• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

FAKTOR EKSTERNAL

VII. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN NARAPIDANA MISKIN

7.1 Strategi dan Program Perbaikan Sistem Pembinaan Narapidana Miskin

7.1.1. Strategi Peningkatan Pembinaan Perilaku Kewirausahaan Narapidana.

Strategi yang dilaksanakan adalah dengan meningkatkan keterampilan narapidana melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja, menciptakan jenis kegiatan pembinaan yang berorientasi ekonomi dan menghasilkan produk layak jual, baik barang maupun jasa yang dapat diterima masyarakat dan memperluas pemasaran hasil karya narapidana. Kegiatan yang dilaksanakan dengan memaksimalkan dan menciptakan jenis pembinaan yang lebih barvariasi dan jenis keterampilan yang mudah diserap dan diikuti oleh seluruh narapidana. Selanjutnya, pihak keluarga narapidana dapat dilibatkan dalam hal memasarkan hasil produksi yang dihasilkan oleh narapidana, dan keluarga narapidana yang memiliki modal dapat berperan serta dalam pengadaan modal kerja.

7.1.2. Program

Program yang direncanakan adalah :

7.1.2.1. Pengembangan Kemitraan (Pemerintah/Swasta).

Kemitraan dilakukan dengan membentuk kerjasama baik dengan pemerintah maupun pihak swasta/pengusaha. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengundang calon mitra kerja baik pemerintah atau pengusaha ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, untuk melihat metode/cara kerja dan hasil produksi yang dihasilkan oleh para narapidana, dengan demikian diharapkan calon mitra kerja tersebut dapat melihat mutu atau kualitas hasil produksi atau hasil karya narapidana. Untuk itu, hasil karya yang bermutu dan tidak kalah dengan produksi yang ada di masyarakat harus diciptakan.

Dalam program ini pula, diupayakan adanya keuntungan dan manfaat yang dapat dirasakan oleh semua pihak, baik pihak Lembaga Pemasyarakatan termasuk narapidananya juga pihak mitra kerja.

114

7.1.2.2. Pembentukan Lapas Berbasis Masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan Berbasis Masyarakat atau Lapas Terbuka merupakan suatu sistem pembinaan dengan pengawasan minimum (Minimum Security) yang penghuninya telah memasuki tahap asimilasi dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dimana diantaranya telah menjalani setengah dari masa pidananya dan sistem pembinaan serta bimbingan yang dilaksanakan mencerminkan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat sekitar. Hal ini dimaksudkan dalam rangka menciptakan kesiapan narapidana kembali ke tengah masyarakat (integrasi).

Dengan sistem pembinaan yang berorientasi kepada masyarakat maka Lapas Terbuka seharusnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Tidak ada sarana dan prasarana yang nyata-nyata berfungsi pencegah pelarian ( seperti tembok yang tebal dan tinggi, sel yang kokoh dengan jeruji yang kuat dan pengamanan yang maksimal )

• Bersifat terbuka dalam arti bahwa sistem pembinaan didasarkan atas tertib diri dan atas rasa tanggung jawab narapidana terhadap kelompok dimana ia tergolong.

• Berada di tengah-tengah masyarakat atau di alam terbuka.

Tujuan dan Fungsi Lapas Terbuka.

Sebagai Lembaga Pemasyarakatan yang bertujuan membina narapidana, maka keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka mempunyai tujuan dalam rangka mensukseskan tujuan Sistem Pemasyarakatan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 12 Th 1995 tentang Pemasyarakatan. Namun secara khusus pembentukan LAPAS Terbuka mengandung maksud dan tujuan sebagai berikut :

1. Memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan narapidana di tengah tengah masyarakat;

2. Memberi kesempatan bagi narapidana untuk menjalakan fungsi sosial secara wajar yang selama ini dibatasi ruang geraknya selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dengan begitu maka seorang narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka dapat berjalan berperan sesuai dengan ketentuan norma yang berlaku di dalam masyarakat;

115

3. Meningkatkan peran aktif petugas, masyarakat dan narapidana itu sendiri dalam rangka pelaksanaan proses pembinaan;

4. Membangkitkan motivasi atau dorongan kepada narapidana serta memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada narapidana dalam meningkatkan kemampuan / keterampilan guna mempersiapkan dirinya hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat setelah selesai menjalani masa pidananya.

5. Menumbuh kembangkan amanat 10 ( sepuluh ) prinsip Pemasyarakatan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adapun fungsi Lapas Terbuka adalah :

1. Sebagai upaya memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan antara narapidana dengan masyaraakat yang sebelumnya retak dengan memberikan kesempatan kepada narapidana untuk menduduki tempatnya di tengah-tengah masyarakat yang berfungsi penuh.

2. Memulihkan kembali harkat dan martabat serta keperecayaan diri narapidana sehingga memiliki kemampuan yang bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun kepada anggota masyarakat.

3. Menghindari pengaruh dari prisonisasi yaitu pengaruh negatif dari penempatan narapidana yang relatif terlampau lama di dalam lingkungan bangunan Lembaga Pemasyarakatan tempat pelaksanaan pidana.

Berkenaan dengan fungsi ketiga dalam Sistem Pemasyarakatan yang menggunakan model Multy-purpose prison seperti di Indonesia kemungkinan terjadinya prisonisi sangat besar, mengingat penempatan narapidana dengan berbagi jenis dan latar belakang kejahatan dalam satu Lapas sangat berpotensi terjadinya penularan kejahatan. Tembok dan jeruji Lapas tidak hanya mencegah narapidana untuk melarikan diri, namun juga memisahkan mereka dari kehidupan masyarakat, padahal dari semua narapidana yang masuk ke dalam Lapas tidak seluruhnya terdiri dari orang-orang yang memiliki sifat anti sosial, bisa jadi seseorang di pidana hanya karena kealpaan atau ketidaktahuannya tentang masalah-masalah hukum atau bahkan karena korban keadilan (fitnah).

116

Terhadap orang-orang seperti inilah yang perlu diselamatkan dari pengaruh-pengaruh negatif dari pemidanaan di Lapas, dan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka menjadi pilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh prisonisasi. Selain itu Lapas Terbuka juga mempunyai fungsi untuk memperbaiki warga binaan yang telah menunjukan perkembangan yang positif dalam pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan

Pembentukan Lapas Terbuka di Indonesia seharusnya menjadi model dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana dalam Sisitem Pemasyarakatan, mengingat keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka yang sangat strategis dalam rangka mewujudkan tujuan Sistem Pemasyarakatan.

117

Tabel 18 : Strategi dan Program Perbaikan Sistem Pembinaan dalam upaya meningkatkan Potensi Ekonomi Narapidana Miskin

No. Strategi dan Program Kegiatan Pelaksana Penanggung Jawab

1 Strategi Peningkatan Pembinaan Perilaku Kewirausahaan narapidana dengan : - Meningkatkan keterampilan kerja narapidana. - Memperluas pemasaran

hasil produksi karya narapidana.

- Strategi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja bagi narapidana yang lebih efektif.

- Menciptakan relasi dan hubungan yang lebih luas dengan pasar atau masyarakat.

- Menghasilkan karya narapidana yang memiliki jenis dan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk yang ada di luar (masyarakat).

Petugas Bimbingan Kerja (Bimker), Narapidana dan Masyarakat (keluarga Napi) Pihak Lapas dan Mitra Kerja

Kepala Lapas dan Petugas Bimker. 2 Program 1. Pengembangan Kemitraan (Pemerintah dan Swasta). 2. Pembentukan Lapas berbasis Masyarakat (Lapas Terbuka)

Mengundang investor atau mitra kerja baik pemerintah atau swasta/pengusaha, untuk :

- Mengenalkan hasil karya Narapidana yang

memiliki nilai ekonomis dan murah dibanding dengan produk yang sama di luar (masyarakat).

- Melakukan kesepakatan dan kerjasama yang

saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

- Melakukan pengarahan dan penyuluhan/sosialisasi

tentang manfaat, maksud dan tujuan pembentukan Lapas Terbuka

Pihak Lapas dan Mitra Kerja

Kantor Pusat, Kanwil, Lapas dan Narapidana

Kepala Lapas

Kanwil dan Kepala Lapas