• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pembelajaran Akidah Akhlak Pembelajaran Akidah Akhlak

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Khusus Penelitian

2. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pembelajaran Akidah Akhlak Pembelajaran Akidah Akhlak

Kemudian untuk mengetahui efektivitas penggunaan problem

based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak , maka Guru Mata

Pelajaran Akidah Akhlak melakukan pengukuran atau evaluasi pembelajaran.

Mengenai evaluasi, dalam penelitian ini Peneliti dapat mengetahui mengenai efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak melalui tercapainya tujuan dari model

problem based learning itu sendiri dan melalui tercapainya tujuan

pembelajaran karena pada setiap pertemuan memiliki tujuan pembelajaran yang sudah rencanakan.

Model problem based learning memiliki tujuan diantaranya keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan menjadi pebelajar yang mandiri. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model problem based

learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak yang berdasarkan dengan

tujuan problem based learning dapat dilihat dengan berbagai cara.

Berikut hasil petikan wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dan beberapa siswa kelas VIII:

4) Keterampilan Berfikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah.

Pembelajaran dengan model problem based learning dapat melatih siswa untuk berfikir kritis, yakni membuat keputusan rasional tentang apa yang di perbuat atau apa yang diyakini, sehingga siswa dapat membedakan faktor-faktor yang dapat

diverifikasikan (diuji kebenaranya). Berkaitan dengan tujuan tersebut Guru Akidah Akhlak dapat menilai dengan berbagai aktivitas siswa saat proses pembelajarn berlangsung. Berikut hasil petikan wawancaranya:

(W1/A.15/3)

Terdapat beberapa siswa yang dapat berfikir secara kritis dengan melihat sebahagian besar siswa yang bertanya kepada guru jika ada yang belum dipahami, selain itu siswa terlihat aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya.Dilihat dari hasil diskusi kelompok siswa memiliki pola fikir yang rasional dimana itu menandakan bahwa siswa dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk sehingga siswa dianggap memiliki keterampilan berfikir yang cukup baik.

Kemudian mengenai ketrampilan siswa dalam memecahkan masalah dapat dilihat dari hasil petikan wawancara dengan guru akidah akhlak, berikut hasil petikan wawancaranya:

(W1/A.16/3)

Terkait dengan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah sudah cukup baik dengan melihat saat proses pembelajaran berlangsung sebahagian besar siswa aktif dalam berdiskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan kapada guru karena belum jelas terkait dengan masalah yang dibahas. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pun sudah cukup baik karena fokus pada masalah dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pernyataan yang disampaikan oleh Guru bidang studi Akidah Akhlak tersebut berkenaan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah sejalan dengan pernyataan

beberapa peserta didik yang memiliki berbagai cara dalam keterampilan berfikir dan pemecahan masalah. Berikut petikan wawancaranya:

(W2/A.21/3)

Jika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam memecahkan pertanyaan atau masalah yang diberikan oleh guru maka bertanya kepada teman kelompok atau bertanya kepada guru

(W3/A.21/3)

Jika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam memecahkan pertanyaan atau masalah yang diberikan oleh guru maka didiskusikan dengan kelompok

(W4/A.21/3)

Jika ada kesulitan maka bertanya kepada teman kelompok jika teman kelompok tidak tahu maka bertanya kepada guru

(W5/A.21/3)

Dengan cara mencoba untuk difikir terlebih dahulu jika tidak bisa bertanya kepada teman kelompok

(W6/A.21/3)

Dengan bertanya kembali kepada guru dan teman yang lainnya

Berdasarkan dari hasil petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa siswa yang dapat berfikir secara kritis dengan melihat sebahagian besar siswa yang bertanya kepada guru, siswa terlihat aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya, dilihat dari hasil diskusi kelompok siswa memiliki pola

fikir yang rasional dimana itu menandakan bahwa siswa dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk sehingga siswa dianggap memiliki keterampilan berfikir yang cukup baik.

5) Belajar Peranan Orang Dewasa yang Autentik.

Model pembelajaran problem based learning amat penting untuk menjembatani antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berkaitan dengan tujuan tersebut Guru Akidah Akhlak dapat menilai dengan berbagai aktivitas siswa saat proses pembelajarn berlangsung. Berikut hasil petikan wawancaranya:

(W1/A.17/2)

Cara siswa mengkaitkan antara masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan lingkungan disekitarnya yaitu dengan mengidentifikasi masalah yang diberikan dari guru kemudian mengumpulkan informasi-informasi yang ada pada kehidupan sehari-hari yang terkait dengan masalah apa yang sedang didiskusikan.

Contohnya ketika materi pembelajaran mengenai iman kepada kitab-kitab Allah SWT dan kompetensi dasarnya adalah meyakini adanya dan kebenaran kitab-kitab Allah SWT, menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada kitab Allah SWT, memahami hakikat beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, menyajikan data dari berbagai sumber tentang kebenaran kitab-kitab Allah SWT.

Kemudian saya berikan masalah untuk didiskusikan terkait dengan materi dan para siswa dapat mengkaitkan serta memberi contoh nyata yang ada pada kehidupan berdasarkan masalah yang saya berikan, mereka juga dapat

mengidentifikasi masalah yang saya berikan kemudian mengumpulkan informasi yang ada di sekitar kehidupan mereka dan itu tidak melenceng dari materi.

Pernyataan yang disampaikan oleh Guru bidang studi Akidah Akhlak tersebut berkenaan dengan belajar peranan orang dewasa yang autentik sejalan dengan pernyataan beberapa peserta didik yang memiliki berbagai cara dalam belajar peranan orang dewasa yang autentik. Berikut petikan wawancaranya:

(W2/A.22/3)

Dengan mencermati apa pertanyaannya kemudian mencari informasi yang berhubungan dengan masalah tersebut.

(W3/A.22/3)

Dengan memahami apa pertanyaannya kemudian mencari informasi yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut.

(W4/A.22/3)

Dengan memahami pertanyaan yang diberikan guru kemudian mencari informasi yang berhubungan dengan masalah tersebut.

(W5/A.22/3)

Dengan mengumpulkan informasi yang sekiranya berkaitan dengan materi kemudian dibahas dengan teman kelompok (W6/A.22/3)

Dengan memahami pertanyaan yang diberikan serta mencari beberapa informasi.

Berdasarkan dari hasil petikan wawancara di atas berkenaan dengan poin belajar peranan orang dewasa yang autentik dapat

disimpulkan bahwa cara siswa mengkaitkan antara masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan lingkungan disekitarnya yaitu dengan memahami, mencermati, dan mengidentifikasi masalah yang diberikan dari guru kemudian mengumpulkan informasi-informasi yang ada pada kehidupan sehari-hari yang terkait dengan masalah yang sedang didiskusikan.

6) Menjadi Pembelajar yang Mandiri.

Problem based learning berusaha membantu siswa menjadi

pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas secara mandiri dalam kehidupan kelak. Berkaitan dengan tujuan tersebut Guru Akidah Akhlak dapat menggunakan dengan berbagai cara. Berikut hasil petikan wawancaranya:

(W1/A.18/3)

Cara yang dulakukan adalah selalu mendekati siswa yang kurang aktif dan membantu siswa dengan menanyakan apa saja yang belum dipahami, dan memeberikan stimulus agar siswa aktif bertanya terkait dengan masalah yang didiskusikan.

Pernyataan yang disampaikan oleh Guru bidang studi Akidah Akhlak tersebut berkenaan dengan tujuan menjadi pembelajar yang manidiri sejalan dengan pernyataan beberapa peserta didik yang memiliki berbagai cara agar menjadi pembelajar yang mandiri. Berikut petikan wawancaranya:

(W2/A.23/3)

Cara siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru yaitu dengan mendiskusikan kepada teman-teman kelompok (W3/A.23/3)

Cara siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru yaitu dengan berdiskusi dengan teman kelompok

(W4/A.23/3)

Dengan cara mendiskusikan kepada teman-teman kelompok (W5/A.23/3)

Dengan cara mendiskusikan, bertukar fikiran dengan anggota kelompok, dan melakukan tanya jawab kemudian mencatat hal-hal yang penting di buku

(W6/A.23/3)

Cara siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru yaitu dengan cara berdiskusi dengan kelompok

Berdasarkan dari hasil petikan wawancara di atas berkenaan dengan poin menjadi pembelajar yang mandiri dapat disimpulkan bahwa cara siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri yaitu mendiskusikan permasalahan yang sedang dibahas, saling bertukar ide gagasan dengan kelompok, serta melakukan tanya jawab baik dengan guru maupun dengan anggota kelompoknya.

Kemudian mengenai efektivitas penggunaan model problem based

learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak ditinjau dari tujuan

pembelajarannya sudah cukup baik karena tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sudah tercapai dengan cukup efektif. Berikut petikan wawancaranya:

(W1/A.19/3)

Tujuan yang sudah terwujud terkait dengan penggunaan model problem

based learning yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan seperti pada materi iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Sebahagian besar siswa sudah dapat meyakini adanya dan kebenaran kitab-kitab Allah SWT, menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada kitab Allah SWT, memahami hakikat beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, menyajikan data dari berbagai sumber tentang kebenaran kitab-kitab Allah SWT.

(W1/A.20/3)

Untuk mengevaluasi guru memberikan soal untuk dikerjakan oleh setiap siswa sehingga guru dapat mengukur tentang pemahaman siswa mengenai materi yang sudah diajarkan.Hal-hal yang dapat dijelaskan dan dipahami oleh siswa adalah materi-materi yang pada saat itu sedang dipelajari. Seperti pada saat pembahasan materi menerapkan akhlak terpuji kepada orang lain sebahagian besar siswa dapat menjelaskan pengertian, contoh, dan dampak positifnya sifat

husnuzzan, tawadluk, tasamuh, dan ta’awun, menceritakan kisah

tentang akhlak terpuji (husnuzzan, tawadluk, tasamuh, dan ta’awun).

(W2/A.24/3)

Setelah pembelajaran selesai siswa mampu memahami materi ajar serta dalil-dalil yang bersangkutan

(W3/A.24/3)

Setelah pembelajaran slesai siswa lebih paham dan mengerti tentang materi pelajaran

(W4/A.24/3)

Siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi ajar setelah pembelajaran selesai

Setelah pembelajaran selesai siswa lebih mudah memahami materi ajar

(W6/A.24/3)

Setelah pembelajaran selesesai siswa paham dengan materi yang sudah diajarkan

Berdasarkan dari hasil petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar siswa sudah mampu menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan materi ajar yang sesuai dengan tujuan intruksional yang ada pada tujuan pembelajaran dan siswa memahami materi yang sudah di bahas.

3. Keunggulan penggunaan Model Problem Bassed Learning dalam