• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR"

Copied!
343
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

Oleh:

RIZALUL MU’MIN NPM.1504511

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MTs NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

RIZALUL MU’MIN NPM. 1504511

Pembimbing I : Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag.

Pembimbing II : Dr. H. Aguswan Khotibul Umam, M.A.

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

(3)

ABSTRACT

RIZALUL MU’MIN. 2017. The Effectiveness of Using Problem Based Learning Model in Akidah Akhlak Learning at The Eight Graders of State Islamic Junior High School 1 Lampung Timur. Postgraduate Thesis of IAIN Metro.

Education had the important role to determine for individual’s development and realization, even for nation and state. In education, learning process couldn’t be separated. Teacher as the manager of learning process should apply an effective learning model in order the goal of learning was achieved. In Aqidah Akhlak learning, teacher could use problem based learning model, due to in the material of this subject related to the students’ daily life. So this learning model was appropriate to be applied.

The focus problems of this research were “in learning process, the teacher still used monotous and unattractive method, then the problems appeared, such as there was no students centered because only teacher was active; the students less focused on material; the students felt bored and unhappy when learning happened; some students felt sleepy, so they would be less attention to the teacher; the students cheated others when got an exercise”. For the purpose of this research were to know applied process of problem based learning model in mastering Aqidah Akhlak material; to know the effectiveness of applying problem based learning model in mastering Aqidah Akhlak material; to know the plus point of using problem based learning model in Akidah Akhlak material; and to know the minus point of using problem based learning model in Akidah Akhlak subject.

This research used qualitative research in the form of field research approach which conducted at MTs N 1 Lampung Timur. In collecting data, the researcher used interview, observation and documentation. The data was analyzed by using data reduction, data presentation and drawing conclusion. Triangulation source and triangulation technique was used for validity testing.

This research result could be concluded that the used problem based learning model in Aqidah Akhlak learning was done from some learning steps, those were planning, implementation and evaluation. The used of problem based learning in Aqidah Akhlak learning had been done effectively enough. The plus point of this model was very usefull for students in the learning process. Whereas the minus point could be anticipated by the teacher.

(4)

ABSTRAK

RIZALUL MU’MIN. 2017. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur. TesispadaPascasarjana IAIN Metro.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan Bangsa dan Negara. Dalam pendidikan tidak terlepas pada proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai pemegang kendali proses pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang efektif agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran Akidah Akhlak, guru dapat menggunakan model problem based lerning mengingat materi-materi Akidah Akhlak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa maka model problem based learning ini efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran metode yang digunakan monoton dan tidak menarik maka terdapat masalah-masalah yang muncul saat pembelajaran seperti pembelajaran akan kurang terfokus pada siswa (student centered) karena yang aktif hanyalah guru saja, siswa kurang terfokus pada materi, siswa merasa bosan dan merasa tidak senang ketika proses pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengantuk sehingga kurang memperhatikan guru ketika mengajar, ketika diberi soal latihan banyak siswa yang mencontek pada siswa yang lainnya. Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui keunggulan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif yang dilaksanakan di MTs Negeri 1 Lampung Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data yang diperoleh pada penelitian ini dengan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak dilakukan melalui tahapan-tahapan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak telah dilakukan dengan cukup efektif. Adapun keunggulan pada penggunaan model problem based learning sangat membantu siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak saat pembelajaran berlangsung. Mengenai kelemahan pada penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak dapat diantisipasi oleh guru Akidah Akhlak.

(5)
(6)
(7)
(8)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Ar ab

Huruf Latin Huruf

Ar ab Huruf La tin ا Tidak dilambang kan ط ṭ ب B ظ ẓ ت T ع ´ ث ś غ G خ Kh ف F ح ḥ ق Q ج J ك K د D ل L ذ ż م M ر R ن N ز Z و W س S ه H ش Sy ء ` ص Ş ئ Y ض ḍ Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda

ا -ى Â ي Î و Û ي ا Ai -و ا Au

Pedoman Transliterasi ini dimodifikasi dari : Pedoman Transliterasi Arab-Latin, Pedoman Penelitian Tesis Program Pascasarjana IAIN Metro 2016.

(9)

MOTTO

ٱ

ُ عۡد

ُ

ُِبُ ىكِ بىرُِليِبىسُ ٰ

لَِإ

ى

ٱ

ُِةىمۡكِ

لۡ

ۡ

ُُىو

ٱ

ُِة ىظِعۡوىم

ۡ

ل

ُٱ

ُ ِةىن ىسى

لۡ

ۡ

ُ

ُِبُم ه

ۡ

لِدٰ ىجىو

ٱ

ُ ِت

َّل

ُ

ُُۚ ن ىسۡح

ى

أُ ى ِهِ

ُنىمِبُ م

ىلۡعىأُىو هُ ىكَّبىرَُّنِإ

ُِهِليِبىسُنىعُ َّل ىض

ۦُ

ُِبُ م

ىلۡعىأُىو هىو

ٱ

ُىنيِدىتۡه م

ۡ

ل

ُ

١٢٥

ُ

ُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, Penulis persembahkan ucapan terimakasih melalui Tesis ini kepada:

1. Ayahku yang aku sayangi yaitu Mujiyanto, beliau adalah seorang yang amat luar biasa yang selalu memberikan nafkah lahir batin, mendoakan, memberikan semangat, dan memberikan pendidikan informal dari aku kecil sampai dewasa sehingga aku paham akan urgennya sebuah pendidikan. Perkataannya yang selalu menjadi penyemangatku adalah “Bapak ingin anak-anakku bisa menempuh pendidikan yang tinggi dan bermanfaat untuk orang banyak karena ilmu yang dimilikinya”. Kemudian untuk ibuku yang aku sayangi yang bernama Siti Maimunah terimakasih banyak untuk doa dan motivasi yang selalu diberikan sehingga aku dapat menyelesaikan studi S2 di IAIN Metro.

2. Kepada istriku yang aku sayangi yaitu Siti Nangimah, terimakasih sudah memberikan semangat dan ikut mendoakanku.

3. Kepada adikku Asyifa Aziz Hamdan yang menjadi motivasiku dan mendoakanku.

4. Kepada abi Nurhadi dan umi Bariah terimakasih atas bantuan moril dan materil selama perkuliahan berlangsung sampai selesai.

5. Kepada Ustadz Yudiyanto dan Jamaah Halaqoh Al-Kahfi yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan demi kelancaran kuliahku.

6. Segenap Civitas Akademika Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

(11)

KATA PENGENTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan inayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Penulisan Tesis ini adalah sebagai salah satu bagian persyaratan dalam rangka penyusunan Tesis pendidikan Pascasarjana Jurusan Tarbiyah IAIN Metro.

Dalam upaya menyelesaikan Tesis ini, Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.

2. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag, selaku Direktur dan Kaprodi Hukum Keluarga Pascasarjana IAIN Metro.

3. Dr. Makhrus As’ad, M.Ag selaku wakil Direktur Pascasarjana IAIN Metro. 4. Dr. H. Khoirurrijal, M.Ag, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana IAIN Metro.

5. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag selaku Pembimbing I dalam Penulisan Tesis 6. Dr. H. Aguswan Khotibul Umam, M.A selaku Pembimbing II yang telah

memberikan motivasi dan arahan guna terselesaikannya Tesis ini

7. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka pengumpulan data.

Kritik dan saran demi perbaikan Tesis ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga Tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi Penulis dan para pengembangan ilmu Pengetahuan Agama Islam.

Metro, 12 Juli 2017 Penulis

Rizalul Mu’min NPM. 1504511

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

PERNYATAAN ORISINILITAS ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penelitian yang Relevan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 14

1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 14

2. Dasar Akidah Akhlak ... 20

3. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 23

(13)

B. Model Problem Based Learning... 26

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 26

2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 28

3. Ciri-ciri Problem Based Learning ... 32

4. Tujuan Problem Based Learning ... 35

5. Langkah-langkah Proses Problem Based Learning ... 36

6. Penerapan problem based learning ... 40

C. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs ... 43

1. Pengertian Efektivitas ... 43

2. Tahapan Efektivitas Penggunaan Model Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 44

3. Keunggulan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 63

4. Kelemahan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A. Rancangan Penelitian ... 66

B. Sumber Data/Informan Penelitian ... 66

C. Metode Pengumpulan Data ... 67

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 70

E. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Temuan Umum Penelitian ... 74

1. Sejarah Singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 74

2. Identitas Singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 77

3. Keadaan Guru dan Siswa MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 78

4. Visi dan Misi MTs Negeri 1 Lampung Timur ... 85

(14)

1. Proses Penggunaan Model Problem Based Learning dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak ... 89

2. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ...108

3. Keunggulan penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 116

4. Kelemahan penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 129

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 134

1. Proses Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 134

2. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 139

3. Keunggulan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 141

4. Kelemahan Penggunaan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ... 143

BAB V PENUTUP ... 146 A. Kesimpulan ... 146 B. Implikasi ... 149 C. Saran ... 151 DAFTAR PUSTAKA ... 153 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 157 BIODATA ...273

(15)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Keadaan Guru ... 78

2. Status Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79

3. Kondisi Guru Mata Pelajaran ... 80

4. Status Kepegawaian Tetap/Tidak Tetap ... 81

5. Status Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 82

6. Kondisi Kepegawaian ... 83

7. Jumlah Siswa Lima Tahun Terakhir ... 84

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Wawancara ... 154

2. Hasil Petikan wawancara ... 166

3. Hasil Observasi ... 214

4. Lembar Dokumentasi ... 226

5. RPP Akidah Akhlak ... 227

6. Outline ... 243

7. Kartu Konsultasi Bimbingan Tesis ... 245

8. SK Bimbingan Tesis ... 246

9. Surat Izin Research ... 247

10.Surat Balasan Research ... 248

11.Surat Tugas dari IAIN ... 249

12.Surat Keterangan Penelitian ... 250

13.Foto Wawancara ... 265

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan

awalan “pe” dan diakhir “kan” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara

,dan sebagaianya), istilah Pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “pedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah

ini kemudian dikenal kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering

dikenal dengan ”tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain, kearah suatu cita-cita tertentu.1 Sebagaimana yang kita ketahui pula, pendidikan adalah sebuah proses pembentukan manusia

seutuhnya yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung terciptanya

suatu pendidikan yang sempurna. Salah satunya adalah keberadaan alat

(media) pendidikan. Alat pendidikan dapat diartikan suatu tindakan atau

segala sesuatu yang dapat menunjang proses pelaksanaan pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu.2

Pada dasarnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua

untuk mempersiapkan anak agar nantinya mampu hidup secara mandiri dan

mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dalam

1

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 6.

2

Syaiful Bahri dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 54

(18)

UU pendidikan dinyatakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi

peranannya di masa yang akan datang.3 Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendapatkan prioritas utama dalam kehidupan manusia.

Sebab pendidikan menjadi salah satu jalan atau cara untuk mengantarkan

manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi suatu

kewajiban yang harus dijalani manusia dalam kehidupannya.

Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan

Bangsa dan Negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung kepada cara

kebudayaan tersebut. Berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang

diberikan kepada angggota masyarakat, salah satunya kepada peserta didik.4 Dengan demikian, tujuan Nasional suatu pendidikan sangat

dipengaruhi oleh falsafah atau pendidikan di Negara Indonesia mempunyai

tujuan pendidikan Nasional. Sebagaimana yang tertuang dalam undang-

undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3

yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang Beriman dan Bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

3 UU RI No. 2 tahun 1989, System Pendidikan Nasional dan Penjelasan

Aneka Ilmu, (Semarang 1992), h. 2.

4 Utami Munandar, Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Anak Bakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.56

(19)

mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab”.

Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan demi

tercapainya tujuan pendidikan Nasional, untuk menunjang hal tersebut maka

pendidikan harus ditanamkan pada anak sejak usia dini, dan mereka tidak

hanya dituntut untuk mengetahui ilmu umum saja tetapi ilmu agama juga

mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan kelak, sehingga

nantinya mereka menjadi manusia yang memiliki IPTEK dan IMTAQ yang

siap menghadapi segala tantangan zaman yang semakin besar.

Dari pada itu tidak lepas dari tujuan pendidikan yaitu untuk

mendewasakan anak didik. Bloom dan kawan-kawan telah mengembangkan

taksonomi tujuan pendidikan yaitu domain (kawasan) kognitif, efektif dan

psikomotorik.5

Berdasarkan hasil pra survey melalui wawancara terhadap Bapak Jumangin pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal

untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Beliau juga menyatakan

bahwa “belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu

model pendekatan yang dipilih dalam proses pembelajaran ini adalah

pembelajaran kontekstual. Pembejaran kontekstual ini merupakan Model

Pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan

yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri. Penerapan Model

5 Zahara Idris, Dasar- dasar Kependidikan Islam, (Angkasa, Raya, Padang

(20)

Pembelajaran kontekstual ini juga berdampak terhadap situasi dan kondisi pada saat terjadinya proses belajar mengajar yaitu dapat “menghidupkan”

suasana lingkungan kelas, karena pembelajaran bersifat student oriented dan student centered.

Berdasarkan hasil pra survey melalui wawancara terhadap Bapak Jumangin jika dalam pembelajaran metode yang digunakan monoton dan

tidak menarik maka terdapat masalah-masalah yang muncul saat

pembelajaran seperti pembelajaran akan kurang terfokus pada siswa (student

centered) karena yang aktif hanyalah guru saja, siswa kurang terfokus pada materi, siswa merasa bosan dan merasa tidak senang ketika proses

pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengantuk sehingga kurang

memperhatikan guru ketika mengajar, ketika diberi soal latihan banyak siswa

yang mencontek pada siswa yang lainnya.

Dengan kata lain guru diharapkan dapat mengembangkan suatu

model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan,

menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.

Yakni model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir

dan memecahkan masalah peserta didik sehingga pembelajaran berpusat pada

siswa atau student centered.

Adapun model pembelajaran yang tepat yang mampu meningkatkan

kemampuan berfikir dan ketrampilan dalam memecahkan masalah adalah

model pembelajaran yang berorientasi pada masalah, atau disebut dengan

(21)

Model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang

menghadapkan peserta didik pada situasi yang orientasi pada masalah.

Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada

masalah autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang tinggi

dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.6 Pada model ini peran guru adalah menerapkan model ini lebih menjurus pada pemecahan suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi

siswa sehari-hari dengan menggunakan keterampilan problem solving, model pembelajaran problem based learning umumnya berbentuk suatu proyek untuk diselesaikan oleh sekelompok siswa dengan bekerjasama.

Untuk itu Bapak Jumangin menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak.

Mengingat materi Akidah Akhlak berkenaan dengan kehidupan sehari-hari

seperti menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri (yang memiliki sub

bahasan yaitu tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana’ah), menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri (yang memiliki sub bahasan yaitu ananiah,

putus asa, ghadhab, tamak dan takabbur), meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah (yang memiliki sub bahasan yaitu menampilkan perilaku

yang mencerminkan beriman kepada Rasul-rasul Allah dan mencintai Nabi

Muhammad SAW dalam kehidupan).

6 Muslim Ibrahim dan M. Nur. Pembelajaran Bermasalah, (Surabaya: Uni

(22)

Maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu

memberikan wawasan kepada siswa untuk berfikir kreatif dan kritis

terhadap permasalahan yang ada di lingkungannya, karena materi Akidah

Akhlak ini akan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Yang

tentunya permasalahan ini selalu menarik untuk didiskusikan dan dicarikan

solusinya serta siswa dapat belajar secara mandiri dan terlibat langsung

dalam pembelajaran berkelompok.

Oleh karena itu model pembelajaran problem based learning

digunakan dalam mengajar materi pelajaran Akidah Akhlak ini. Tujuannya

agar siswa mampu belajar untuk berpikir kreatif, inovatif dan kritis.

Disamping itu, model pembelajaran ini membantu siswa dalam mencari

pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk

suatu masalah secara rasional dan autentik.7

Pada kesempatan kali ini, Penulis melakukan penelitian tentang model

pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VIII di MTs Negeri 1

Lampung Timur. Penulis memiliki asumsi bahwa kelas VIII lebih efektif

jika dijadikan sebagai informan dibandingkan dengan kelas VII dan kelas

IX. Karena Kelas VII masa pengenalan dan peralihan dari SD ke SMP/MTs,

sedangkan kelas IX sudah tidak efektif karena harus fokus kepada ujian

Nasional. Penulis memilih Madrasah ini karena guru mata pelajaran Akidah

Akhlak sudah pernah melaksanakan model pembelajaran problem based learning tersebut.

7 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

(23)

Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis mengadakan penelitian yang

berjudul: “Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur Tahun 2017”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka Penulis dalam Penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?

2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?

3. Apa keunggulan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?

4. Apa kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur

3. Untuk mengetahui keunggulan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur

(24)

4. Untuk mengetahui kelemahan dalam penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam Penelitian ini yaitu:

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi semua pendidik, terutama pendidik di

MTs Negeri 1 Lampung Timur terkait dengan efektivitas penggunaan

model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur.

2. Sebagai salah satu referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Sebagai salah satu bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman

dalam menerapkan model pembelajaran di kelas.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Persoalan efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak tidak cukup dilihat pada konsep maupun teori

yang mendasarinya, namun perlu melihat pada hasil-hasil penelitian yang

relevan. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan tersebut diantaranya:

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh saudara Agus (2009) dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap

(25)

SMA PGRI Wirosari Purwodadi”.8 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi di Universitas Negeri Semarang.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan temuan sekaligus kesimpulan

dalam penelitian ini adalah melalui proses pembelajaran PBL (problem based

learning) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jurnal khusus perusahaan dagang. Rata-rata kemampuan siswa pada siklus 1 sebesar 6,78,

pada siklus II dengan rata-rata sebesar 7,28 dan pada siklus III mencapai

8,55. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran PBL

(problem based learning) efektif untuk melatih kemampuan siswa memahami

dan membuat jurnal khusus perusahaan dagang.

Kedua Tesis yang ditulis oleh saudara Amrina Sofiyana (2010) dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih

di SMP Al-Jihad Surabaya.9

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan temuan sekaligus kesimpulan

dalam penelitian ini bahwa: (1). Model problem based learning yang diterapkan SMP Al-Jihad Surabaya sudah sangat efektif dalam meningkatkan

pembelajaran di kelas. Hal ini ditunjukkan pada setiap putaran atau

pertemuan yaitu pada putaran pertama adalah 2,67%, putaran dua 3,29%, dan

8 Agus, Efektifitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap

Prestasi Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Kusus Kelas XII IS 1 SMA PGRI Wirosari Purwodadi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2009).

9Sofiyana Amrina, Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Al-Jihad Surabay, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. 2010).

(26)

putaran ketiga 3,75%. (2). Prestasi belajar siswa di SMP Al-Jihad Surabaya

pada Mata Pelajaran Fiqih telah banyak mengalami peningkatan. Hal ini

ditunjukkan pada setiap putaran atau pertemuan, yaitu putaran pertama

adalah 80%, putaran kedua 99%, putaran ketiga 100%.

Berdasarkan dari hasil-hasil Penelitian yang relevan di atas, dapat

diketahui belum ada Penelitian Tesis yang mengkaji tentang efektivitas

penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur. Pada masing-masing kajian dalam

beberapa perbedaan dan persamaan dengan Tesis yang sedang Penulis teliti.

Perbedaan dan persamaan pada masing-masing Penelitian tersebut yaitu:

1. Pada Skripsi yang ditulis oleh saudara Agus (2009) dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode PBL (Problem Based Learning) terhadap

Prestasi Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Kusus Kelas XII IPS 1 SMA PGRI Wirosari Purwodadi”, sedangkan dalam Penelitian ini

Penulis lebih menekankan pada efektivitas penggunaan model problem based learning dalam penguasaan materi Akidah Akhlak yang diterapkan oleh pendidik di MTs Negeri 1 Lampung Timur.

Penggunaan model problem based learning ini sebagai bentuk upaya pendidik agar tidak hanya transfer of knowledge namun sekaligus tranfer of value terutama setelah mempelajari Pelajaran Akidah Akhlak. 2. Pada Tesis ditulis oleh saudari Amrina Sofiyana (2010) dengan judul

“Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

(27)

Hasil penelitian tersebut, pendidik dianjurkan menggunakan model problem based learning pada saat melakukan pembelajaran, serta secara tidak langsung akan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna (meaningful learning) dan akan membuat peserta didik memiliki

pemahaman yang lebih mendalam tentang materi tersebut, siswa juga tidak hanya menjadi manusia penghafal pelajaran, tapi kemungkinan besar juga akan mampu mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan nyata karena saat pembelajaran peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah.

Dari segi kajiannya dalam Penelitian tersebut terdapat kesamaan dalam segi efektivitas dalam menerapkan model problem based lerning, namun dalam spesifikasi mata pelajaran tidak terdapat kesamaan. Dalam Penelitian ini Penulis lebih menekankan kepada efektivitas penggunaan model problem based learning pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini secara garis besar sistematika penulisan Tesis ini terbagi

menjadi 5 bab yaitu:

Bab Pertama, Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikasi penelitian,

penelitian terdahulu yang relevan dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, membahas tentang efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Lampung Timur, sedangkan di dalamnya diuraikan tentang:

1. Tinjaun tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak, meliputi: a). pengertian

Mata Pelajaran Akidah Akhlak, b). dasar Akidah Akhlak, c). tujuan Mata

Pelajaran Akidah Akhlak, d). fungsi dan ruang lingkup Mata Pelajaran

(28)

2. Model problem based learning, meliputi: a). Pengertian model pembelajaran, b). pengertian model problem based learning,c). ciri-ciri

problem based learning, d). tujuan problem based learning, e). langkah-langkah problem based learning, f). penerapan problem based learning.

3. Efektivitas penggunaa model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MTs, meliputi: a). pengertian efektivitas,

b). tahapan-tahapan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, c). keunggulan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, d). kelemahan model problem based learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

Bab Ketiga, membahas mengenai metodologi Penelitian yang di

dalamnya diuraikan tentang: a). Waktu dan tempat penelitian, b). Jenis

penelitian, c). Tehnik pengumpulan data yang meliputi: (Wawancara,

Observasi, dan Dokumentasi), d). Tehnik analisis data, dan e). Teknik

penjaminan keabsahan data.

Bab keempat, membahas menganai hasil penelitian dan pembahasan

yang di dalamnya diuraikan tentang:

1. Temuan umum penelitian, meliputi: Sejarah singkat MTs Negeri 1

Lampung Timur, identitas singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur,

keadaan guru dan siswa MTs Negeri 1 Lampung Timur, visi dan misi

MTs Negeri 1 Lampung Timur.

2. Temuan khusus penelitian, meliputi: Proses penggunaan model problem

(29)

penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah

Akhlak, keunggulan penggunaan model problem based Learning dalam

pembelajaran Akidah Akhlak, kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

3. Pembahasan hasil penelitian, meliputi: Proses penggunaan model

problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak, efektivitas penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah

Akhlak, keunggulan penggunaan model problem based Learning dalam

pembelajaran Akidah Akhlak, kelemahan penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran Akidah Akhlak.

Bab kelima, penutup yang terdiri dari tiga bagian yaitu: a). kesimpulan,

(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak ini merupakan cabang dari

pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.10

Aqidah dilihat dari segi bahasa berarti “ikatan”. Aqidah seseorang,

artinya “ikatan seseorang dengan sesuatu”. Kata Aqidah berasal dari

bahasa arab yaitu aqoda-ya’qudu-aqidatan.11

Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau

kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang

membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan

iman, menurut Al- Ghazali, sebagaimana dikutip oleh hamdani ikhsan dan

10 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 130.

11 Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama, (Jakarta:

(31)

Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui

kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.12

Terdapat beberapa ciri yang menggambarkan Aqidah Islam

sebagai berikut:

a) Aqidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak yang serba rasional,

sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah;

b) Aqidah Islam sesuai dengan fitroh manusia sehingga pelaksanaan

akidah menimbulkan keterangan dan ketentraman;

c) Aqidah Islam diansumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka

dalam pelaksanaanya akidah harus penuh dengan keyakinan tanpa

disertai dengan kebimbangan dan keraguan;

d) Aqidah Islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan dengan kalimat “thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang

saleh;

e) Keyakinan dalam Akidah Islam merupakan masalah yang supra empiris, maka dalil yang digunakan dalam pencarian kebenaran. Tidak

hanya berdasarkan indra dan kemampuan manusia melainkan

membutuhkan usaha yang dibawa oleh Rosulullah SAW.

Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk

jama’ dari bentuk dari kata khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabbiat.13

12 Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:

(32)

Kalimat tersebut mengungkap segi-segi persesuaian dengan perkataan

kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kholiq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.14 Kemudian hakekat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang tepat (sikap dan sifat-sifatnya), sedangkan kholqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain sebagainya).15

Berdasarkan sudut pandang keabsahan esensi akhlak dalam pengertian

sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata

krama (versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam bahasa Inggrisnya

disamakan dengan moral atau etika.

Menurut bahasa Yunani istilah akhlak dipengaruhi istilah Ethos, atau

Ethicos atau etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti etika

yang bermakna usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya,

pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia

mau menjadi baik. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah

ajaran.16

Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian yang telah

dikemukakan menurut para ahli, diantara dari beberapa pengertian tersebut

diantaranya yaitu:

13 Zahruddin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:

PT Raja grafindo persada), h. 1

14 Syaikh Mustofa, Qowa’idul Lughah, (Wazirotul Ma’arif Al-Umumiyah),

h. 41.

15 Ghumaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1984), h. 32

(33)

a) Menurut Hamid Yunus, akhlak adalah sifat-sfat manusia yang

terdidik.17

b) Menurut Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.

Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu disebut ahlak, keadaan

seseorang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

melalui pertimbangan fikiran.18

c) Ibnu Maskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan melalui pertimbangan

pemikiran terlebih dahulu.19

Berdasarkan beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

bahwa seseorang yang memiliki akhlak yang baik atau ahlakul karimah

maka hidupnya akan terasa tenang karena perbuatannya akan

dipertimbangkan terlebih dahulu sehingga terhindar dari sifat-sifat buruk.

Akan tetapi jika seseorang yang memiliki akhlak yang buruk, maka

hidupnya akan merasa tidak tenang karena perbuatannya yang kurang

pertimbangan. Akhlak memang bukanlah barang mewah yang mungkin

tidak terlalu dibutuhkan, tetapi akhlak merupakan pokok/sendi kehidupan

yang esensial, yang harus dimiliki dan menjadi anjuran dari agama (Islam).

Terdapat beberapa hal yang terkandung pada akhlak dasar Islam:

17 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 1 18 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak. h. 2

(34)

a) Akhlak yang baik harus ditanamkan kepada manusia supaya

manusia mempunyai kepercayaan yang teguh dan kepribadian yang

kuat,

b) Sifat-sifat terpuji atau akhlak yang baik merupakan latihan bagi

pembentukan sikap sehari-hari, sifat-sifat ini banyak dibicarakan dan

berhubungan dengan rukun Islam dan Ibadah seperti sholat, puasa

zakat, dan sodaqoh,

c) Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia.20

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan

akhlak yang pertama adalah berhubungan dengan Iman dan kepribadian

manusia, sedangkan yang kedua berhubungan dengan pembentukan

sikap yang merupakan perwujudan dari Iman, apabila dua hal ini terpisah

maka, akhlak akan merusak kemurnian jiwa dan kehidupan manusia dan

yang ketiga adalah hablumminalloh wa hablumminannaas.

Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan manusia, penting nya akidah

akhlak tidak saja bagi manusia dalam statusnya sebagai pribadi, tetapi juga

berarti bagi kehidupan keluarga dan masyarakat bahkan bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara. Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan

manusia dengan hewan.

Untuk mengembangkan Aqidah Akhlak bagi siswa atau remaja

diperlukan modofikasi unsur-unsur moral dengan faktor-faktor budaya

(35)

dimana anak tinggal. Program pengajaran moral seharusnya disesuaikan

dengan karakteristik siswa tersebut, yang termasuk unsur moral adalah:

1) Penaralan moral, 2) Perasaan, 3) Prilaku moral serta 4) Kepercayaan

eksistensial atau iman.21

Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan

mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan

hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat

hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.22 Peranan dan efektivitas

pendidikan agama di madrasah sebagai landasan bagi pengembangan

spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat harus ditingkatkan, karena jika

pendidikan Agam Islam (yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits,

Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan

landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka

kehidupan masyarakat akan lebih baik.

Pendidikan atau mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan Agam Islam, memang

21 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004),

h. 10

22 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama Ri, 2003), h. 1

(36)

bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak

dan kepribadian siswa. Tetapi secara substansial mata pelajaran pelajaran

Aqidah Akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan

(tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada didalam mata

pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai salah satu pedoman

kehidupannya.23 Dengan demikian maka tujuan dari Akidah Akhlak itu pun akan terwujud.

2. Dasar Aqidah Akhlak a) Dasar aqidah

Dasar aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Di dalam Al-

Qur’an banyak disebutkan pokok-pokok aqidah seperti cara-cara

dan sifat Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga dan

neraka. Mengenai pokok-pokok atau kandungan aqidah Islam, antara

lain disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285 sebagai

berikut:

23 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 1

(37)

ُ لو سَّرلٱىنىماىء

ُ

ُِهِ بَّرُ نِمُ ِهۡ

ىلَِإُ ىلِزن أُٓاىمِب

ۦ

ُُىو

ُُۚىنو نِمۡؤ م

ۡ

لٱ

ُ

ُِبُ ىنىماىءُ

ٌّ كُ

ُِ َّللّٱ

ُ

ُِهِتىكِئَٰٓ

ىلىمىو

ۦ

ُ

ُِهِب ت

كىو

ۦُ

ُِهِل س رىو

ۦُ

ُِهِل سُّرُنِ مُ ٖدىح

ى

أُ ى ۡيۡىبُ قِ رىف نُ

لَ

ى

ُُۚۦُ

ُ ىكۡ ىلَوَإُِاىنَّبىرُ ىكىناىرۡف غُۖاىنۡع ىط

ى

أىوُاىنۡعِمىسُْاو لاىقىو

ُ

ۡ

لٱ

ُ ير ِصىم

٢٨٥

ُ

Artinya:

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya

(Al- Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (Q.S. Al-Baqarah: 285). b) Dasar akhlak

Allah SWT telah menunjukkan tentang gambaran dasar-dasar

akhlak yang mulia, sebagaimana yang tertera dalam firma-Nya, yaitu

Q.S. Al- A’raf ayat 199:

ُىوۡفىعۡلٱِذ خ

ُ

ُِبُۡر م

ۡ

أىو

ُِفۡر عۡلٱ

ُ

ُِنىعُ ۡضِرۡع

ى

أىو

ُىيِۡلِهٰ ىج

ۡلٱ

ُ

١٩٩

ُ

Artinya:

“Jadilah Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta

jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”.(Q.S. Al-A’raf: 199).24

24 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

(38)

Akhlak merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki

oleh setiap individu umat Islam. Hal ini didasarkan atas dari

Rasulullah SAW yang begitu berakhlak mulia dan kita sebagai

umatnya sudah selayaknya memiliki akhlak mulia ini

وَإِ

ُٖميِظىعُ ٍق

ل خُٰىلَىعىلُ ىكَّن

٤

Artinya:

“Dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur

(QS. Al-Qolam:4).25

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan

kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan aqlaknya. Penggunaan

istilah “khuluqun ‘adhiim” menunjukkan keagungan dan keagungan

moralitas Rosul dalam hal ini adalah Muhammad SAW yang mendapat

pujian sedahsyat itu.

Dengan lebih tegas Allah SWT memberikan penjelasan secara

transparan bahwa aqlak Rasulullah SAW sangat layak untuk dijadikan

standar moral bagi umatnya. Sehingga layak untuk dijadikan idola

yang diteladani sebagai suritauladan yang baik (Uswatun Hasanah),

melalui firman-Nya:

ُۡدىقَّل

ُ

ُِلو سىرُ ِفُِۡم ك

ىلُىنىكَ

ُِ َّللّٱ

ُ

ُْاو جۡرىيُ ىن ىكَُنىمِ لُٞةىن ىسىحٌُةىوۡس

أ

ُى َّللّٱ

ُُىو

ُىرِخلۡأٓٱىمۡوى

لَٱ

ۡ

ُ

ُىرىكىذىو

ُىَّللّٱ

ُ

ُاٗيرِثىك

٢١

ُ

25 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

(39)

Artinya:

“Sesungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. ( Q.S. Al- Ahzab: 21).26

Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rasulullah SAW

merupakan contoh yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya.

Disamping itu ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap” (kejelekan) pun pada diri Rasulullah SAW.

Karena semua sisi kehidupanya dapat ditiru dan diteladani. Ayat

diatas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW sengaja dijadikan

oleh Allah SWT untuk menjadi pusat akhlak umat manusia secara

universal, karena Rasulullah SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamiin.27

Karena kemudian akhlak Rasulullah SAW tersebut itulah, maka

Allah SWT memberitahukan kepada kepada Muhammad untuk

menjalankan misi menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar

mencapai akhlak yang mulia.

3. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat penting

di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai

26 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,

h. 595

27 Moh. Rifa’I, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hal.

(40)

atau yang hendak ditinjau oleh pendidikan. Demikian halnya dengan

pendidikan agama Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah

tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam dalam kegiatan

pelaksanaan pendidikan agama Islam.

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman

peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa

dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.28

Jadi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya

yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengalaman serta pengalaman siswa tentang aqidah dan

akhlak Islam.

Dengan demikian maka manusia akan terus berkembang dan

meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SAW serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

28 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 13

(41)

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.29

4. Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Fungsi pendidikan Agama Islam merupakan kegunaan Pendidikan

Agama Islam khususnya kepada peserta didik, karena tanpa adanya fungsi

atau kegunaan Pendidikan Agama Islam maka tidak akan tercapai tujuan

Pendidikan Agama Islam. Fungsi pendidkan Agama Islam khususnya Mata

pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah berfungsi sebagai:30

a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat;

b) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta

akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan

lebih dahulu dalam lingkungan keluaraga;

c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial

melalui aqidah akhlak;

d) Perbaikan kesalahan-kesalan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari;

e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkunganya atau

dari budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari;

29 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), (Departemen Agama RI, 2003), h.1

30 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 1

(42)

f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,

serta sistem dan fungsionalnya;

g) Penyaluran siswa untuk mendalami Aqidah akhlak ke lembaga

pendidikan yang lebih tinggi.

Tentang fungsi pendidikan agama Islam telah banyak disebutkan di

atas, yang mana fungsi-fungsi tersebut harus diketahui dan dimiliki oleh

peserta didik serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta

berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan

masyarakat.

Cakupan pembahasan kurikulum dan hasil belajar Pendidikan

Aqidah Akhlak di MTs meliputi:

a) Aspek Aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan

jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan mu’jizatnya, dan hari Akhir.

b) Aspek akhlak terpuji yang terdiri dari Khauf, raja’, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, bertekat kuat, ta’aruf, ta’awun, tasamuh, jujur, adil, amanah, tepat janji, musyawarah.

c) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan ghibah.31

B. Model Problem Based Learning

31 Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah), h. 3

(43)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu

akan kita kaji apakah yang dimaksud dengan model. Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk

merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk

sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Misalnya model pesawat

terbang, yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata

dari pesawat terbang.32

Dalam konteks pengajaran “Model” dimaksudkan sebagai daya

upaya guru dalam menciptakan proses mengajar. Agar tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guru

dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum

komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjamin keterkaitan

fungsi antara komponen pembelajaran yang dimaksud.

Penggunaan model pembelajaran sangat perlu karena untuk

mempermudah proses pembelajaran sehinggga mencapai hasil yang

optimal. Model pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun

siswa. Bagi guru model dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak

sistematis dalam pelaksanaan model pembelajaran dapat mempermudah

proses pembelajaran (mempermudah dan mempercepat memahami isi

32 Trianto,

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: 2009), h. 21

1 4

(44)

pembelajaran), karena setiap model pembelajaran dirancang untuk

mempermudah proses belajar siswa.33

Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang hendak dicapai,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan

para pengajar dalam merencanakan aktifitas pembelajaran.

Istilah lain menjelaskan bahwa model pengajaran mengarah pada

suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau

prosedur.

Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki

oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembanganya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.34

33 Made Wean, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta:

(45)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari

keempat ciri-ciri model pembelajaran tersebut harus menjadi

pertimbangan guru saat menentukan model apa yang akan digunakan.

Seorang guru tidaklah cukup hanya menggunakan pada suatu model

pembelajaran. Berdasarkan kemampuan melaksanakan berbagai model

pembelajaran, guru dapat memilih model yang sangat baik untuk

mencapai tujuan pengajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar

siswa.

2. Pengertian Model ProblemBasedLearning

Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari Istilah

Inggris Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran berbasis masalah ini telah di kemukakan sejak zaman John Dewey.35

Selain itu belajar berbasis masalah juga diartikan sebagai interaksi

antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa

berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi

dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan

34 Kardi dan Nur, Pengantar pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas,

(Surabaya: Uni Press, 2000), h. 9

(46)

kepada bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa

menjadikan pedoman dan tujuan belajar.36

Pengertian lain juga menjelaskan bahwa pembelajaran bermasalah

adalah menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan

bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk

melakukan penyelidikan dan inkuiri.37

Dalam model problem based learning melibatkan presentasi

situasi-situasi autentik dan makna yang berfungsi sebagai landasan bagi

investigasi oleh peserta didik. Fitur problem based learning sebagai berikut:38

1) Permasalahan Autentik

Problem based learning mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi peserta didik. Peserta didik

menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi

jawaban-jawaban sederhana.

2) Fokus Interdisipliner

Pemecahan masalah menggunakan pendekatan interdisipliner.

Pada fokus interdisipliner hal ini dimaksudkan agar peserta didik

belajar berfikir struktural dan belajar menggunakan berbagai

perspektif keilmuan.

36 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, h. 91. 37 Muslim Ibrahim dan M.Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah,

(Surabaya: Unipress, 2002), h. 3.

38 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi Paikem ,(Jakarta:

(47)

3) Investigasi Autentik

Peserta didik diharuskan melakukan investigasi autentik

yaitu berusaha menemukan solusi riil. Peserta didik diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis

dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik

kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan bergantung pada

sifat masalah penelitian.

4) Produk

Model based learning menuntut peserta didik mengontruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.

5) Kolaborasi

Kolaborasi peserta didik dalam model problem based learning mendorong siswa agar menyelidiki dan dialog bersama untuk

mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.39 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar dari model problem based learning adalah peserta didik memiliki

ketrampilan penyelidikan, peserta didik mempunyai keterampilan

mengatasi masalah, peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari

(48)

peran orang dewasa, peserta didik dapat menjadi pembelajaran yang

mandiri dan independen.

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan

melalui pemecahan masalah itu siswa belajar terampil melalui

penyelidikan dan berfikir sehingga dapat memandirikan siswa dalam

belajar dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan

pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme, karena disini guru berperan sebagai pengajuan masalah, penanya, mengadakan dialog,

memberi fasilitas penelitian menyiapkan inkuiri dan intelaktual siswa.40 Kontruktisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pendekatan

kontruktisme adalah pendekatan pembelajaran yang berdasarkan bahwa

dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman kita, kita akan dapat

membangun pemahaman terhadap dunia yang kita hidup di dalamnya.41 Pengetahuan bukanlah seperangkat faktor-faktor atau konsep dan

kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi

(membangun) pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Model Problem Based learning ini memfokuskan siswa dengan

40 Nurhayati Abbas, Penerapan Problem Based Learning, (Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan No.51 tahun 2004.), h. 834.

41 E.Mulyasa,

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 237.

(49)

mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat langsung

secara aktif dalam pembelajaran berkelompok. Model ini membantu siswa

untuk mengembangkan berfikir siswa dalam mencari pemecahan masalah

melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah

dengan rasional dan autentik.42

Pada umumnya guru menerapkan model ini lebih menjurus pada

pemecahan suatu masalah dalam kehidupan nyata yang dihadapi siswa

sehari-hari dengan menggunakan ketrampilan problem solving. Model pembelajaran problem based learning pada umumnya berbentuk proyek untuk diselesaikan oleh sekelompok siswa dengan bekerjasama.43

Dengan demikian dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk

dapat menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri dan dapat

bertanggung jawab terhadap hasil yang mereka dapatkan.

3. Ciri-ciri Problem Based Learning

Ciri-ciri model problem based learning memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran yang

lain, yaitu sebagai berikut:44

1) Pengajuan Pertanyaan atau Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah atau problem solving pada model pembelajaran problem based learning berkenaan dengan

42 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2009), h. 288.

43 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, h. 288.

44 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta:

(50)

pengajuan masalah yaitu mengorganisasikan pengajaran disekitar

pertanyaan dan masalah yang secara sosial penting dan secara pribadi

bermakna bagi diri siswa. Dalam pembelajaran bebasis masalah ini

siswa mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari

jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam

solusi itu.

Pertanyaan atau masalah yang baik haruslah memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a) Autentik, yaitu masalah harus sesuai dengan pengalaman dunia

nyata siswa dengan prinsip-prinsip displin akademik tertentu.

b) Misteri, yaitu masalah seharusnya bersifat misteri atau teka-teki,

masalah tersebut sebaiknya memberikan tantangan dan tidak

hanya mempunyai jawaban sederhana, serta memerlukan solusi

alternarif yang masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan.

c) Bermakna, yaitu masalah yang diberikan hendaknya bermanfaat

bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual

mereka.

d) Luas, artinya masalah tersebut sesuai dengan waktu, ruang, dan

sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun

tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah

Referensi

Dokumen terkait

memang harus ada di dalam jual beli lada agar harga yang akan diberikan. waktu transaksi tidak berbeda mungkin yang tidak boleh itu kalau

Metode pendekatan dengan cara langsung turun ke masyarakat untuk mendapatkan data primer, yaitu menyangkut persoalan-persoalan hukum yang dianalisis dalam

Dengan demikian, perubahan tersebut semakin memperjelas peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada pemahaman keagamaan, tetapi juga,

bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang retribusi pelayanan kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak

Belajar Sendiri Mikrokontroller AVR seri ATmega 8535 simulasi, hardware,

Keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hal utama yang harus dilaksanakan pada Badan Usaha Milik Negara atau perusahaan swasta, karena pekerja yang sehat dan tidak

Pimpinan Pesantren dibantu oleh 5 (lima) biro yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kinerja organisasi guna mengoptimalkan proses pendidikan dan