• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TEORITIS

2. Tipe Hambatan struktural yaitu:

Hambatan struktural adalah hambatan dalam partisipasi yang muncul saat tahap pelaksanaan pembangunan pada pengembangan wisata. Biasanya berhubungan dengan adanya pembagian peran kelembagan, struktur organisasi, legislatif, dan keterbatasan pada hal ekonomi.

a) Dominasi elite (pemangku kepentingan), Adanya peran dari kaum penguasa yang lebih menonjol dan mendominasi. Adanya dominasi politik cukup tinggi di antara kelompok orang tertentu yang memegang posisi manajemen. Contoh : sebagian proyek usaha dilakukan oleh kaum elite.

b) Kurangnya sumber daya keuangan, tingkat kurangnya sumberdaya keuangan atau hal-hal dari aspek ekonomi seperti: modal. Masyarakat lokal cenderung beroperasi bisnis skala kecil dan menengah.

c) Sikap profesional, tingkat akan adanya para pihak profesional, merasa bahwa ide dan pekerjaan mereka lebih baik daripada orang-orang lokal. Kurangnya organisasi non-pemerintah yang kuat (LSM) di tingkat nasional atau internasional.

d) Kurangnya hukum yang sesuai sistem Tingkat bahwa hukum yang diterapakan tidak sesuai dengan sistem yang dijalankan dalam pengelolaan. Adanya sistem hukum di lokasi wisata tidak benar-benar mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam urusan lokal mereka. 3. Tipe hambatan kultural yaitu:

Hambatan struktural adalah hambatan dalam partisipasi yang muncul saat tahap pelaksanaan pembangunan pada pengembangan wisata. Biasanya berhubungan dengan faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat (faktor internal) seperti keterbatasan kapasitas masyarakat yang berada pada strata bawah untuk mengambil alih pengelolaan, sikap ketidakpedulian masyarakat dan rendahnya kesadaran.

a) Terbatasnya kemampuan masyarakat orang miskin, Adanya keterbatasan kemampuan individu atau masyarakat sendiri. Memiliki keterampilan yang kurang.

b) Adanya sikap apatis masyarakat/individu; terkadang masyarakat acuh dan tidak peduli.

c) Rendahnya tingkat kesadaran di komunitas lokal; masyarakat lokal belum sadar akan pertingnya peran dalam pengelolaan.

Hasil review dari beberapa literatur yang ada terdapat beragam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Beberapa literatur menyatakan bahwa faktor yang tergolong dalam fator internal dan eksternal juga merupakan hal yang dapat menghambat atau mendukung jalannya partisipasi, contonya seperti: dilibatkan atau tidak dilibatkannya masyarakat secara lansung, ada atau tidak adanya keinginan, kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk dilibatkan, serta ada atau tidak adanya motivasi untuk memperoleh pendapatan dan terjaga atau tidaknya lingkungan, adanya penambahan atau kekurangan dalam modal sosial, dan optimal atau kurang optimalnya peranan stakeholder.

Segala faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, baik mendukung ataupun menghambat jalannya partisipasi, perkembangan industri wisata ini yang nantinya akan menjadi tiang penting atau tolak ukur apakah mampu menghasilkan pendapatan dan menjadi sumber dana bagi suatu daerah dan masyarakat sekitar kawasan wisata. Semakin baik perkembangan kawasan wisata tersebut maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pemerintah dan masyarakat dalam menikmati hasil dari pengelolaan wisata tersebut. Kepuasan tersebut dapat dilihat dari kunjungan wisata yang semakin meningkat maka jumlah pengeluaran wisatawan yang diakumulasikan akan semakin bertambah sehingga berdampak pada naiknya permintaan barang atau jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Dari proses tersebut maka akan berakibat pada bertambahnya kesempatan kerja yang berarti menaikkan pendapatan masyarakat, dan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka akan meningkatkan kesejahteraan mereka dan banyak alternatif jenis usaha yang dapat meningkatkan motivasi masyarakat untuk bekerja.

Kerangka Pemikiran

Kegiatan pengelolaan wisata melibatkan banyak pihak di dalamnya dan selalu bersentuhan dengan masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata tersebut. Berbagai bentuk keterlibatan atau peran masyarakat dalam pengelolaan wisata, baik berupa sumbangan pemikiran, tenaga fisik (gotong royong), penyediaan jasa melalui usaha-usaha dari jasa transportasi maupun jasa pendampingan (guide), yang tentunya dapat mendukung kegiatan wisata tersebut. Usaha inilah yang merupakan bagian dari bentuk nyata (real) partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal sekitar kawasan wisata tersebut. Usaha tersebut dibangun mulai dari menjual barang, penyediaan sarana prasarana, penyediaan transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan. Selain itu, turut serta untuk berpendapat dalam pengambilan keputusan pada perencanaan juga merupakan suatu hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah terlibat dalam kegiatan tersebut. Pada penelitian sebelumnya Mustapha et al. (2013) telah melihat bahwa hambatan partisipasi dengan partisipasi seperti pada proses pengambilan keputusan dalam pengembangan wisata di suatu wilayah adalah dua hal dan problema yang tidak dapat dipisahkan, pembagian peran yang cenderung tidak adil, dan sering diabaikan oleh berbagai pihak, sering ditemukan dibeberapa negara berkembang dan pada daerah pengembangan wisata.

Keterlibatan serta bentuk peran yang diberikan oleh masyarakat tentunya tidak lepas dari faktor dari dalam dan dari luar meliputi internal dan eksternal yang dapat mempengaruhinya, sehingga peran yang diberikan oleh masyarakat bisa saja terganggu dan terhambat proses pelaksanaan. Hambatan partisipasi dalam pengembangan wisata menurut Tosun (2000) seperti dikutip oleh Mustapha et al. (2013) meliputi hambatan operasional seperti: kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat, sentralisasi administrasi publik, dan kurangnya informasi yang tersedia. Hambatan struktural seperti: dominasi kaum elite, kurangnya sumber daya keuangan, adanya sikap profesionalitas (memandang rendah kualitas kerja dari masyarakat), dan kurangnya hukum yang sesuai sistem. Hambatan kultural seperti: keterbatasan kemampuan, sikap apatis masyarakat, dan rendahnya kesadaran di komunitas lokal. Hambatan-hambatan inilah yang menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena hambatan dalam partisipasi nantinya diduga terdapat atau memiliki hubungan dengan efektivitas pengelolaan wisata. (Lihat Gambar 1. Kerangka Pemikiran)

Efektivitas Pengelolaan Kawasan Wisata (Y) : - Mampu mempertahankan

kelestarian lingkungan (Y1)

- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Y2)

- Menjamin kepuasan pengunjung(Y3)

- Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat dikawasan dan zona

pengembangan(Y4)

Hambatan Partisipasi Dalam Pengelolaan Wisata (Tosun 2000) (X) :

Hambatan operasional(X1): - Kurangnya koordinasi antara pihak-

pihak yang terlibat (X1.1)

- Sentralisasi administrasi publik (X1.2) - Kurangnya informasi yang tersedia

(X1.3)

Hambatan struktural (X2): - Dominasi pemangku kepentingan (X2,1) - Kurangnya sumber daya keuangan

(X2.2)

- Sikap profesional (X2.3)

- Kurangnya hukum yang sesuai sistem (X2.4)

Hambatan kultural (X3): - Keterbatasan kemampuan (X3.1) - Sikap apatis masyarakat (X3.2) - Rendahnya kesadaran di komunitas

lokal (X3.3) Keragaman Bentuk Partisipasi Masyarakat (RT) dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Keterangan :

= Saling berhubungan (dijelaskan kualitatif) = Berhubungan, diuji (Kuantitatif)

Hipotesis Penelitian

Diduga terdapat hubungan antara hambatan partisipasi masyarakat rumahtangga di sekitar kawasan wisata dengan efektivitas pengelolaan kawasan wisata Gunung Bromo, dengan rincian sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan antara hambatan operasional dengan efektivitas pengelolaan wisata.

2. Diduga terdapat hubungan antara hambatan struktural dengan efektivitas pengelolaan wisata.

3. Diduga terdapat hubungan antara hambatan kultural dengan efektivitas pengelolaan wisata.

Definisi Operasional

Pada hambatan partisipasi (X) (Mustapha et.al 2013) terdapat tiga peubah variabel (X) yang akan diuji yaitu: hambatan operasional (X1), hambatan struktural (X2), dan hambatan kultural (X3). Ketiga variabel ini masing-masing memiliki indikator penilaian, berikut penjelasnnya.

1. Hambatan Operasional

- Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat (X1.1): Penilaian terhadap adanya keengganan para pemangku kepentingan untuk berbagi kekuasaan dalam pengelolaan wisata. Dapat dilihat dari 7 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 7 ≤ X < 14 (Rendah), Skor= 14 ≤ X < 21 (Sedang), dan Skor= 21 ≤ X ≤ 28 (Tinggi.)

- Sentralisasi administrasi publik (X1.2): Penilaian terhadap adanya sistem administrasi terlalu birokratis, segala urusan dalam pengelolaan seperti perizinan usaha, terpusat pada penguasa/pemangku kepentingan. Dapat dilihat dari 7 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 7 ≤ X < 14 (Rendah), Skor= 14 ≤ X < 21 (Sedang), dan Skor= 21 ≤ X ≤ 28 (Tinggi.)

- Kurangnya informasi (X1.3): Penilaian terhadap ketidaktahuan masyarakat tentang adanya informasi apapun terkait pengelolaan. Seperti rapat/ pertemuan penting dengan pihak paling atas, ijin usaha, dll. Dapat dilihat dari 7 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 7 ≤ X < 14 (Rendah), Skor= 14 ≤ X < 21 (Sedang), dan Skor= 21 ≤ X ≤ 28 (Tinggi.)

2. Hambatan Sruktural

Kategori Penilaian Skor Total Hambatan Operasional : - Jika 21 ≤ X < 42 Kategori Rendah

- Jika 42 ≤ X < 63 Kategori Sedang - Jika 63 ≤ X ≤ 84 Kategori Tinggi

- Dominasi Elite (Pemangku Keentingan) (X2.1): Penilaian terhadap peran dari kaum penguasa/ pemangku kepentingan yang lebih menonjol dan mendominasi dibandingkan masyarakat lokal. Dapat dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

- Kurangnya sumberdaya keuangan (X2.2): Penilaian terhadap kurangnya sumberdaya keuangan atau hal-hal dari aspek ekonomi seperti: modal. Masyarakat lokal cenderung beroperasi bisnis skala kecil dan menengah. Hal ini, dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

- Sikap profesional (X2.3): Penilaian terhadap adanya para pihak profesional, merasa bahwa ide dan pekerjaan mereka lebih baik daripada orang-orang lokal. Lalu, kurangnya organisasi non-pemerintah yang kuat (LSM) di tingkat nasional atau internasional. Hal ini, dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

- Kurangnya hukum yang sesuai sistem (X2.4): Penilaian terhadap hukum yang diterapakan tidak sesuai dalam pengelolaan. Sistem hukum di lokasi wisata tidak benar-benar mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam urusan lokal mereka. Hal ini, dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

3. Hambatan Kultural

- Keterbatasan kemampuan (X3.1): Penilaian terhadap keterbatasan kemampuan individu atau masyarakat sendiri, tingkat keterampilan, kapasitas individu. Hal ini, dapat dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

- Sikap apatis masyrakat (X3.2): Penilaian terhadap sikap acuh dan tidak peduli yang dimiliki oleh masyarakat lainnya selain itu, Adanya

Kategori Penilaian Skor Total Hambatan Struktural : - Jika 24 ≤ X < 48 Kategori Rendah

- Jika 48 ≤ X < 72 Kategori Sedang - Jika 72 ≤ X ≤ 96 Kategori Tinggi

kepercayaan dari masyarakat bahwa dirinya memang tidak pantas untuk terlibat dan merasa kalaupun berperan mereka tidak mendapat apa-apa. Hal ini, dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

- Rendahnya kesadaran di komunitas lokal (X3.3): Penilaian terhadap masyarakat lokal yang memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya peran dalam pengelolaan. Kurangnya motivasi, dan perlu penyadaran dari pihak pihak lain yang terlibat. Hal ini, dilihat dari 6 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: Skor= 6 ≤ X < 12 (Rendah), Skor= 12 ≤ X < 18 (Sedang), dan Skor= 18 ≤ X ≤ 24 (Tinggi.)

Sehingga, dari tiga peubah variabel diatas yaitu hambatan operasional (X1), hambatan struktural (X2), dan hambatan kultural (X3) yang merupakan bagian dari hambatan partisipasi masyarakat (X) maka, di dapatkan hasil total untuk pengkategorian penilaian hambatan partisipasi masyarakat (X) adalah :

Variabel (Y)

Pada variabel Y yaitu Efektivitas Pengelolaan Kawasan Wisata terdapat empat indikator penilaian yang akan ditanyakan yaitu: Mampu mempertahankan kelestarian lingkungan (Y1), Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar (Y2), Menjamin kepuasan pengunjung (Y3), dan Peningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat dikawasan dan zona pengembangan (Y4). Keempat indikator penilaian ini adalah empat kesatuan yang nantinya akan menjelaskan sejaumana efektivitas pengelolaan kawasan wisata, berikut penjelasnnya.

1. Mampu mempertahankan kelestarian lingkungan (Y1): Penilaian terhadap kondisi lingkungan terkait kelestarian lingkungan yang terjaga, aman, bersih, alami dan nyaman dirasakan oleh semua orang/ masyarakat. Hal ini, dilihat dari 4 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: 4 ≤ y < 8 (Rendah), Skor= 8 ≤ y < 12 (Sedang), dan Skor= 12 ≤ y ≤ 16 (Tinggi)

Kategori Penilaian Skor Total Hambatan Kultural : - Jika 18 ≤ X < 36 Kategori Rendah

- Jika 36 ≤ X < 54 Kategori Sedang - Jika 54 ≤ X ≤ 72 Kategori Tinggi

Kategori Penilaian Hambatan Partisipasi Masyarakat (X): - Jika 63 ≤ X < 126 Kategori Rendah

- Jika 126 ≤ X < 189 Kategori Sedang - Jika 189 ≤ X ≤ 252 Kategori Tinggi

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar (Y2): Penilaian terhadap peningkatan dalam kondisi kesejahteraan dengan adanya wisata tsb. Yang dilihat dari variable pendapatan, akses pendidikan, akses kesehatan, dan peningkatan dalam kepemilikan aset. Hal ini, dilihat dari 8 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: 8 ≤ y < 16 (Rendah), Skor= 16 ≤ y < 24 (Sedang), dan Skor= 24 ≤ y ≤ 32 (Tinggi)

3. Menjamin kepuasan pengunjung (Y3): Penialaian terhadap pengelolaan wisata apakah pengelolaan wisata telah mampu dan sanggup menanggung dari hal-hal yang bisa memberi kepuasan bagi pengunjung seperti hal-hal mengenai pelayanan yang ada disekitar wisata, meliputi; daya tarik wisata, kelestarian, fasilitas (sarana dan prasarana). Hal ini, diuraikan kedalam 12 pernyataan dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: 12 ≤ y < 24 (Rendah), Skor= 24 ≤ y < 36 (Sedang), dan Skor= 36 ≤ y ≤ 48 (Tinggi)

Indikator ini tentunya juga akan lebih diperkuat dari pernyataan beberapa pengunjung yang ditemui di lokasi kawasan wisata Gunung Bromo.

4. Peningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat dikawasan dan zona pengembangan (Y4): Penilaian terhadap tercapainya kemampuan masyarakat untuk turut serta/ ikut serta dalam kesatuan pembangunan kawasan wisata pada zona pengembangan yaitu zona yang diperbolehkan untuk dikembangkan seperti mendirikan usaha-usaha wisata. Hal ini, dilihat dari 4 pernyataan, dengan skor jawaban, yaitu: Sangat Setuju= 4, Setuju=3, Tidak setuju=2, Sangat tidak setuju=1. Kategori penilaian: 4 ≤ y < 8 (Rendah), Skor= 8 ≤ y < 12 (Sedang), dan Skor= 12 ≤ y ≤ 16 (Tinggi)

Kategori Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Wisata (Y): - Jika 28 ≤ X < 56 Kategori Rendah

- Jika 56 ≤ X < 84 Kategori Sedang - Jika 84 ≤ X ≤ 112 Kategori Tinggi

Dokumen terkait