• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam pariwisata, memacu perkembangan pariwisata ke arah yang lebih baik. Partisipasi tersebut dapat berupa keikutsertaan secara sosial budaya dan ekonomi. Keikutsertaan secara sosial budaya tidak hanya menjadi atraksi wisata, akan tetapi kesediaan masyarakat dalam menerima kegiatan wisata yang akan menyatu dalam kehidupannya. Keikutsertaan secara ekonomi ialah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan perekonomian, baik yang terkait lansung dengan wisata maupun yang tidak terkait secara lansung dengan wisata. Kegiatan perekonomian wisata menompang perekonomian kawasan wisata dan memiliki posisi penting dalam wisata, sedangkan kegiatan perekonomian non-wisata merupakan kegiatan pendukung perekonomian di kawasan wisata.

Menurut Suwantoro (1997) dalam Untari (2009) menyebutkan, partisipasi masyakat sekitar kawasan objek wisata dapat berbentuk usaha dagang atau pelayanan jasa, baik didalam maupun diluar kawasan objek wisata, seperti: penyediaan penginapan, penyediaan/ usaha warung makanan dan minuman, penyediaan souvenir/ cinderamata dari daerah tersebut, jasa pemandu/penunjuk jalan, fotografi, dan menjadi pegawai pengusahaan wisata alam. Selain itu, dapat pula ditemukan bentuk partisipasi masyarakat dalam penyediaan pusat interpretasi/ tempat pengunjung, penyediaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa transportasi, mengikuti rapat-rapat terkait pengelolaan wisata, pemberian informasi atau ide/inovasi, pengambilan keputusan, menanam pepohonan bersama, serta memelihara lingkungan, jalur setapak dan sarana prasarana lainnya. Pada Tabel 18 dipaparkan jumlah dan persentase bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Ngadisari dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bromo. Hasil dari suvei melalui kuisioner yang berupa pilihan-pilihan keragaman bentuk partisipasi sejumlah 13 pilihan yang sering dilakukan dan diikuti oleh masyarakat Desa terutama yang pernah dialami secara langsung oleh responden. Hasil dari pilihan masyarakat (responden) didapatkan jumlah pilihan bentuk-bentuk partisipasi yang cukup beragam.

Pada pernyataan bentuk-bentuk partisipasi dengan ”mengikuti rapat-rapat terkait pengelolaan kawasan wisata” menempati posisi pilihan paling banyak yang dilakukan dan diikuti oleh masyarakat Desa Ngadisari yaitu sebanyak 41 orang (dari 50 responden) atau 82% dari jumlah total responden keseluruhan. Hal ini tidak mengherankan karena dalam pengelolaan kawasan wisata Gunung Bromo ini pihak pemerintah (Pemda, Dinas pariwisata, Balai TN wilayah 1) sudah memberikan tempat dengan melibatkan masyarakat untuk turun langsung dalam pengelolaan secara bersama-sama. Bentuk partisipasi dalam ”penyediaan jasa transportasi” menempati posisi kedua pilihan terbanyak yaitu dengan jumlah pemilih sebanyak 36 orang atau 72% dari jumlah total reponden keseluruhan, hal ini sangat jelas terlihat dilapang bahwa hampir seluruh masyarakat disetiap rumah

memiliki kendaraan berupa jip, motor dan peliharaan kuda sebagai alat penyedia jasa trasportasi bagi wisatawan. Bentuk partisipasi dengan ”ikut serta dalam proses pengambilan keputusan” menempati posisi ketiga dengan jumlah pilihan terbanyak yaitu sebanyak 35 orang atau 70% dari jumlah total reponden keseluruhan, hal ini secara bersamaan ketika masyarakat mengikuti rapat-rapat terkait pengelolaan.

Selanjutnya pada posisi ke-empat bentuk partisipasi dengan pilihan “ikut gotong royong kebersihan” dipilih oleh masyarakat sebanyak 34 orang atau 68% dari jumlah total reponden keseluruhan, bentuk partisipasi dengan pilihan terlibat sebagai “jasa pemandu/penunjuk jalan/guide/penerjemah” menempati posisi kelima terbanyak dengan jumlah pemilih 33 orang atau 66% dari jumlah total reponden keseluruhan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Keragaman bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Wisata Gunung Bromo (KWBGB) dari jumlah pilihan terbanyak.

No Bentuk- Bentuk Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Mengikuti rapat-rapat terkait

pengelolaan wisata 41 82.0

2 Pelayanan jasa transportasi 36 72.0

3 Turut/ikut serta dalam proses

pengambilan keputusan. 35 70.0

4 Gotong royong kebersihan 34 68.0

5 Jasa pemandu/penunjuk jalan /guide/

penejemah 33 66.0

6 Penyediaan penginapan atau homestay 24 48.0 7 Penyediaan/usaha warung makanan dan

minuman 11 22.0

8 Memelihara lingkungan, jalur setapak

dan sarana prasarana lainnya. 5 10.0

9 Penyediaan sarana dan prasarana 4 8.00

10 Menanam pepohonan di sekitar kawasan 2 4.00 11 Penyediaan/toko souvenir/cinderamata 2 4.00 12 Penyediaan pusat interpretasi/ tempat

pengunjung. 0 0.00

13 Penyedia jasa fotografi 0 0.00

Sumber : Hasil olah data primer 2015

Pada posisi ke-enam “penyediaan penginapan atau homestay” memperoleh nilai pilihan sebanyak 24 orang atau 48% dari jumlah total reponden keseluruhan, tidak heran apabila kita menyusuri sepanjang jalan, sebagian rumah masyarakat memiliki plang nama untuk homestay mereka dan dijadikan sebagai tempat penginapan para wisatawan. Posisi ke-7 ditempati bentuk partisipasi berupa “penyediaan/usaha warung makanan dan minuman”, dengan nilai pilihan sebanyak 11 responden atau 22% dari jumlah total keseluruhan responden. Pada posisi ke-8 nilai keragaman bentuk partisipasi mulai menunjukkan nilai yang

rendah, dimulai dari berpartisipasi “memelihara lingkungan jalan setapak dan sarana-prasarana” mayoritas sebanyak 5 orang atau 10% jumlah total responden keseluruhan, masyarakat yang berpartisipasi artinya masih sebagian kecil masyarakat peduli akan kebersihan, dan menjaga lingkungan setapak dan sarana- prasarana, diikuti dengan “penyediaan sarana-prasarana” seperti tempat sampah, toilet/WC umum sebanyak 8%, ”Menanam pepohonan di sekitar kawasan” sebanyak 4% hal ini, karena responden mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak TNBTS.

Penyediaan/toko souvenir/cinderamata” juga sebanyak 4%, hal ini penting untuk menjadi sorotan mengingat kawasan wisata Gunung Bromo adalah kawasan wisata bertaraf internasional namun untuk cinderamata dan oleh- oleh saja masih sangat minim, masyarakat masih kurang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencoba menjual beberapa hasil kerajinan berupa souvenir walaupun, dibutuhkan keterampilan khusus dan modal untuk bisa mewujudkannya. Hal ini, sudah menjadi sorotan untuk pemerintah setempat (desa) untuk memberdayakan masyarakat terutama wanita untuk bisa mengaah keterampilannya agar dapat ber-usaha dibidang penjualan oleh-oleh/ souvenir khas Gunung Bromo.

Pada posisi ke-12 dan ke-13 yaitu bentuk partisipasi “penyediaan pusat interpretasi/ tempat pengunjung” dan “penyedia jasa fotografi” memperoleh nilai pilihan sebanyak 0% jumlah total responden keseluruhan, artinya tidak ada yang melibatkan diri dalam bentuk partisipasi tersebut. Hal ini dikarenakan untuk pusat interpretasi/ tempat pengunjung sudah disediakan oleh pihak balai TN sehingga mereka tidak perlu lagi menyediakan tempat tsb. Pada bentuk partisipasi penyedia jasa fotografi, masyarakat tidak memanfaatkan kesempatan ini dikarenakan sebagian besar pengunjung sudah membawa kamera atau alat fotografi sendiri sehingga masyarakat beranggapan tidak perlu untuk menawarkan jasa tersebut. Padahal bentuk partisipasi ini memungkinkan untuk dilakukan apabila penyedia jasa ini langsung mencetak hasil fotonya dan membingkainya dengan sedemikian kreatif sehingga berpeluang dalam menghasilkan pendapatan sehari-hari bagi masyarakat setempat.

Terkait hubungan antara bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan tercapainya efektivitas dalam pengelolaan kawasan wisata adalah dengan melihat bagaimana masyarakat terlibat lansung baik secara personal ataupun secara organisasi. Bentuk partisipasi masyarakat untuk efektivitas dalam kemampuan menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan terus menjaga kebersihan dan kealamian lingkungan sekitar wisata. Bentuk nyatanya yaitu ada sebagian dari masyarakat menjadi petugas kebersihan disekitar kawasan wisata. Selain itu, bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan tercapainya efektivitas juga dilihat secara peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan bukti penyataan akan tercapainya kesejahteraan dalam pendidikan, kesehatan, peningkatan pendapatan sehari-hari, dan dalam kepemilikan aset, baik dilihat sebelum terlibat dan ketika sesudah terlibat.

Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan tercapainya efektivitas dilihat secara kemampuan menjamin kepuasan pengunjung. Peran masyarakat dapat dibuktikan dengan penyediaan jasa-jasa wisata baik dari jasa pemandu jalan, jasa transportasi, penyediaan warung makan, penginapan dan penyediaan barang untuk oleh-oleh pengunjung. Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan tercapainya efektivitas yang terakhir yaitu

tercapainya keterpaduan pembangunan masyarakat adalah dengan bukti masyarakat terlibat lansung, dan membentuk organisasi melalui paguyuban seperti paguyuban mobil jip, kuda, ojek, homestay/ penginapan, dan rumah makan.

IKHTISAR

Bentuk-bentuk partisipasi yang sering dilakukan dan diikuti oleh masyarakat desa terutama yang pernah dilakukan responden, adapun hasil yang didapatkan dari pilihan masyarakat (responden) diperoleh jumlah pilihan yang cukup beragam. Inilah 5 besar pilihan bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat (dari jumlah total responden keseluruhan 50 responden). Pada bentuk partisipasi pertama yaitu ”mengikuti rapat-rapat terkait pengelolaan kawasan wisata” menempati posisi pilihan paling banyak yang dilakukan dan diikuti oleh masyarakat Desa Ngadisari yaitu sebanyak 41 orang (dari 50 responden) atau 82%. Bentuk partisipasi dalam ”penyediaan jasa transportasi” menempati posisi ke-dua dengan jumlah pemilih sebanyak 36 orang atau 72%. Bentuk partisipasi dengan ”ikut serta dalam proses pengambilan keputusan” menempati posisi ke- tiga dengan jumlah pemilih sebanyak 35 orang atau 70%, hal ini secara bersamaan ketika masyarakat mengikuti rapat-rapat terkait pengelolaan. Selanjutnya, pada posisi ke-empat bentuk partisipasi dengan pilihan “ikut gotong royong kebersihan” dipilih oleh masyarakat sebanyak 34 orang atau 68%, bentuk partisipasi dengan pilihan ”terlibat sebagai jasa pemandu/penunjuk jalan /guide/ penejemah” menempati posisi kelima terbanyak dengan jumlah pemilih 33 orang atau 66%.

Pada posisi ke-6 “penyediaan penginapan atau homestay” memperoleh nilai pilihan sebanyak 24 orang atau 48%, tidak heran apabila kita menyusuri sepanjang jalan, sebagian rumah masyarakat memiliki plang nama untuk homestay mereka dan dijadikan sebagai tempat penginapan para wisatawan. Posisi ke-7 ditempati bentuk partisipasi berupa “penyediaan/usaha warung makanan dan minuman”, dengan nilai pilihan sebanyak 11 responden atau 22%. Pada posisi ke- 8 nilai keragaman bentuk partisipasi mulai menunjukkan nilai yang rendah, dimulai dari berpartisipasi “memelihara lingkungan jalan setapak dan sarana- prasarana” mayoritas sebanyak 5 orang atau 10%, masyarakat yang berpartisipasi artinya masih sebagian kecil masyarakat peduli akan kebersihan, dan menjaga lingkungan setapak dan sarana-prasarana, diikuti dengan “penyediaan sarana- prasarana” seperti tempat sampah, toilet/WC umum sebanyak 8%, ”Menanam pepohonan di sekitar kawasan” sebanyak 4% hal ini, karena responden mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak TNBTS.

Penyediaan/toko souvenir/cinderamata” juga sebanyak 4%, namun, pada bentuk partisipasi “penyediaan pusat interpretasi/ tempat pengunjung” dan “penyedia jasa fotografi” memperoleh nilai pilihan sebanyak 0%, artinya tidak ada yang melibatkan diri dalam bentuk partisipasi tersebut. Hal ini dikarenakan untuk pusat interpretasi/ tempat pengunjung sudah disediakan oleh pihak balai TN sehingga mereka tidak perlu lagi menyediakan tempat tersebut. Pada bentuk partisipasi penyedia jasa fotografi, masyarakat tidak memanfaatkan kesempatan ini dikarenakan sebagian besar pengunjung sudah membawa kamera atau alat fotografi sendiri sehingga masyarakat beranggapan tidak perlu untuk menawarkan jasa tersebut.

HAMBATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

Dokumen terkait