EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Oleh:
RIZALUL MU’MIN NPM.1504511
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
Oleh:
RIZALUL MU’MIN NPM. 1504511
Pembimbing I : Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag.
Pembimbing II : Dr. H. Aguswan Khotibul Umam, M.A.
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
ABSTRACT
RIZALUL MU’MIN. 2017. The Effectiveness of Using Problem Based Learning Model in Akidah Akhlak Learning at The Eight Graders of State Islamic Junior High School 1 Lampung Timur. Postgraduate Thesis of IAIN Metro.
Education had the important role to determine for individual’s development and realization, even for nation and state. In education, learning process couldn’t be separated. Teacher as the manager of learning process should apply an effective learning model in order the goal of learning was achieved. In Aqidah Akhlak learning, teacher could use problem based learning model, due to in the material of this subject related to the students’ daily life. So this learning model was appropriate to be applied.
The focus problems of this research were “in learning process, the teacher still used monotous and unattractive method, then the problems appeared, such as there was no students centered because only teacher was active; the students less focused on material; the students felt bored and unhappy when learning happened; some students felt sleepy, so they would be less attention to the teacher; the students cheated others when got an exercise”. For the purpose of this research were to know applied process of problem based learning model in mastering Aqidah Akhlak material; to know the effectiveness of applying problem based learning model in mastering Aqidah Akhlak material; to know the plus point of using problem based learning model in Akidah Akhlak material; and to know the minus point of using problem based learning model in Akidah Akhlak subject.
This research used qualitative research in the form of field research approach which conducted at MTs N 1 Lampung Timur. In collecting data, the researcher used interview, observation and documentation. The data was analyzed by using data reduction, data presentation and drawing conclusion. Triangulation source and triangulation technique was used for validity testing.
This research result could be concluded that the used problem based learning model in Aqidah Akhlak learning was done from some learning steps, those were planning, implementation and evaluation. The used of problem based learning in Aqidah Akhlak learning had been done effectively enough. The plus point of this model was very usefull for students in the learning process. Whereas the minus point could be anticipated by the teacher.
ABSTRAK
RIZALUL MU’MIN. 2017. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur. TesispadaPascasarjana IAIN Metro.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan Bangsa dan Negara. Dalam pendidikan tidak terlepas pada proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai pemegang kendali proses pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang efektif agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran Akidah Akhlak, guru dapat menggunakan model problem based lerning mengingat materi-materi Akidah Akhlak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa maka model problem based learning ini efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran metode yang digunakan monoton dan tidak menarik maka terdapat masalah-masalah yang muncul saat pembelajaran seperti pembelajaran akan kurang terfokus pada siswa (student centered) karena yang aktif hanyalah guru saja, siswa kurang terfokus pada materi, siswa merasa bosan dan merasa tidak senang ketika proses pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengantuk sehingga kurang memperhatikan guru ketika mengajar, ketika diberi soal latihan banyak siswa yang mencontek pada siswa yang lainnya. Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui keunggulan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif yang dilaksanakan di MTs Negeri 1 Lampung Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data yang diperoleh pada penelitian ini dengan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak dilakukan melalui tahapan-tahapan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak telah dilakukan dengan cukup efektif. Adapun keunggulan pada penggunaan model problem based learning sangat membantu siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak saat pembelajaran berlangsung. Mengenai kelemahan pada penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak dapat diantisipasi oleh guru Akidah Akhlak.
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Ar ab
Huruf Latin Huruf
Ar ab Huruf La tin ا Tidak dilambang kan ط ṭ ب B ظ ẓ ت T ع ´ ث ś غ G خ Kh ف F ح ḥ ق Q ج J ك K د D ل L ذ ż م M ر R ن N ز Z و W س S ه H ش Sy ء ` ص Ş ئ Y ض ḍ Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
ا -ى Â ي Î و Û ي ا Ai -و ا Au
Pedoman Transliterasi ini dimodifikasi dari : Pedoman Transliterasi Arab-Latin, Pedoman Penelitian Tesis Program Pascasarjana IAIN Metro 2016.
MOTTO
ٱ
ُ عۡد
ُ
ُِبُ ىكِ بىرُِليِبىسُ ٰ
لَِإ
ى
ٱ
ُِةىمۡكِ
لۡ
ۡ
ُُىو
ٱ
ُِة ىظِعۡوىم
ۡ
ل
ُٱ
ُ ِةىن ىسى
لۡ
ۡ
ُ
ُِبُم ه
ۡ
لِدٰ ىجىو
ٱ
ُ ِت
َّل
ُ
ُُۚ ن ىسۡح
ى
أُ ى ِهِ
ُنىمِبُ م
ىلۡعىأُىو هُ ىكَّبىرَُّنِإ
ُِهِليِبىسُنىعُ َّل ىض
ۦُ
ُِبُ م
ىلۡعىأُىو هىو
ٱ
ُىنيِدىتۡه م
ۡ
ل
ُ
١٢٥
ُ
ُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
PERSEMBAHAN
Dengan segenap kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, Penulis persembahkan ucapan terimakasih melalui Tesis ini kepada:
1. Ayahku yang aku sayangi yaitu Mujiyanto, beliau adalah seorang yang amat luar biasa yang selalu memberikan nafkah lahir batin, mendoakan, memberikan semangat, dan memberikan pendidikan informal dari aku kecil sampai dewasa sehingga aku paham akan urgennya sebuah pendidikan. Perkataannya yang selalu menjadi penyemangatku adalah “Bapak ingin anak-anakku bisa menempuh pendidikan yang tinggi dan bermanfaat untuk orang banyak karena ilmu yang dimilikinya”. Kemudian untuk ibuku yang aku sayangi yang bernama Siti Maimunah terimakasih banyak untuk doa dan motivasi yang selalu diberikan sehingga aku dapat menyelesaikan studi S2 di IAIN Metro.
2. Kepada istriku yang aku sayangi yaitu Siti Nangimah, terimakasih sudah memberikan semangat dan ikut mendoakanku.
3. Kepada adikku Asyifa Aziz Hamdan yang menjadi motivasiku dan mendoakanku.
4. Kepada abi Nurhadi dan umi Bariah terimakasih atas bantuan moril dan materil selama perkuliahan berlangsung sampai selesai.
5. Kepada Ustadz Yudiyanto dan Jamaah Halaqoh Al-Kahfi yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan demi kelancaran kuliahku.
6. Segenap Civitas Akademika Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
KATA PENGENTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan inayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Penulisan Tesis ini adalah sebagai salah satu bagian persyaratan dalam rangka penyusunan Tesis pendidikan Pascasarjana Jurusan Tarbiyah IAIN Metro.
Dalam upaya menyelesaikan Tesis ini, Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag, selaku Direktur dan Kaprodi Hukum Keluarga Pascasarjana IAIN Metro.
3. Dr. Makhrus As’ad, M.Ag selaku wakil Direktur Pascasarjana IAIN Metro. 4. Dr. H. Khoirurrijal, M.Ag, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana IAIN Metro.
5. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag selaku Pembimbing I dalam Penulisan Tesis 6. Dr. H. Aguswan Khotibul Umam, M.A selaku Pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan arahan guna terselesaikannya Tesis ini
7. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka pengumpulan data.
Kritik dan saran demi perbaikan Tesis ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga Tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi Penulis dan para pengembangan ilmu Pengetahuan Agama Islam.
Metro, 12 Juli 2017 Penulis
Rizalul Mu’min NPM. 1504511
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
PERNYATAAN ORISINILITAS ... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii
MOTTO ... ix
PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Penelitian yang Relevan ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI ... 14
A. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 14
1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 14
2. Dasar Akidah Akhlak ... 20
3. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 23
B. Model Problem Based Learning... 26
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 26
2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 28
3. Ciri-ciri Problem Based Learning ... 32
4. Tujuan Problem Based Learning ... 35
5. Langkah-langkah Proses Problem Based Learning ... 36
6. Penerapan problem based learning ... 40
C. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs ... 43
1. Pengertian Efektivitas ... 43
2. Tahapan Efektivitas Penggunaan Model Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 44
3. Keunggulan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 63
4. Kelemahan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66
A. Rancangan Penelitian ... 66
B. Sumber Data/Informan Penelitian ... 66
C. Metode Pengumpulan Data ... 67
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 70
E. Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Temuan Umum Penelitian ... 74
1. Sejarah Singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 74
2. Identitas Singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 77
3. Keadaan Guru dan Siswa MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 78
4. Visi dan Misi MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 85
1. Proses Penggunaan Model Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak ... 89
2. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ...108
3. Keunggulan penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 116
4. Kelemahan penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 129
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134
1. Proses Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 134
2. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 139
3. Keunggulan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 141
4. Kelemahan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 143
BAB V PENUTUP ... 146 A. Kesimpulan ... 146 B. Implikasi ... 149 C. Saran ... 151 DAFTAR PUSTAKA ... 153 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 157 BIODATA ...273
DAFTAR TABEL
Hal
1. Keadaan Guru ... 78
2. Status Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79
3. Kondisi Guru Mata Pelajaran ... 80
4. Status Kepegawaian Tetap/Tidak Tetap ... 81
5. Status Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 82
6. Kondisi Kepegawaian ... 83
7. Jumlah Siswa Lima Tahun Terakhir ... 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Wawancara ... 154
2. Hasil Petikan wawancara ... 166
3. Hasil Observasi ... 214
4. Lembar Dokumentasi ... 226
5. RPP Akidah Akhlak ... 227
6. Outline ... 243
7. Kartu Konsultasi Bimbingan Tesis ... 245
8. SK Bimbingan Tesis ... 246
9. Surat Izin Research ... 247
10.Surat Balasan Research ... 248
11.Surat Tugas dari IAIN ... 249
12.Surat Keterangan Penelitian ... 250
13.Foto Wawancara ... 265
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan
awalan “pe” dan diakhir “kan” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara
,dan sebagaianya), istilah Pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “pedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini kemudian dikenal kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering
dikenal dengan ”tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain, kearah suatu cita-cita tertentu.1 Sebagaimana yang kita ketahui pula, pendidikan adalah sebuah proses pembentukan manusia
seutuhnya yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung terciptanya
suatu pendidikan yang sempurna. Salah satunya adalah keberadaan alat
(media) pendidikan. Alat pendidikan dapat diartikan suatu tindakan atau
segala sesuatu yang dapat menunjang proses pelaksanaan pendidikan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu.2
Pada dasarnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua
untuk mempersiapkan anak agar nantinya mampu hidup secara mandiri dan
mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dalam
1
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 6.
2
Syaiful Bahri dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 54
UU pendidikan dinyatakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.3 Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendapatkan prioritas utama dalam kehidupan manusia.
Sebab pendidikan menjadi salah satu jalan atau cara untuk mengantarkan
manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi suatu
kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya.
Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan
Bangsa dan Negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung kepada cara
kebudayaan tersebut. Berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang
diberikan kepada angggota masyarakat, salah satunya kepada peserta didik.4 Dengan demikian, tujuan Nasional suatu pendidikan sangat
dipengaruhi oleh falsafah atau pendidikan di Negara Indonesia mempunyai
tujuan pendidikan Nasional. Sebagaimana yang tertuang dalam undang-
undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3
yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang Beriman dan Bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
3 UU RI No. 2 tahun 1989, System Pendidikan Nasional dan Penjelasan
Aneka Ilmu, (Semarang 1992), h. 2.
4 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Anak Bakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.56
mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab”.
Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan Nasional, untuk menunjang hal tersebut maka
pendidikan harus ditanamkan pada anak sejak usia dini, dan mereka tidak
hanya dituntut untuk mengetahui ilmu umum saja tetapi ilmu agama juga
mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan kelak, sehingga
nantinya mereka menjadi manusia yang memiliki IPTEK dan IMTAQ yang
siap menghadapi segala tantangan zaman yang semakin besar.
Dari pada itu tidak lepas dari tujuan pendidikan yaitu untuk
mendewasakan anak didik. Bloom dan kawan-kawan telah mengembangkan
taksonomi tujuan pendidikan yaitu domain (kawasan) kognitif, efektif dan
psikomotorik.5
Berdasarkan hasil pra survey melalui wawancara terhadap Bapak Jumangin pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal
untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Beliau juga menyatakan
bahwa “belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu
model pendekatan yang dipilih dalam proses pembelajaran ini adalah
pembelajaran kontekstual. Pembejaran kontekstual ini merupakan Model
Pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan
yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri. Penerapan Model
5 Zahara Idris, Dasar- dasar Kependidikan Islam, (Angkasa, Raya, Padang
Pembelajaran kontekstual ini juga berdampak terhadap situasi dan kondisi pada saat terjadinya proses belajar mengajar yaitu dapat “menghidupkan”
suasana lingkungan kelas, karena pembelajaran bersifat student oriented dan student centered.
Berdasarkan hasil pra survey melalui wawancara terhadap Bapak Jumangin jika dalam pembelajaran metode yang digunakan monoton dan
tidak menarik maka terdapat masalah-masalah yang muncul saat
pembelajaran seperti pembelajaran akan kurang terfokus pada siswa (student
centered) karena yang aktif hanyalah guru saja, siswa kurang terfokus pada materi, siswa merasa bosan dan merasa tidak senang ketika proses
pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengantuk sehingga kurang
memperhatikan guru ketika mengajar, ketika diberi soal latihan banyak siswa
yang mencontek pada siswa yang lainnya.
Dengan kata lain guru diharapkan dapat mengembangkan suatu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan,
menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.
Yakni model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir
dan memecahkan masalah peserta didik sehingga pembelajaran berpusat pada
siswa atau student centered.
Adapun model pembelajaran yang tepat yang mampu meningkatkan
kemampuan berfikir dan ketrampilan dalam memecahkan masalah adalah
model pembelajaran yang berorientasi pada masalah, atau disebut dengan
Model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang
menghadapkan peserta didik pada situasi yang orientasi pada masalah.
Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada
masalah autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang tinggi
dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.6 Pada model ini peran guru adalah menerapkan model ini lebih menjurus pada pemecahan suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi
siswa sehari-hari dengan menggunakan keterampilan problem solving, model pembelajaran problem based learning umumnya berbentuk suatu proyek untuk diselesaikan oleh sekelompok siswa dengan bekerjasama.
Untuk itu Bapak Jumangin menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak.
Mengingat materi Akidah Akhlak berkenaan dengan kehidupan sehari-hari
seperti menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri (yang memiliki sub
bahasan yaitu tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana’ah), menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri (yang memiliki sub bahasan yaitu ananiah,
putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur), meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah (yang memiliki sub bahasan yaitu menampilkan perilaku
yang mencerminkan beriman kepada Rasul-rasul Allah dan mencintai Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan).
6 Muslim Ibrahim dan M. Nur. Pembelajaran Bermasalah, (Surabaya: Uni
Maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu
memberikan wawasan kepada siswa untuk berfikir kreatif dan kritis
terhadap permasalahan yang ada di lingkungannya, karena materi Akidah
Akhlak ini akan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Yang
tentunya permasalahan ini selalu menarik untuk didiskusikan dan dicarikan
solusinya serta siswa dapat belajar secara mandiri dan terlibat langsung
dalam pembelajaran berkelompok.
Oleh karena itu model pembelajaran problem based learning
digunakan dalam mengajar materi pelajaran Akidah Akhlak ini. Tujuannya
agar siswa mampu belajar untuk berpikir kreatif, inovatif dan kritis.
Disamping itu, model pembelajaran ini membantu siswa dalam mencari
pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk
suatu masalah secara rasional dan autentik.7
Pada kesempatan kali ini, Penulis melakukan penelitian tentang model
pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VIII di MTs Negeri 1
Lampung Timur. Penulis memiliki asumsi bahwa kelas VIII lebih efektif
jika dijadikan sebagai informan dibandingkan dengan kelas VII dan kelas
IX. Karena Kelas VII masa pengenalan dan peralihan dari SD ke SMP/MTs,
sedangkan kelas IX sudah tidak efektif karena harus fokus kepada ujian
Nasional. Penulis memilih Madrasah ini karena guru mata pelajaran Akidah
Akhlak sudah pernah melaksanakan model pembelajaran problem based learning tersebut.
7 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis mengadakan penelitian yang
berjudul: “Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur Tahun 2017”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka Penulis dalam Penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?
3. Apa keunggulan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?
4. Apa kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur
3. Untuk mengetahui keunggulan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur
4. Untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam Penelitian ini yaitu:
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi semua pendidik, terutama pendidik di
MTs Negeri 1 Lampung Timur terkait dengan efektivitas penggunaan
model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur.
2. Sebagai salah satu referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Sebagai salah satu bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman
dalam menerapkan model pembelajaran di kelas.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Persoalan efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak tidak cukup dilihat pada konsep maupun teori
yang mendasarinya, namun perlu melihat pada hasil-hasil penelitian yang
relevan. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan tersebut diantaranya:
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh saudara Agus (2009) dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap
SMA PGRI Wirosari Purwodadi”.8 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi di Universitas Negeri Semarang.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan temuan sekaligus kesimpulan
dalam penelitian ini adalah melalui proses pembelajaran PBL (problem based
learning) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jurnal khusus perusahaan dagang. Rata-rata kemampuan siswa pada siklus 1 sebesar 6,78,
pada siklus II dengan rata-rata sebesar 7,28 dan pada siklus III mencapai
8,55. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran PBL
(problem based learning) efektif untuk melatih kemampuan siswa memahami
dan membuat jurnal khusus perusahaan dagang.
Kedua Tesis yang ditulis oleh saudara Amrina Sofiyana (2010) dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih
di SMP Al-Jihad Surabaya.9
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan temuan sekaligus kesimpulan
dalam penelitian ini bahwa: (1). Model problem based learning yang diterapkan SMP Al-Jihad Surabaya sudah sangat efektif dalam meningkatkan
pembelajaran di kelas. Hal ini ditunjukkan pada setiap putaran atau
pertemuan yaitu pada putaran pertama adalah 2,67%, putaran dua 3,29%, dan
8 Agus, Efektifitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Kusus Kelas XII IS 1 SMA PGRI Wirosari Purwodadi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2009).
9Sofiyana Amrina, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Al-Jihad Surabay, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. 2010).
putaran ketiga 3,75%. (2). Prestasi belajar siswa di SMP Al-Jihad Surabaya
pada Mata Pelajaran Fiqih telah banyak mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukkan pada setiap putaran atau pertemuan, yaitu putaran pertama
adalah 80%, putaran kedua 99%, putaran ketiga 100%.
Berdasarkan dari hasil-hasil Penelitian yang relevan di atas, dapat
diketahui belum ada Penelitian Tesis yang mengkaji tentang efektivitas
penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur. Pada masing-masing kajian dalam
beberapa perbedaan dan persamaan dengan Tesis yang sedang Penulis teliti.
Perbedaan dan persamaan pada masing-masing Penelitian tersebut yaitu:
1. Pada Skripsi yang ditulis oleh saudara Agus (2009) dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Kusus Kelas XII IPS 1 SMA PGRI Wirosari Purwodadi”, sedangkan dalam Penelitian ini
Penulis lebih menekankan pada efektivitas penggunaan model problem based learning dalam penguasaan materi Akidah Akhlak yang diterapkan oleh pendidik di MTs Negeri 1 Lampung Timur.
Penggunaan model problem based learning ini sebagai bentuk upaya pendidik agar tidak hanya transfer of knowledge namun sekaligus tranfer of value terutama setelah mempelajari Pelajaran Akidah Akhlak. 2. Pada Tesis ditulis oleh saudari Amrina Sofiyana (2010) dengan judul
“Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Hasil penelitian tersebut, pendidik dianjurkan menggunakan model problem based learning pada saat melakukan pembelajaran, serta secara tidak langsung akan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna (meaningful learning) dan akan membuat peserta didik memiliki
pemahaman yang lebih mendalam tentang materi tersebut, siswa juga tidak hanya menjadi manusia penghafal pelajaran, tapi kemungkinan besar juga akan mampu mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan nyata karena saat pembelajaran peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah.
Dari segi kajiannya dalam Penelitian tersebut terdapat kesamaan dalam segi efektivitas dalam menerapkan model problem based lerning, namun dalam spesifikasi mata pelajaran tidak terdapat kesamaan. Dalam Penelitian ini Penulis lebih menekankan kepada efektivitas penggunaan model problem based learning pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini secara garis besar sistematika penulisan Tesis ini terbagi
menjadi 5 bab yaitu:
Bab Pertama, Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikasi penelitian,
penelitian terdahulu yang relevan dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, membahas tentang efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur, sedangkan di dalamnya diuraikan tentang:
1. Tinjaun tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak, meliputi: a). pengertian
Mata Pelajaran Akidah Akhlak, b). dasar Akidah Akhlak, c). tujuan Mata
Pelajaran Akidah Akhlak, d). fungsi dan ruang lingkup Mata Pelajaran
2. Model problem based learning, meliputi: a). Pengertian model pembelajaran, b). pengertian model problem based learning,c). ciri-ciri
problem based learning, d). tujuan problem based learning, e). langkah-langkah problem based learning, f). penerapan problem based learning.
3. Efektivitas penggunaa model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs, meliputi: a). pengertian efektivitas,
b). tahapan-tahapan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, c). keunggulan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, d). kelemahan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
Bab Ketiga, membahas mengenai metodologi Penelitian yang di
dalamnya diuraikan tentang: a). Waktu dan tempat penelitian, b). Jenis
penelitian, c). Tehnik pengumpulan data yang meliputi: (Wawancara,
Observasi, dan Dokumentasi), d). Tehnik analisis data, dan e). Teknik
penjaminan keabsahan data.
Bab keempat, membahas menganai hasil penelitian dan pembahasan
yang di dalamnya diuraikan tentang:
1. Temuan umum penelitian, meliputi: Sejarah singkat MTs Negeri 1
Lampung Timur, identitas singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur,
keadaan guru dan siswa MTs Negeri 1 Lampung Timur, visi dan misi
MTs Negeri 1 Lampung Timur.
2. Temuan khusus penelitian, meliputi: Proses penggunaan model problem
penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah
Akhlak, keunggulan penggunaan model problem based Learning dalam
pembelajaran Akidah Akhlak, kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
3. Pembahasan hasil penelitian, meliputi: Proses penggunaan model
problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah
Akhlak, keunggulan penggunaan model problem based Learning dalam
pembelajaran Akidah Akhlak, kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.
Bab kelima, penutup yang terdiri dari tiga bagian yaitu: a). kesimpulan,
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah Akhlak ini merupakan cabang dari
pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.10
Aqidah dilihat dari segi bahasa berarti “ikatan”. Aqidah seseorang,
artinya “ikatan seseorang dengan sesuatu”. Kata Aqidah berasal dari
bahasa arab yaitu aqoda-ya’qudu-aqidatan.11
Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau
kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang
membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan
iman, menurut Al- Ghazali, sebagaimana dikutip oleh hamdani ikhsan dan
10 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130.
11 Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta:
Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui
kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.12
Terdapat beberapa ciri yang menggambarkan Aqidah Islam
sebagai berikut:
a) Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak yang serba rasional,
sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah;
b) Aqidah Islam sesuai dengan fitroh manusia sehingga pelaksanaan
akidah menimbulkan keterangan dan ketentraman;
c) Aqidah Islam diansumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka
dalam pelaksanaanya akidah harus penuh dengan keyakinan tanpa
disertai dengan kebimbangan dan keraguan;
d) Aqidah Islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan dengan kalimat “thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang
saleh;
e) Keyakinan dalam Akidah Islam merupakan masalah yang supra empiris, maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran. Tidak
hanya berdasarkan indra dan kemampuan manusia melainkan
membutuhkan usaha yang dibawa oleh Rosulullah SAW.
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk
jama’ dari bentuk dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabbiat.13
12 Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
Kalimat tersebut mengungkap segi-segi persesuaian dengan perkataan
kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.14 Kemudian hakekat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang tepat (sikap dan sifat-sifatnya), sedangkan kholqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain sebagainya).15
Berdasarkan sudut pandang keabsahan esensi akhlak dalam pengertian
sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata
krama (versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam bahasa Inggrisnya
disamakan dengan moral atau etika.
Menurut bahasa Yunani istilah akhlak dipengaruhi istilah Ethos, atau
Ethicos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti etika
yang bermakna usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya,
pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia
mau menjadi baik. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah
ajaran.16
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian yang telah
dikemukakan menurut para ahli, diantara dari beberapa pengertian tersebut
diantaranya yaitu:
13 Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:
PT Raja grafindo persada), h. 1
14 Syaikh Mustofa, Qowa’idul Lughah, (Wazirotul Ma’arif Al-Umumiyah),
h. 41.
15 Ghumaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1984), h. 32
a) Menurut Hamid Yunus, akhlak adalah sifat-sfat manusia yang
terdidik.17
b) Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.
Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu disebut ahlak, keadaan
seseorang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan fikiran.18
c) Ibnu Maskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan melalui pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu.19
Berdasarkan beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
bahwa seseorang yang memiliki akhlak yang baik atau ahlakul karimah
maka hidupnya akan terasa tenang karena perbuatannya akan
dipertimbangkan terlebih dahulu sehingga terhindar dari sifat-sifat buruk.
Akan tetapi jika seseorang yang memiliki akhlak yang buruk, maka
hidupnya akan merasa tidak tenang karena perbuatannya yang kurang
pertimbangan. Akhlak memang bukanlah barang mewah yang mungkin
tidak terlalu dibutuhkan, tetapi akhlak merupakan pokok/sendi kehidupan
yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi anjuran dari agama (Islam).
Terdapat beberapa hal yang terkandung pada akhlak dasar Islam:
17 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 1 18 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. h. 2
a) Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada manusia supaya
manusia mempunyai kepercayaan yang teguh dan kepribadian yang
kuat,
b) Sifat-sifat terpuji atau akhlak yang baik merupakan latihan bagi
pembentukan sikap sehari-hari, sifat-sifat ini banyak dibicarakan dan
berhubungan dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa
zakat, dan sodaqoh,
c) Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia.20
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan
akhlak yang pertama adalah berhubungan dengan Iman dan kepribadian
manusia, sedangkan yang kedua berhubungan dengan pembentukan
sikap yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini terpisah
maka, akhlak akan merusak kemurnian jiwa dan kehidupan manusia dan
yang ketiga adalah hablumminalloh wa hablumminannaas.
Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan manusia, penting nya akidah
akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai pribadi, tetapi juga
berarti bagi kehidupan keluarga dan masyarakat bahkan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan
manusia dengan hewan.
Untuk mengembangkan Aqidah Akhlak bagi siswa atau remaja
diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya
dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya disesuaikan
dengan karakteristik siswa tersebut, yang termasuk unsur moral adalah:
1) Penaralan moral, 2) Perasaan, 3) Prilaku moral serta 4) Kepercayaan
eksistensial atau iman.21
Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.
Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan
hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.22 Peranan dan efektivitas
pendidikan agama di madrasah sebagai landasan bagi pengembangan
spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan, karena jika
pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits,
Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan
landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka
kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan atau mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan Agam Islam, memang
21 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004),
h. 10
22 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama Ri, 2003), h. 1
bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak
dan kepribadian siswa. Tetapi secara substansial mata pelajaran pelajaran
Aqidah Akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan
(tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman
kehidupannya.23 Dengan demikian maka tujuan dari Akidah Akhlak itu pun akan terwujud.
2. Dasar Aqidah Akhlak a) Dasar aqidah
Dasar aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Di dalam Al-
Qur’an banyak disebutkan pokok-pokok aqidah seperti cara-cara
dan sifat Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga dan
neraka. Mengenai pokok-pokok atau kandungan aqidah Islam, antara
lain disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285 sebagai
berikut:
23 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 1
ُ لو سَّرلٱىنىماىء
ُ
ُِهِ بَّرُ نِمُ ِهۡ
ىلَِإُ ىلِزن أُٓاىمِب
ۦ
ُُىو
ُُۚىنو نِمۡؤ م
ۡ
لٱ
ُ
ُِبُ ىنىماىءُ
ٌّ كُ
ُِ َّللّٱ
ُ
ُِهِتىكِئَٰٓ
ىلىمىو
ۦ
ُ
ُِهِب ت
كىو
ۦُ
ُِهِل س رىو
ۦُ
ُِهِل سُّرُنِ مُ ٖدىح
ى
أُ ى ۡيۡىبُ قِ رىف نُ
لَ
ى
ُُۚۦُ
ُ ىكۡ ىلَوَإُِاىنَّبىرُ ىكىناىرۡف غُۖاىنۡع ىط
ى
أىوُاىنۡعِمىسُْاو لاىقىو
ُ
ۡ
لٱ
ُ ير ِصىم
٢٨٥
ُ
Artinya:“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
(Al- Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (Q.S. Al-Baqarah: 285). b) Dasar akhlak
Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran dasar-dasar
akhlak yang mulia, sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya, yaitu
Q.S. Al- A’raf ayat 199:
ُىوۡفىعۡلٱِذ خ
ُ
ُِبُۡر م
ۡ
أىو
ُِفۡر عۡلٱ
ُ
ُِنىعُ ۡضِرۡع
ى
أىو
ُىيِۡلِهٰ ىج
ۡلٱ
ُ
١٩٩
ُ
Artinya:“Jadilah Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”.(Q.S. Al-A’raf: 199).24
24 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki
oleh setiap individu umat Islam. Hal ini didasarkan atas dari
Rasulullah SAW yang begitu berakhlak mulia dan kita sebagai
umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak mulia ini
وَإِ
ُٖميِظىعُ ٍق
ل خُٰىلَىعىلُ ىكَّن
٤
Artinya:
“Dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur
(QS. Al-Qolam:4).25
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan
kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan aqlaknya. Penggunaan
istilah “khuluqun ‘adhiim” menunjukkan keagungan dan keagungan
moralitas Rosul dalam hal ini adalah Muhammad SAW yang mendapat
pujian sedahsyat itu.
Dengan lebih tegas Allah SWT memberikan penjelasan secara
transparan bahwa aqlak Rasulullah SAW sangat layak untuk dijadikan
standar moral bagi umatnya. Sehingga layak untuk dijadikan idola
yang diteladani sebagai suritauladan yang baik (Uswatun Hasanah),
melalui firman-Nya:
ُۡدىقَّل
ُ
ُِلو سىرُ ِفُِۡم ك
ىلُىنىكَ
ُِ َّللّٱ
ُ
ُْاو جۡرىيُ ىن ىكَُنىمِ لُٞةىن ىسىحٌُةىوۡس
أ
ُى َّللّٱ
ُُىو
ُىرِخلۡأٓٱىمۡوى
لَٱ
ۡ
ُ
ُىرىكىذىو
ُىَّللّٱ
ُ
ُاٗيرِثىك
٢١
ُ
25 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Artinya:
“Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. ( Q.S. Al- Ahzab: 21).26
Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rasulullah SAW
merupakan contoh yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya.
Disamping itu ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap” (kejelekan) pun pada diri Rasulullah SAW.
Karena semua sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat
diatas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja dijadikan
oleh Allah SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara
universal, karena Rasulullah SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamiin.27
Karena kemudian akhlak Rasulullah SAW tersebut itulah, maka
Allah SWT memberitahukan kepada kepada Muhammad untuk
menjalankan misi menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar
mencapai akhlak yang mulia.
3. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat penting
di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai
26 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
h. 595
27 Moh. Rifa’I, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal.
atau yang hendak ditinjau oleh pendidikan. Demikian halnya dengan
pendidikan agama Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam dalam kegiatan
pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman
peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.28
Jadi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya
yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman siswa tentang aqidah dan
akhlak Islam.
Dengan demikian maka manusia akan terus berkembang dan
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SAW serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
28 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 13
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.29
4. Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Fungsi pendidikan Agama Islam merupakan kegunaan Pendidikan
Agama Islam khususnya kepada peserta didik, karena tanpa adanya fungsi
atau kegunaan Pendidikan Agama Islam maka tidak akan tercapai tujuan
Pendidikan Agama Islam. Fungsi pendidkan Agama Islam khususnya Mata
pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah berfungsi sebagai:30
a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat;
b) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan
lebih dahulu dalam lingkungan keluaraga;
c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial
melalui aqidah akhlak;
d) Perbaikan kesalahan-kesalan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari;
e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkunganya atau
dari budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari;
29 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama RI, 2003), h.1
30 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 1
f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,
serta sistem dan fungsionalnya;
g) Penyaluran siswa untuk mendalami Aqidah akhlak ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi.
Tentang fungsi pendidikan agama Islam telah banyak disebutkan di
atas, yang mana fungsi-fungsi tersebut harus diketahui dan dimiliki oleh
peserta didik serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta
berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan
masyarakat.
Cakupan pembahasan kurikulum dan hasil belajar Pendidikan
Aqidah Akhlak di MTs meliputi:
a) Aspek Aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan
jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan mu’jizatnya, dan hari Akhir.
b) Aspek akhlak terpuji yang terdiri dari Khauf, raja’, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, bertekat kuat, ta’aruf, ta’awun, tasamuh, jujur, adil, amanah, tepat janji, musyawarah.
c) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan ghibah.31
B. Model Problem Based Learning
31 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 3
1. Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu
akan kita kaji apakah yang dimaksud dengan model. Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk
sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Misalnya model pesawat
terbang, yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata
dari pesawat terbang.32
Dalam konteks pengajaran “Model” dimaksudkan sebagai daya
upaya guru dalam menciptakan proses mengajar. Agar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guru
dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum
komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjamin keterkaitan
fungsi antara komponen pembelajaran yang dimaksud.
Penggunaan model pembelajaran sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehinggga mencapai hasil yang
optimal. Model pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun
siswa. Bagi guru model dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak
sistematis dalam pelaksanaan model pembelajaran dapat mempermudah
proses pembelajaran (mempermudah dan mempercepat memahami isi
32 Trianto,
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: 2009), h. 21
1 4
pembelajaran), karena setiap model pembelajaran dirancang untuk
mempermudah proses belajar siswa.33
Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang hendak dicapai,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran.
Istilah lain menjelaskan bahwa model pengajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau
prosedur.
Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembanganya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.34
33 Made Wean, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari
keempat ciri-ciri model pembelajaran tersebut harus menjadi
pertimbangan guru saat menentukan model apa yang akan digunakan.
Seorang guru tidaklah cukup hanya menggunakan pada suatu model
pembelajaran. Berdasarkan kemampuan melaksanakan berbagai model
pembelajaran, guru dapat memilih model yang sangat baik untuk
mencapai tujuan pengajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar
siswa.
2. Pengertian Model ProblemBasedLearning
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari Istilah
Inggris Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran berbasis masalah ini telah di kemukakan sejak zaman John Dewey.35
Selain itu belajar berbasis masalah juga diartikan sebagai interaksi
antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
34 Kardi dan Nur, Pengantar pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas,
(Surabaya: Uni Press, 2000), h. 9
kepada bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
menjadikan pedoman dan tujuan belajar.36
Pengertian lain juga menjelaskan bahwa pembelajaran bermasalah
adalah menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri.37
Dalam model problem based learning melibatkan presentasi
situasi-situasi autentik dan makna yang berfungsi sebagai landasan bagi
investigasi oleh peserta didik. Fitur problem based learning sebagai berikut:38
1) Permasalahan Autentik
Problem based learning mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi peserta didik. Peserta didik
menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi
jawaban-jawaban sederhana.
2) Fokus Interdisipliner
Pemecahan masalah menggunakan pendekatan interdisipliner.
Pada fokus interdisipliner hal ini dimaksudkan agar peserta didik
belajar berfikir struktural dan belajar menggunakan berbagai
perspektif keilmuan.
36 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, h. 91. 37 Muslim Ibrahim dan M.Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah,
(Surabaya: Unipress, 2002), h. 3.
38 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi Paikem ,(Jakarta:
3) Investigasi Autentik
Peserta didik diharuskan melakukan investigasi autentik
yaitu berusaha menemukan solusi riil. Peserta didik diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis
dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik
kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan bergantung pada
sifat masalah penelitian.
4) Produk
Model based learning menuntut peserta didik mengontruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5) Kolaborasi
Kolaborasi peserta didik dalam model problem based learning mendorong siswa agar menyelidiki dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.39 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar dari model problem based learning adalah peserta didik memiliki
ketrampilan penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan
mengatasi masalah, peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari
peran orang dewasa, peserta didik dapat menjadi pembelajaran yang
mandiri dan independen.
Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan
melalui pemecahan masalah itu siswa belajar terampil melalui
penyelidikan dan berfikir sehingga dapat memandirikan siswa dalam
belajar dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan
pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme, karena disini guru berperan sebagai pengajuan masalah, penanya, mengadakan dialog,
memberi fasilitas penelitian menyiapkan inkuiri dan intelaktual siswa.40 Kontruktisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pendekatan
kontruktisme adalah pendekatan pembelajaran yang berdasarkan bahwa
dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman kita, kita akan dapat
membangun pemahaman terhadap dunia yang kita hidup di dalamnya.41 Pengetahuan bukanlah seperangkat faktor-faktor atau konsep dan
kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
(membangun) pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Model Problem Based learning ini memfokuskan siswa dengan
40 Nurhayati Abbas, Penerapan Problem Based Learning, (Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan No.51 tahun 2004.), h. 834.
41 E.Mulyasa,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 237.
mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat langsung
secara aktif dalam pembelajaran berkelompok. Model ini membantu siswa
untuk mengembangkan berfikir siswa dalam mencari pemecahan masalah
melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah
dengan rasional dan autentik.42
Pada umumnya guru menerapkan model ini lebih menjurus pada
pemecahan suatu masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa
sehari-hari dengan menggunakan ketrampilan problem solving. Model pembelajaran problem based learning pada umumnya berbentuk proyek untuk diselesaikan oleh sekelompok siswa dengan bekerjasama.43
Dengan demikian dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk
dapat menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri dan dapat
bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka dapatkan.
3. Ciri-ciri Problem Based Learning
Ciri-ciri model problem based learning memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang
lain, yaitu sebagai berikut:44
1) Pengajuan Pertanyaan atau Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah atau problem solving pada model pembelajaran problem based learning berkenaan dengan
42 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 288.
43 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, h. 288.
44 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta:
pengajuan masalah yaitu mengorganisasikan pengajaran disekitar
pertanyaan dan masalah yang secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi diri siswa. Dalam pembelajaran bebasis masalah ini
siswa mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari
jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi itu.
Pertanyaan atau masalah yang baik haruslah memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) Autentik, yaitu masalah harus sesuai dengan pengalaman dunia
nyata siswa dengan prinsip-prinsip displin akademik tertentu.
b) Misteri, yaitu masalah seharusnya bersifat misteri atau teka-teki,
masalah tersebut sebaiknya memberikan tantangan dan tidak
hanya mempunyai jawaban sederhana, serta memerlukan solusi
alternarif yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
c) Bermakna, yaitu masalah yang diberikan hendaknya bermanfaat
bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
mereka.
d) Luas, artinya masalah tersebut sesuai dengan waktu, ruang, dan
sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun
tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah