• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

IV PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

VI. PELAKSANAAN PEMBINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN

6.4. Dukungan Pihak Terkait.

6.4.1. Tujuan Sistem Pembinaan

Pembinaan yang diberikan kepada narapidana, bertujuan untuk mempersiapkan narapidana agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pembinaan tersebut salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pelaksanaan asimilasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan dari sistem pembinaan ditentukan salah satunya oleh pelaksanaan asimilasi.

Tujuan dari pelaksanaan asimilasi, yaitu :

1. membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri narapidana dan anak didik Pemasyarakatan kepada pencapaian tujuan pembinaan;

2. memberikan kesempatan bagi narapidana dan anak didik Pemasyarakatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan diri hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana; dan 3. mendorong masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam

penyelenggaraan pemasyarakatan.

Teori pembalasan sebagaimana dianut oleh sarjana-sarjana sebelumnya seperti Sahardjo, PI. Panjaitan dan Simorangkir, (1995) yang beranggapan bahwa hukuman adalah suatu konsekuensi dilakukannya suatu kejahatan, ternyata tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai berikut :

”Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga ”rumah penjara” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadarai kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya.”

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,

dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sistem pemasyarakatan juga berfungsi untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.

Selanjutnya dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyangkut tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, maka Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

Program pembinaan narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap pembinaan yang terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu : (1) tahap awal; (2) tahap lanjutan; dan (3) tahap akhir.

Pembinaan tahap awal bagi narapidana dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana. Pembinaan tahap awal ini meliputi.

1. Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan.

2. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. 3. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. 4. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.

Pembinaan tahap lanjutan, meliputi : (a) tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal sampai dengan ½ (satu per dua) dari masa pidana; dan (b) tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana. Pembinaan tahap lanjutan ini meliputi :

1. Perencanaan program pembinaan lanjutan 2. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan

3. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan dan 4. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.

1. Instansi Penegak Hukum. a. POLRI. b. Kejaksaan Negeri. c. Pengadilan Negeri. 2. Instansi Lainnya. • Departemen Sosial.

• Departemen Tenaga Kerja.

• Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

• Departemen Agama.

• Departemen Pendidikan Nasional.

• Pemerintah Daerah (PEMDA). • dan lain – lain.

3. Pihak Swasta. • Perorangan. • Kelompok.

• Lembaga Swadaya Masyarakat.

• Perusahaan.

Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan. Pembinaan tahap akhir ini meliputi :

1. Perencanaan program integrasi 2. Pelaksanaan program integrasi dan

3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.

Dalam hal terdapat narapidana yang tidak dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi atau integrasi, maka narapidana yang bersangkutan diberikan pembinaan khusus., seperti residivis, pidana seumur hidup, pidana mati, atau sering melakukan pelanggaran tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan ”pembinaan khusus” meliputi perlakuan, pengawasan dan pengamanan yang lebih bersifat maksimum sekuriti.

Berdasarkan sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan, maka dapat digambarkan bagaimana bentuk pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

85 Tabel 12 : Bentuk Pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, 2007.

Bentuk Pembinaan Uraian Pelayanan Tahanan/Napi Penyuluhan Rohani Penyuluhan

Jasmani Bimbingan Bakat

Bimbingan Keterampilan Perpustakaan Kegiatan Pemberian Bantuan Hukum kepada Napi/ Tahanan Ceramah, penyuluhan dan pendidikan agama Olahraga, kesenian dan rekreasi di dalam lembaga sesuai dengan fasilitas yang tersedia Masa pengenalan lingkungan (Mapenaling). Pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja Membaca Buku, Diskusi dan Tukar pikiran. Tujuan Agar Napi/Tahanan mendapatkan hak-haknya dengan baik. Memberikan bekal kehidupan beragama, untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa Menjaga dan memelihara kondisi jasmani agar senantiasa sehat dan jauh dari penyakit

Memberikan gambaran tentang kondisi dan situasi di dalam Lapas atau untuk penyesuaian diri (adaptasi) Meningkatkan keterampilan dan keahlian kerja, baik untuk selama di dalam

Lapas maupun sebagai bekal hidup bila bebas nanti

Meningkatkan minat baca, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan

Peserta Napi/Tahanan Napi/Tahanan Napi/Tahanan Narapidana Narapidana Napi/Tahanan

Sumber Dana Lapas Lapas Lapas/Kanwil Lapas Lapas/Intansi terkait Lapas/Swasta/LSM

Instansi terkait

Kanwil Hukum & HAM, LSM

Dep. Agama dan Lembaga Keagamaan Lembaga Swadya Masyarakat Lembaga Swadya Masyarakat

Dinas Tenaga Kerja, Dinas Diknas, Swasta.

Pemda, Dinas Diknas, Dinas Sosial, LSM dan Swasta & Kelurahan Kendala yang dihadapi Pelaksanaan belum optimal Pembagian waktu kegiatan kadang tumpang tindih/bersamaan Sarana pendukung terbatas, seperti alat-alat kesenian dan olahraga

Isi Lapas yang mengalami over capacity

(kelebihan isi penghuni)

Sarana kerja dan bahan baku terbatas

Keterbatasan

buku, baik kuantitas maupun

kualitas buku Sumber : FGD dengan Petugas dan Kepala Lapas Sukamiskin, 2007

86

.