• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

IV PETA SOSIAL KELURAHAN SUKAMISKIN DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN BANDUNG

5.3. Riwayat Hidup (Life Story) Narapidana 1 Profil IN als SLH bin MHT

5.3.2. Profil AMN

5.3.2.4. Pembagian Kerja di Rumah

5.3.2.5.3. Kondisi Keluarga saat AMN Ditahan 1 Kronologis Penahanan

AMN ditangkap karena kasus pembunuhan (pasal 340 KUHP), sebenarnya saat itu ada kaitannya dengan masalah transaksi ganja di rumah pembelinya. Dimana kasus ini dimulai saat AMN ingin menagih utang kepada seseorang yang menunggak pembelian ganja, karena seringkali menghindar dan mengulur-ulur waktu akhinya karena merasa kesal dan dipermainkan serta atas desakan teman-temannya dia melakukan pembunuhan. Kemudian AMN ditangkap di rumah pembelinya tersebut.

Sehari setelah ditangkap, polisi baru mendatangi rumah orangtua AMN untuk melaporkan penangkapan AMN, AMN didakwa dengan pelanggaran terhdap Pasal 340 KUHP, UD kemudian mendatangi kantor polisi untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dan UD pun pasrah karena tidak dapat berbuat apa-apa, UD mengetahui bahwa pergaulan AMN sangat luas, tetapi UD sangat terpukul dengan kenyataan kejahatan AMN, seperti pernyataan UD berikut ini : AMN UD UC Sumber Penghasilan Pengaturan Ekonomi Pembagian Kerja di Rumah Pengasuhan Anak

Bapa teu nyaram AMN gaul jeung sasaha, lantaran bapa percaya. Budak bapa nu sanesna oge teu aya anu bangor. Bapa teh ngan ukur dipusingkeun ku AMN.

(Bapak tidak melarang AMN bergaul dengan siapapun, karena Bapak percaya, Anak Bapak yang lain juga tidak ada yang nakal. Hanya AMN yang membuat Bapak bingung)

Penangkapan dan penjatuhan vonis terhadap AMN bersamaan dengan kondisi istrinya yang sedang mengandung. Saat itu istrinya tengah hamil 4 bulan, AMN tidak dapat menyaksikan proses kehamilan hingga persalinan istrinya karena harus menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.

5.3.2.5.3.2. Pengaturan Ekonomi Keluarga

Pengaturan ekonomi keluarga tidak mengalami perubahan, karena sejak AMN sebelum ditahan, segala macam urusan ekonomi keluarga diatur oleh UC. Namun, kehadiran LN, anak bungsu AMN menambah beban mereka. LN membutuhkan susu, pakaian serta makanan bayi. Belum lagi kebutuhan sekolah JD yang tidak lagi dibebaskan dari kewajiban membayar iuran sekolah. JD kini hanya diberikan keringanan untuk membayar iuran sebesar Rp. 4.500,-/bulan dari iuran normal yang mencapai Rp. 11.000,-/bulan.

Untuk bertahan hidup, beberapa perabotan di rumah terpaksa dijual. Sofa dan televisi kini tidak ada lagi dirumah mereka. UC dan UD bekerja keras dengan berbagai cara untuk keperluan cucu-cucunya. UC tetap berjualan sayur dan praktis tinggal sendiri menjadi tulang punggung keluarga. UD yang sering diminta jasanya untuk memijat kadang-kadang hanya mendapat sebungkus rokok sebagai imbalan. Untuk kehidupan sehari-hari, dalam satu minggu, kakak AMN silih bergantian mengunjungi UC dan membantunya meringankan beban ekonomi secara alakadarnya dengan membawa beberapa bahan makanan, agar tidak usah sering membeli.

5.3.2.5.3.3. Pembagian kerja di Rumah

Perubahan pembagian kerja di rumah terjadi karena kehadiran L:N. UC masih tetap berjualan, pergi dini hari dan pulang siang hari. UD memasak dan menyiapkan berbagai keperluan cucu-cucunya seperti pakaian dan popok. UD menjaga dan mengasuh LN selama UC bekerja, tetangga dekat UD juga suka membantu mengasuh dan menjaga LN. Sepulang kerja, UC menyelesaikan

pekerjaan menyetrika dan bergantian menjaga LN. Oleh karena itu, UD biasa memenuhi panggilang memijat pada sore hari. Seperti yang dikatakan UC berikut ini :

Ibu sama bapak gantian ngurus rumah dan ngasuh LN. Ibu cape pisan seharian, istirahatnya sebentar. JD sama EB kan ga harus terus diawasi. Tapi LN masih bayi, harus dijaga bener-bener.

5.3.2.5.3.4. Pengasuhan Anak

Pendampingan secara fisik tidak jauh berbeda seperti pada masa sebelum AMN ditahan. UD dan UC berada lebih sering disisi JD, EB dan sekarang ditambah seorang lagi yaitu LN yang membutuhkan perhatian ekstra karena masih bayi, seringkali tidak boleh lupu dari pengawasan. Beberapa tetangga yang merasa kasihan dengan kerepotan UD dan UC sesekali membantu menjaga dan mengasuh LN seperti menyuapi LN dan mengajaknya jalan-jalan. Sedangkan JD dan EB sudah memiliki teman bermain dan dapat bermain bersama teman-temannya di sekitar rumah.

Menurut UC, JD lebih senang bermain daripada belajar, sehingga nilai pelajarannya selalu pas-pasan. Tetapi UC tidak pernah menasihati secara kasar ataupun memarahinya karena takut perilakunya malah semakin malas. UC melaksanakan apa yang mampu dikerjakan, seperti membelikan seluruh buku pelajaran yang diperlukan JD dan berharap seiring waktu JD mulai mengerti dengan sendirinya betapa sulitnya UC memperjuangkan kelangsungan sekolah cucunya itu.

EB yang telah menginjak usia 6 tahun, sering merengek untuk segera sekolah. UC berusaha mempersiapkan biaya sekolah bagi EB dan berencana untuk menggunakan kembali surat keterangan tidak mampu agar mendapat keringanan biaya. Saat ini, EB sudah bisa menulis dan membaca meskipun belum sekolah. Sejak usia EB 4 tahun, AMN senang membacakan cerita dan mengajarkan huruf pada EB.

5.3.2.5.3.5. Kedekatan Secara Emosional

JD, EB dan LN sangat dekat dengan kakek-neneknya, setiap diajak menginap oleh kakak-kakak AMN, ketiga anak itu tidak mau lepas dari UD dan UC untuk selalu menemani. Kebersamaan yang terjalin sejak mereka lahir,

pengasuhan dan pendampingan oleh UD dan UC membuat ketiga cucunya itu tidak mau terpisahkan.

Berikut Gambar 5 tentang pengambilalihan peran AMN dalam keluarga selama AMN ditahan :

Gambar 5 : Peran dalam keluarga selama AMN ditahan Keterangan :

: memegang peranan utama : kerjasama antar anggota keluarga

: mendampingi anak secara fisik dan dekat secara moril Berdasarkan riwayat hidup AMN, pernah menikah 2 kali, AMN dan isteri pertamanya sama-sama pemakai/pecandu obat-obatan terlarang, AMN berasal dari Sumedang dan bekerja di Bandung. Tanggung jawab AMN sebagai Kepala Keluarga kurang, karena masih mendahului kebiasaan buruknya, sehingga anak- anak terlantar dan dirawat oleh orang tuanya. AMN memiliki pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan, pemenuhan ekonomi bagi keluarganya masih dibantu oleh kedua orangtuanya dan kakaknya.

Kondisi keluarga selama AMN ditahan tidak berbeda jauh dengan keadaan sebelum AMN ditahan, anak-anak dirawat oleh orangtuanya, sedangkan isterinya berusaha sendiri dan tidak mempedulikan anak dan AMN. AMN memiliki ketergantungan pemakaian obat-obatan terlarang, selayaknya dilakukan rehabilitasi terhadap dampak kecanduannya, agar AMN dapat hidup normal sebagaimana orang lain dan dapat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan.

UC UD KAKAK AMN Sumber Penghasilan Pengaturan Ekonomi Pembagian Kerja di Rumah Pengasuhan Anak

5.3.3. Profil S

S (47 tahun) adalah anak ke-9 dari 11 bersaudara, memiliki ayah dan ibu yang pekerjaanya sebagai buruh tani, S berperawakan pendek kecil, kulit agak hitam, rambut pendek, terdapat tahi lalat di dagunya. Pendidikan terakhir S adalah kelas 6 Sekolah Rakyat (SR) dan setelah itu tidak melanjutkan pendidikannya. S berasal dari keluarga kurang mampu, kemudian menjadi seorang pekerja di kebun membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari., sebagaimana diutarakan S :

“Saya kerja sama orang tua, membantu orang tua ikut nyangkul, ikut apa saja kerja sama orang lain, kepunyaan orang lain, kepunyan sendiri, itu bukan kerja (tergelak) kerja kantor kali… mana mungkin, orang saya gak berpendidikan..”

S terbiasa dengan suasana kerja, khususnya pada bidang pertanian, suatu area yang menurut S sudah merupakan keahliannya. Bidang pekerjaan ini menuntut S untuk berpisah dengan keluarga karena tuntutan pekerjaan yang tidak terbatas pada satu daerah saja, tergantung di daerah mana pemilik kerja yang memiliki kebun untuk digarap (diolah). S terkadang menjadi buruh tani dan pernah selama 20 tahun bekerja sebagai pengawas perkebunan. Daerah-daerah yang pernah ditempati S diantaranya Banyuwangi, Pamanukan, Subang, Banten, Indramayu dan Sulawesi.

5.3.3.1. Status Perkawinan

S memiliki 3 orang istri, dari istri pertama (TT), S memiliki 3 orang anak, UD, AB, UC dan dari istri kedua (NS), S memiliki 3 orang anak, MI, ST, RH. Kedua istri tersebut masih tinggal dalam satu desa di Garut, namun beda kampung. Dari istri ketiga (AM) yang ada di Jawa Timur, S tidak memiliki anak dan sekarang sudah bercerai. Pada saat S menikahi istri kedua, sempat terjadi pertengkaran yang hebat dengan istri pertama, namun setelah itu keadaan berjalan normal. Sedangkan S menikahi istri ketiganya atas saran dari istri pertamanya. Saat ini S sudah bercerai dengan istri ketiga disebabkan karena ia tidak bekerja lagi di Jawa (Jawa Timur).

5.3.3.2. Pembagian Kerja di Rumah

TT dan NS isteri pertama dan kedua S paling sering berada di rumah, kegiatan yang dilakukan yaitu membantu suaminya dengan membuka warung kecil di depan rumahnya. Sedangkan S lebih banyak di kebun atau menerima panggilan orang untuk menggarap kebun dan sawah bagi yang membutuhkannya, sehingga waktunya lebih banyak di luar rumah sedangkan istri S lainnya membantu mencari nafkah dengan menjadi kuli cuci pakaian di rumah tetangga yang membutuhkannya.

Pada saat tertentu sebelum S berangkat ke kebun menyempatkan diri bertemu dengan anak-anak dan isterinya. Biasanya S baru kembali ke rumah pada malam hari.

5.3.3.3. Pengasuhan Anak

5.3.3.3.1. Pendampingan Secara Fisik

TT dan NS lebih banyak menyempatkan diri untuk mendampingi anak- anaknya. Kegiatan menyiapkan makan, hingga memandikan dilakukan bergantian oleh TT dan NS. S jarang bertemu dengan anak-anak, karena dengan pekerjaannya yang terkadang harus ke luar kota atau desa lain.

UD anak tertua S setelah bercerai membantu S dengan bekerja sebagai buruh tani di sekitar tempat tinggalnya, tetapi penghasilannya tidak begitu besar, tetapi UD tetap dapat membantu untuk adik-adiknya walau tidak banyak.

5.3.3.3.2. Kedekatan Secara Emosional

Keenam anak S lebih dekat dengan TT dan NS karena seringnya pertemuan dan kebersamaan mereka, anak-anaknya selalu bertemu ibu-ibu mereka untuk bertanya dan berkeluh kesah setiap saat. Namun, S tetap mendapat tempat di hati anak-anaknya, keberadaan S di rumah selalu disambut oleh anak-anaknya dan jika S pulang sebelum anak-anak tidur, anak-anaknya selalu ingin ditemani, berikut gambar 6 tentang kondisi dan peran S sebelum ditahan.

Gambar 6 : Peran dalam keluarga sebelum S ditahan Keterangan :

: memegang peranan utama : berperan hanya bagi diri sendiri. : kerjasama antar anggota keluarga : berperan sangat kecil.

: mendampingi anak secara fisik dan dekat secara moril : dekat secara moril dengan anak-anak.

5.3.3.3.3. Kondisi Keluarga saat S Ditahan