• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas didefinisikan sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan (Wicaksono 2013). Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (1985) seperti dikutip oleh Wicaksono (2013), mengemukakan: “Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran”. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan. Selanjutnya, Kurniawan (2005) dikutip dari Wicaksono (2013) mengungkapkan Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi), dari suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Pada penelitian ini efektivitas dilihat pada tahap pengelolaan. Gunn (1993) seperti dikutip oleh Dalimuthe (2007) telah mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik, efektif akan berhasil bila secara optimal di dasarkan pada empat aspek, yaitu: Mampu mempertahankan kelestarian lingkungan. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. Menjamin kepuasan pengunjung, dan Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat dikawasan dan zona pengembangan.

Pada variabel efektivitas pengelolaan wisata (Y) responden diberikan pertanyaan berupa pernyataan-pernyataan sebanyak 28 penyataan dengan opsi pilihan jawaban “sangat setuju” (skor 4), “setuju” (skor 3), “tidak setuju” (skor 2), dan “sangat tidak setuju” (skor 1). Responden di intruksikan untuk menjawab dengan memberi penilaian terhadap kemampuan para pihak-pihak yang terlibat dalam mempertahan kelestarian lingkungan dilihat dari segi kebersihannya dan kealamiannya. Ada sebagian dari responden ketika bercerita terkait kebersihan kawasan wisata Gunung Bromo dirasa masih kurang, hal ini dilihat dari beberapa titik tempat di kawasan wisata Gunung Bromo banyak sampah berserakan terutama di kawasan penajakan, kotoran kuda yang mencemari laut pasir, walaupun sudah dihimbau dan diperingati bahkan diberi solusi penanganan, masih saja ada para pelaku wisata (masyarakat) melangggar aturan tsb.

Tercapainya kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui jawaban dari penyataan-pernyataan yang berhubungan nilai tambah dalam pendapatan yang diperoleh, kemudahan akses pendidikan, kemudahan akses kesehatan, dan nilai tambah dalam kepemilikan aset. Menjamin kepuasan pengunjung dilihat jawaban dari pernyataan terkait memberi kepuasan dalam daya tarik kawasan wisata dari adat istiadat, suku, tari-tarian, pemandangan, kebesihan lokasi, kenyamanan udara, ketersediaan penginapan, ketersediaan pusat informasi, ketersediaan rumah makan terjangkau, toko cinderamata, tempaat parkir, penetapan harga tiket masuk, ketersediaan transportasi, dan jalur-jalur tempat/jalan yang sudah baik. Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat dikawasan dan zona pengembangan dilihat melalui jawaban dari pernyataan tentang kesempatan

mengembangkan diri, kemampuan dalam memanfaatkan peluang usaha, mengembangkan potensi dalam organisasi.

Tabel 23 Hasil rataan skor efektivitas pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bromo (KWGB)

Efektivitas Pengelolaan Wisata (Y) Rataan Skor*

Mempertahankan Kelestarian (Y1) 11,2

Meningkatkan Kesejahteraan (Y2) 24,8

Menjamin Kepuasan Pengunjung (Y3) 33,5

Peningkatan Keterpaduan Masyarakat (Y4) 12,7

Total 82,2 ≈ 20,5

Keterangan: *Selang Skor Y1 = 4-7,99 (rendah), 8-11,99 (sedang), 12-15,99 (tinggi), Skor Y2 = 8-15,99 (rendah), 16-23,99 (sedang), 24-31,99 (tinggi), Skor Y3 = 12-23,99 (rendah), 24-35,99 (sedang), 36-47,99 (tinggi), Skor Y4 = 4-7,99 (rendah), 8-11,99 (sedang), 12-15,99 (tinggi), dan Y (tot) = 28-55,99 (rendah), 56-83,99 (sedang), 84-111,99 (tinggi).

Pada Tabel 23 dijelaskan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai rataan skor dari 4 pertanyaan untuk indikator “mempertahankan kelestarian lingkungan” (Y1) sebesar 11,2 nilai tersebut termasuk dalam selang skor kategori sedang. Artinya, rata-rata dari masyarakat memberi penilaian pada tingkat mempertahankan kelestarian lingkungan, berada pada kategori sedang. Dapat dikatakan hasil dari beberapa jawaban penyataan kuisioner menyatakan, ada sebagian dari masyarakat merasakan bahwa tingkat kemampuan mempertahankan kelestarian lingkungan selama masa pengelolaan masih belum mampu atau kurang dalam menjaga kebersihannya/ kealamiannya. Hal ini juga diperkuat dengan penyataan salah satu informan yaitu dukun pandita (sebutan untuk tetua adat):

“Dahulunya nang kene iki, apik, asri, bersih, belum tercemar, artinya masih alami. Karna dahulunya masih jarang para wisatawan berkunjung, tidak seterkenal sekarang. Saiki, yo masih tetep indah, alami, namun kebersihannya sudah berkurang, banyak kotoran kuda di lautan pasir.. dan masyarakat masih ada saja, yang acuh.. begitu..” (Bpk. STM, 70th)

Indikator selanjutnya, ”tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat” (Y2) nilai yang didapatkan dari 8 pertanyaan sebesar 24,8 nilai tersebut termasuk dalam selang skor kategori tinggi. Artinya, mayoritas dari masyarakat merasakan bahwa tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat berada pada kategori tinggi (tercapai). Hal ini dibuktikan dari hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner yang menyatakan bahwa masyarakat sepakat tentang adanya peningkatan nilai tambah dalam hal pendapatan dan kepemilikan aset, memberi kemudahan dalam akses pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga diperkuat dengan penyataan Bpk. DW pada subbab sebelumnya yaitu” jenis mata pencaharian reponden” yang menyatakan bahwa adanya pengelolaan wisata yang melibatkan masyarakat lokal sangat membantu masyarakat dalam hal peluang menambah pendapatan sehari-hari dengan menyediakan jasa dan usaha dibidang wisata seperti jasa trasportasi jip, kuda, ojek, usaha tempat makan (warung), homestay, dll. Sembari menunggu hasil panen diladang, mengingat bahwa sebagian besar penduduk adalah seorang petani.

Pada indikator selanjutnya, “menjamin kepuasan pengunjung” (Y3) nilai rataan skor yang didapatkan dari 12 pertanyaan sebesar 33,5 nilai tersebut termasuk dalam selang skor kategori sedang. Artinya, sebagian masyarakat merasakan bahwa terjaminnya kepuasan pengunjung berada pada kategori sedang. Dapat dikatakan hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner menyatakan bahwa ada sebagian masyarakat berpendapat, kepuasan pengunjung yang dilihat dari aspek kemampuan menarik pengunjung karena adat-istiadat, panorama, ketersediaan transportasi, penginapan, rumah makan, rest area, toko cinderamata, tiket masuk terjangkau, jalur/jalan setapak masih belum sepenuhnya tercapai, terutama dalam kemampuan menyediakan toko cindera mata yang masih sedikit, ress area yang tidak berfungsi secara baik, harga tiket masuk yang beberapa kali naik, hal ini dinilai oleh sebagian masyarakat belum terpenuhi dalam mencapainya. Hal ini juga diperkuat dengan penyataan salah satu informan yang menyatakan:

“ Kekurangan masyarakat disini itu keterampilan, jadi gak heran kalo toko cinderamata atau oleh-oleh khas bromo masih jarang di sepanjang jalan.. pemberdayaan wanita untuk ibu-ibu rumah tangga masih belum ada. Tetapi, disini sudah disediakan koperasi simpan pinjam usaha wisata untuk masyarakat yang berminat untuk ber-usaha dibidang wisata...” (Ibu. SR, 40th )

Selain dari penyataan yang diungkapkan oleh salah satu responden atau masyarakat kekurangan pada indikator Y3 ini juga diperkuat dengan pernyataan salah satu pengunjung yang kebetulan datang untuk berlibur dikawasan wisata Gunung Bromo ini, yang menyatakan :

“ Wisata Gunung Bromo sudah sangat bagus bahkan sudah dikenal oleh wisatawan manca negara juga bertaraf internasional, tetapi sayangnya, ketika kami sudah puas akan keindahan alamnya kami hanya bisa mengenang dalam memori.. memang sudah ada HP, kamera untuk mengabadikan melalui foto-foto namun hanya sebatas itu aja. Disini masih kurang seperti oleh-oleh khas Bromo, makanan khas Bromo, pernak-pernik/ cinderamata tentang Bromo atau jasa fotografi. Saya rasa masyarakat kurang memanfaatkan peluang itu...” (RDN, 23 th)

Seperti halnya RDN informan dari pengunjung lainnya juga mengungkapkan hal yang sama terkait sedikit ketidak-puasannya saat mengunjungi kawasan wisata ini:

Secara keseluruhan terkait pemandangan alam diberbagai obyek wisata yang ada di Bromo sudah memuaskan. Tetapi, terkait sarana prasarana seperti „Rest Area‟ tidak dipergunakan selayaknya, kotoran kuda yang mengotori obyek „Pasir Berbisik‟, tempat sampah dan papan nama/penunjuk di beberapa titik obyek wisata belum ada, dan kenang- kenangan khas Bromo juga masih kurang. Jadi saya rasa sangat kurang dalam sarana prasarana..” (NRL, 22 th)

Berdasarkan dari hasil analisis baik melalui data kuisioner maupun hasil wawancara mendalam diharapkan masyarakat terus memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas mereka dan turut serta dalam pengelolaan kawasan wisata dengan memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya.

Indikator terakhir, “peningkatan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat” (Y4) nilai rataan skor yang didapatkan dari 4 pertanyaan sebesar 12,7 nilai tersebut termasuk dalam selang skor kategori tinggi. Artinya, mayoritas dari masyarakat merasakan bahwa tercapainya peningkatan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat berada pada kategori tinggi (tercapai). Hal ini dibuktikan dari hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner yang menyatakan bahwa mayoritas masyarakat sepakat tentang adanya peningkatan dalam hal kemampuan masyarakat mengembangkan potensi diri, menambah pengembangan organisasi dengan adanya pengelolaan wisata secara bersama ini.

Keempat indikator tersebut mewakili variabel (Y) yaitu efektivitas pengelolaan kawasan wisata. Secara keseluruhan didapatkan rataan skor akhir efektivitas pengelolaan kawasan wisata yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat Desa Ngadisari dalam pengelolaan wisata adalah rata-rata sebesar 82,2

≈ 20,5 artinya, nilai tersebut berada pada selang kategori sedang. Dapat disimpulkan ada sebagian dari masyarakat secara keseluruhan merasakan bahwa efektifitas pengelolaan kawasan wisata perlu ditingkatkan lagi. Hal ini diperkuat dari hasil beberapa jawaban pertanyaan penyataan kuisioner yang menyatakan bahwa dari aspek mempertahankan kelestarian (kebersihan) masih belum tercapai sepenuhnya, dan hal menjamin kepuasan pengungjung juga perlu ditingkatkan seperti rest area yang tidak dipergunakan selayaknya, ketersediaan beberapa toko cinderamata yang masih minim, sehingga perlu diketahui untuk lebih meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan wisata sepenuhnya.

IKHTISAR

Pada indikator “mempertahankan kelestarian lingkungan” (Y1) didapatkan nilai rataan skor dari 4 pertanyaan sebesar 11,2 artinya, rata-rata dari masyarakat memberi penilaian pada tingkat mempertahankan kelestarian lingkungan, berada pada kategori sedang. Dapat dikatakan hasil dari beberapa jawaban penyataan kuisioner menyatakan, ada sebagian dari masyarakat merasakan bahwa tingkat kemampuan mempertahankan kelestarian lingkungan selama masa pengelolaan masih belum mampu atau kurang dalam menjaga kebersihannya/ kealamiannya. Indikator selanjutnya, ”tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat” (Y2) nilai yang didapatkan dari 8 pertanyaan sebesar 24,8 artinya, mayoritas dari masyarakat merasakan bahwa tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat berada pada kategori tinggi (tercapai). Hal ini dibuktikan dari hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner yang menyatakan bahwa masyarakat sepakat tentang adanya peningkatan nilai tambah dalam hal pendapatan dan kepemilikan aset, memberi kemudahan dalam akses pendidikan dan kesehatan. Indikator selanjutnya, “menjamin kepuasan pengunjung” (Y3) nilai rataan skor yang didapatkan dari 12 pertanyaan sebesar 33,5 artinya, sebagian masyarakat merasakan bahwa terjaminnya kepuasan pengunjung berada pada kategori sedang. Dapat dikatakan hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner menyatakan bahwa ada sebagian masyarakat berpendapat, kepuasan pengunjung yang dilihat dari aspek kemampuan menarik pengunjung karena adat-istiadat, panorama, ketersediaan sarana prasarana masih belum sepenuhnya tercapai. Indikator terakhir, “peningkatan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat” (Y4) nilai rataan skor yang didapatkan dari 4 pertanyaan sebesar 12,7 artinya,

mayoritas dari masyarakat merasakan bahwa tercapainya peningkatan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat berada pada kategori tinggi (tercapai). Hal ini dibuktikan dari hasil beberapa jawaban penyataan kuisioner yang menyatakan bahwa mayoritas masyarakat sepakat tentang adanya peningkatan dalam hal kemampuan masyarakat mengembangkan potensi diri, menambah pengembangan organisasi dengan adanya pengelolaan wisata secara bersama ini.

HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN PARTISIPASI DENGAN

Dokumen terkait