demikian, jelaslah bahwa semua program studi S l tidak dapat dipilih (tidak mungkin dipilih; tidak bisa dipilih). (b) Semua program studi D3 dimungkinkan karena masa studi tidak terlalu lama, biaya tidak terlalu tinggi dan tersedia kesempatan untuk lekas bekerja. Namun program studi manakah yang diinginkan mengingat cita-cita semula adalah menjadi insinyur sipil? Berarti harus ada perubahan dalam cita-cita Fulan, alias aspirasinya harus diturunkan. Di antara altematif-alternatif yang ada, Fulan ternyata paling menginginkan program D3 Pendidikan Teknik Bangunan karena sebagai guru dia dapat juga mengabdi. (c) Universitas Terbuka, program D2 Keterampilan Teknik sebenarnya mungkin, tetapi Fulan tidak begitu ingin karena dianggap di bawah kemampuan otaknya. Dia baru bersedia memilih alternatif ini kalau dia ternyata tidak diterima di program Politeknik dan Pendidikan Teknik yang tercantum pada butir b di atas. Akhirnya. Fulan memutuskan untuk memilih sebagai alternatif pertama program D3 Pendidikan Teknik sebagai alternatif kedua program D3 Politeknik di Universitas; dan sebagai alternatif ketiga program D2 Keterampilan Teknik di Universitas Terbuka.

Draf kuliah Teknik Konseling

(5) Mengakhiri hubungan pribadi dengan Fulan. Patut dicatat di sini bahwa dalam kasus ini konseli belum memikirkan sejumlah alternatif program studi di PT. Maka pada akhir fase 3 diadakan inventarisasi alternatif lebih dahulu untuk melengkapi data sosial, agar proses pengambilan keputusan selanjutnya berjalan lancar; dalam inventarisasi itu belum digunakan nama program karena nama itu masih dapat berubah. Digunakan nama jurusannya atau bidang studinya.

Draf kuliah Teknik Konseling

Dalam dokumen Buku Bahan Ajar Teknik Konseling (Halaman 49-55)