• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI DUNIA INDUSTR

Dalam dokumen LINK AND MATCH DUNIA PENDIDIKAN DAN INDU (Halaman 63-68)

Zamroni Salim

Pendahuluan

Permasalahan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh tingginya angka pengangguran disamping permasalahan lain seperti kualitas tenaga kerja, upah dan lain sebagainya. Sebagai pencari kerja dengan latar belakang pendidikan yang tinggi (dalam penelitian ini adalah mereka yang lulus Diploma 1 ke atas), mereka mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pencari kerja dengan tingkatan pendidikan di bawahnya (sekolah menengah dan sekolah dasar). Bagi dunia industri, para pencari kerja ini juga dilihat sebagai sumberdaya manusia dengan tuntutan dan perlakuan yang berbeda. Adanya dinamika yang muncul dalam dunia kerja memberikan dampak tersendiri baik itu bagi pekerja maupun perusahaan/dunia industri.

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pola penyerapan yang dilakukan oleh dunia industri terhadap pekerja terutama yang berpendidikan tinggi. Disamping itu, produktivitas tenaga kerja juga akan dibahas secara rinci khususnya yang menyangkut industri manufaktur di dua daerah yang dijadikan sampel penelitian yaitu Kepulauan Riau (Batam) dan Banten.

52

Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Jumlah penawaran tenaga kerja cenderung lebih besar daripada jumlah permintaan yang dilakukan oleh perusahaan/dunia industri sebagai pemakai jasa tenaga kerja. Tingginya jumlah penawaran tenaga kerja atau jumlah pencari kerja ini tidak terlepas dari pola pendidikan, khususnya pendidikan tinggi yang diterapkan di Indonesia. Sementara itu di sisi lain, dunia industri juga dihadapkan pada terbatasnya sumber daya seperti permodalan dan sumber daya manusia yang produktif. Bagaimana keseimbangan yang terjadi di pasar dunia kerja? Berikut ini diuraikan bagimana jumlah orang yang bekerja (sebagai indikator jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan) dan pengangguran (sebagai kelebihan jumlah penawaran tenaga kerja).

Tabel 3.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Dan Jenis Kegiatan Selama Semingu yang lalu, 2005-2009

Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 2005-2007, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Feb. 2009 Keterangan:

AK-Angkatan ker-ja, PUK-Penduduk usia kerja, TPB-Tidak pernah bekerja. Angka tahun 2009 adalah angka sampai Februari 2009.

㻌 2009 2007 㻌 㻌 2005 㻌 㻌

㻌 Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional Bekerja 616273 3792825 104485444 535797 3383661 99930217 na 3314836 90784917 Pengangguran 㻌 㻌 㻌 㻌 Pernah bekerja 35441 320859 4225143 29859 256079 3610914 na 205779 2685182 TPB 16796 343036 5033821 23218 376683 6400228 na 344216 6845908 Jumlah 52237 663895 9258964 53077 632762 10011142 na 549995 9531090 Jumlah AK 668510 4456720 113744408 588874 4016423 109941359 na 3864831 100316007 % Bekerja/AK 92.19 85.1 91.86 90.99 84.25 90.89 na 85.77 90.5 Bukan AK 㻌 㻌 㻌 㻌 Sekolah 65451 518449 13665903 75895 592435 13778 na 600179 11730912 Mengurus RT 262528 1460638 32578420 234848 1529044 31989042 na 1384263 32654468 lainnya 35845 334974 8275717 34059 384998 8410544 na 290094 7948594 Jumlah non AK 363914 2314061 54520040 344802 2506477 54176964 na 2274536 52333974 Jumlah Total 1032424 6770781 168264448 933676 6522900 16418323 na 6139367 152649981 % AK/PUK 64.75 65.82 67.6 63.07 61.57 66.99 na 62.95 65.72

Link & match.indd 52

Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 9.5% tahun 2005 dan sedikit menurun menjadi 8,14% di tahun 2009. Namun demikian, komposisi angka pengangguran secara nasional tersebut relatif tidak berubah secara drastis, dan masih cukup tinggi. Masih tingginya tingkat pengangguran ini dari sisi permintaan disebabkan salah satunya

masih lemahnya penciptaan lapangan kerja (job creation). Di sisi lain,

juga masih terkonsentrasinya para pencari kerja (job seekers) untuk

menjadi pekerja/pegawai, termasuk juga di lembaga pemerintah, bukan menjadi wirausahawan yang mandiri.

Dari data di dua daerah penelitian, nampak bahwa di daerah penelitian khususnya Banten tingkat pengangguran terbuka terus meningkat dari 13,98 persen pada tahun 2003 menjadi 18,91 persen pada tahun 2006 (Soesilowati, 2008); kemudian ada perbaikan dalam penyerapan tenaga kerja di tahun 2007 yang ditunjukkan dengan menurunnya angka pengangguran menjadi 15.75%, sedikit menurun lagi menjadi 14, 9% di tahun 2009.

Bagaimana dengan pencari kerja dengan latar belakang pendidikan tinggi? Pada bab sebelumnya (lihat Tabel 2.3) telah ditunjukkan bahwa penduduk berusia 15 tahun ke-atas yang berpendidikan tinggi (Diploma keatas) sampai pada tahun 2009 merupakan persentase yang terkecil, yaitu 2.66% untuk Diploma dan 4.44% untuk Universitas.

54

Tabel 3.2 Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber: BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=06& notab=1

Dari Tabel 3.2 nampak bahwa walaupun angka pengangguran bagi penduduk yang berpendidikan tinggi masih lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendidikan di bawahnya, namun dari tahun ke tahun tingkat pengangguran untuk mereka yang berpendidikan diploma dan khususnya sarjana terus mengalami peningkatan (kecuali untuk diploma pada tahun 2008). Pada Februari 2005, persentase jumlah penganggur yang berpendidikan Diploma dan Sarjana sebanyak 6,53%, di tahun 2009 meningkat menjadi 12,02%. Relatif tingginya tingkat pengangguran bagi mereka yang berpendidikan lebih tinggi ini antara lain dikarenakan tingkat persaingan

Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan

2005 (Feb) 2006 (Feb) 2007 (Feb) 2008 (Feb) 2009 (Feb)

Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat SD 1 012 711 849 425 666 066 528 195 2 620 049 Sekolah Dasar 2 540 977 2 675 459 2 753 548 2 216 748 2 054 682 SLTP 2 680 810 2 860 007 2 643 062 2 166 619 2 133 627 SMTA 3 911 502 4 047 016 3 745 035 3 369 959 1 337 586 Diploma I/II/III/Akademi 322836 297185 330316 519867 486399 Universitas 385418 375601 409890 626202 626621 Total 10 854 254 11 104 693 10 547 917 9 427 590 9 258 964

Link & match.indd 54

yang lebih ketat di sektor formal-dimana para pencari kerja dengan pendidikan tinggi mengkonsentrasikan dirinya untuk bekerja sebagai pegawai atau staf . Sedangkan yang berpendidikan lebih rendah bisa lebih mudah untuk masuk ke sektor informal. Relatif tingginya tingkat pengangguran di kalangan pencari kerja dengan pendidikan tinggi ini juga merupakan indikasi adanya ketidaksinkronan keahlian antara yang diajarkan oleh lembaga pendidikan formal dan apa yang diminta oleh dunia industri. Di sisi lain, persentase lowongan pekerjaan yang tidak terisi masih cukup tinggi. Walaupun untuk Indonesia secara keseluruhan (Nasional) terjadi sedikit penurunan dari 16,10 % di tahun 2005, menjadi 15,20% di tahun 2008 lowongan pekerjaan yang tetap tidak terisi. Di daerah penelitian Banten lowongan pekerjaan yang tidak terisi menurun cukup drastis, sebaliknya di daerah penelitian Kepulauan Riau, dari yang semula jumlah penempatan kerja melebihi kapasitas lowongan pekerjaan yang tersedia, di tahun 2008 hampir separuh (43,72%) dari lowongan kerja yang ada tidak terisi (lihat tabel 3.3).

Walaupun data lowongan pekerjaan yang tidak terisi, tidak terungkap kualitas pekerjaan yang dibutuhkan, namun demikian, tingginya angka pengangguran di satu sisi, dan masih cukup tingginya lowongan pekerjaan yang tidak terisi di sisi lain, dapat dijadikan cerminan adanya ketidak sesuaian antara kualitas pencari kerja dan kualitas pekerja yang dibutuhkan.

Tabel 3.3 Pencari Kerja terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar dan Penempatan tenaga Kerja

㻌 2008 㻌 㻌 2005 㻌 㻌

㻌 Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional

Pencari Kerja 12561 141414 2970286 9863 31779 382706 Lowongan Kerja 9513 117875 2360377 1380 9328 168394 Penempatan Tenaga Kerja 5354 108794 2001512 1511 7167 141277 Lowongan tidak terisi (iddle capacity) 43.72 7.70 15.20 (9.49) 23.17 16.10 Pencari Kerja tidak terserap 57.38 23.07 32.62 84.68 77.45 63.08

56

Dalam dokumen LINK AND MATCH DUNIA PENDIDIKAN DAN INDU (Halaman 63-68)