• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Pengembangan Ekowisata Berkelanjutan

2.1.1. Ekowisata dan Karakteristiknya

Ekowisata bukanlah hanya sebagai satu corak kegiatan pariwisata khusus, melainkan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian. Pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan (Supriatna, 2008).

Menurut Yoeti (1999) dalam ekowisata ada empat unsur yang dianggap penting, yaitu unsur pro-aktif, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal dan unsur pendidikan.

Setidaknya ada 5 (lima) aspek kunci dalam ekowisata, yaitu :

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism).

Ekowisata berbeda dengan wisata konvensional (mass tourism) dilihat dari jumlah pengunjung. Pada mass tourism jumlah pengunjung tidak dibatasi, sementara pada ekowisata jumlah pengunjung dibatasi, disesuaikan dengan daya dukung lingkungan maupun sosial-budaya masyarakat setempat.

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami, bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. 3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)

Ekowisata selain membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan, ekowisata juga merupakan pola wisata yang ramah budaya dan adat setempat, di mana budaya asli setempat diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri

12

dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.

4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) Kegiatan ekowisata juga secara langsung membantu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal karena menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis seperti fee pemandu, ongkos transportasi, homestay, menjual kerajinan, dan kegiatan ekonomi masyarakat lainnya. Selanjutnya pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

5. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).

Pembangunan infrastruktur dalam kawasan ekowisata tidak terlalu membutuhkan modal yang besar dibanding dengan pembangunan infrastruktur pada mass tourism, karena pada kawasan ekowisata tidak disarankan untuk membangun berbagai pembangunan infrastruktur yang pada akhirnya hanya akan merusak ekologis di kawasan tersebut. Pembangunan infrastruktur dibatasi dalam jumlah yang minim dan berdampak kecil terhadap lingkungan.

Dalam pengembangan ekowisata, perlu pemahaman yang jelas mengenai definisi ekowisata, prinsip dan karakteristiknya, pengelolaan dan pengembangannya. Selain itu perlu juga pemahaman tentang kriteria daerah pengembangan ekowisata.

a. Definisi Ekowisata

Ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang kegiatannya semata-mata menikmati aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya dan berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi wawasan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan proyek ekowisata (Yoeti, 1999).

13 Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonsevasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Menurut Supriatna (2008), ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman pengembangan ekowisata di daerah, ekowisata diartikan sebagai kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

b. Prinsip Ekowisata

Adapun prinsip-prinsip ekowisata menurut Yoeti (1999), antara lain :

1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.

2. Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.

3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.

4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.

5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.

14

c. Karakteristik Ekowisata

Batasan ekowisata hendaknya memiliki ciri khusus dan berbeda dengan batasan tentang pariwisata yang biasa. Yoeti (1999) membedakannya sebagai berikut :

1. Baik objek maupun atraksi yang dilihat adalah yang berkaitan dengan alam atau lingkungan, termasuk di dalamnya alam, flora dan fauna, sosial dan ekonomi serta budaya dari masyarakat setempat yang memiliki unsur-unsur keaslian, langka, keunikan dan mengagumkan.

2. Keikutsertaan seorang wisatawan berkaitan dengan keingintahuan, pendidikan, kesenangan, dan penelitian tentang lingkungan sekitar.

3. Adanya keterlibatan penduduk setempat, seperti penyediaan penginapan, barang/kebutuhan, memberikan pelayanan, tanggung jawab memelihara lingkungan, atau bertindak sebagai instruktur atau pemandu.

4. Proyek pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat sekitar.

5. Proyek pengembangan ekowisata harus sekaligus dapat melestarikan lingkungan, mencegah pencemaran seni dan budaya, menghindari timbulnya gejolak sosial serta memelihara kenyamanan dan keamanan.

Damanik dan Weber (2006) juga mengemukakan karakteristik ekowisata yang membedakannya dengan wisata masal, yaitu :

1. Aktivitas wisata utama dari ekowisata berkaitan dengan konservasi lingkungan.

2. Penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk wisatawan, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunikan dan lingkungannya tetap terpelihara dan masyarakat lokal serta wisatawan beriktunya dapat menikmati keunikan tersebut.

3. Kegiatan wisata berbasis alam.

4. Organisasi perjalanan (tour operator) menunjukkan tanggung jawab finansial dalam pelestarian lingkungan hijau yang dikunjungi atau dinikmati oleh wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan konservasi.

15 5. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan untuk menikmati

keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan bagi pelestarian.

6. Perjalanan wisata menggunakan alat trasnportasi dan akomodasi lokal.

7. Pendapatan dari pariwisata digunakan tidak hanya untuk mendukung kegiatan konservasi lokal tetapi juga membantu pengembangan masyarakat setempat secara berkelanjutan.

8. Perjalanan wisata menggunakan teknologi sederhana yang tersedia di daerah tujuan wisata, terutama yang mengemat energi, menggunakan sumberdaya lokal, termasuk melibatkan masyarakat lokal dalam pembuatannya.

9. Kegiatan wisata berskala kecil, baik dalam arti jumlah wisatawan maupun usaha jasa yang dikelola, meskipun dengan cara itu keuntungan yang diperoleh cenderung mengecil.

d. Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata

Supriatna (2008) menyatakan ada 8 (delapan) aspek yang merupakan pertimbangan pengelolaan suatu kawasan ekowisata, yaitu :

1. Proses perencanaan, misi dan visi dari pengembangan suatu kawasan haruslah menjadi hal yang penting.

2. Resource Opportunity Spectrum (ROS) yaitu suatu sistem yang didasarkan pada pembentukan zonasi dari bentuk-bentuk lingkungan dan saran-saran aktivitas wisata apa saja yang cocok dilakukan.

3. Proses pelibatan multi-stakeholders yaitu pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu pengembangan ekowisata.

4. Proses pengambilan keputusan.

5. Pengelolaan manajemen resiko, keamanan dan proteksi terhadap konsumen. 6. Pendidikan dan pelatihan.

7. Montoring dan evaluasi dengan melakukan sistem reservasi untuk berkunjung ke dalam kawasan.

8. Pemasaran dan promosi.

Pengembangan ekowisata adalah kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata. Direktorat Jenderal Pariwisata menggariskan prinsip-prinsip pengembangan ekowisata, sebagai berikut :

16

1. Kegiatan ekowisata harus bersifat ramah lingkungan, secara ekonomis dapat berkelanjutan dan serasi dengan kondisi sosial dan kebudayaan Daerah Tujuan Ekowisata (DTE).

2. Untuk menjamin konservasi alam dan keanekaragaman hayati sebagai sumberdaya kepariwisataan utama, segenap upaya penting harus dilaksanakan untuk menjamin fungsi dan daya lingkungan agar tetap terjaga.

3. Kegiatan ekowisata yang secara langsung mendukung pada upaya perlindungan alam dan kelestarian keanekaragaman hayati harus dipromosikan.

4. Harus ada tindakan pencegahan untuk menghindari dan meminimalkan dampak negatif keanekaragaman hayati yang disebabkan kegiatan ekowisata. 5. Pengembangan kegaiatan ekowisata hendaknya selalu menggunakan

teknologi ramah lingkungan.

6. Semua yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata, termasuk pemerintah, swasta atau LSM harus bertanggung jawab secara bersama untuk mencapai bentuk ekowisata yang berkelanjutan.

7. Konsep dan kriteria ekowisata berkelanjutan harus dikembangkan dan dikaitkan dengan program pendidikan dan pelatihan untuk pekerja di bidang kepariwisataan.

8. Masyarakat harus diberikan kemudahan untuk memperoleh informasi sebanyak banyaknya mengenai manfaat perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui bentuk ekowisata yang berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, prinsip pengembangan ekowisata meliputi:

1. Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.

2. Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata.

3. Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

17 4. Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi

seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

5. Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.

6. Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan. 7. Menampung kearifan lokal.

e. Kriteria Daerah Pengembangan Ekowisata

Penentuan daerah (kawasan) merupakan salah satu kriteria dalam pengembangan ekowisata. Jenis-jenis ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman pengembangan ekowisata di daerah, antara lain:

1. ekowisata bahari; 2. ekowisata hutan;

3. ekowisata pegunungan; dan/atau 4. ekowisata karst.

Adapun daerah-daerah yang biasa dijadikan kawasan ekowisata, antara lain : 1. Daerah atau wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan

berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan seperti Taman Wisata Alam, Taman Wisata Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Pantai atau Taman Wisata Laut.

2. Daerah atau zona pemanfaatan pada Kawasan Taman Nasional.

3. Daerah pemanfaatan untuk Wisata Berburu berdasarkan rencana pengelolaan Kawasan Taman Perburuan

Masyarakat Ekowisata Indonesia (MEI) memberi kriteria pemilihan lokasi pengembangan ekowisata berdasarkanhal-hal berikut :

1. Daerah itu harus memiliki keunikan yang khusus dan tidak terdapat di tempat lain.

2. Memiliki atraksi seni budaya yang unik dan berbeda.

3. Adanya kesiapan masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata.

18

4. Peruntukkan kawasan tidak meragukan.

5. Tersedia sarana akomodasi, rumah makan dan sarana pendukung lainnya. 6. Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat membawa wisatawan dari dan

ke kawasan yang akan dikembangkan.