• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Profil Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja

5.1.6. Kependudukan

59 PDAM Manokwari. Kadar air tanah dan jumlah air tersimpan dalam kawasan TWA Gunung Meja berdasarkan hasil penelitian Y. Huik, 1996 dalam Potret TWA Gunung Meja (2004) disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 9. Jumlah Air Tersimpan dan Kadar Air Tanah (%) pada Beberapa Jenis Tegakan dalam TWA Gunung Meja

Jenis Tegakan (Gram/M²) Jumlah Air Tersimpan (Ton/Ha) Kadar Air Tanah (%)

Calophyllum sp. 356.590 3.5659 55.8147

K. pinnatum Merr. 343.918 3.4392 52.3561

Palaquium sp. 385.787 3.8579 62.9061

Tectona grandis 346.851 3.4685 53.0836

Rata-rata 358.287 3.5829 56.0401

Sumber : Huik (1996) dalam Potret TWA Gunung Meja (2004)

Jika rata-rata jumlah air tersimpan di bawah tegakan hutan tanaman tersebut diasumsikan sama dengan di bawah tegakan alam di Gunung Meja yang luasanya 460 ha, maka kemampuan dalam tanah di hutan Gunung Meja menyimpan air sebesar 1.648.134 ton. Inilah jumlah cadangan air yang akan mengisi mata air dan sumur penduduk di musim kemarau pada daerah-daerah yang lebih rendah.

5.1.6. Kependudukan

a. Sejarah Pembentukan Kampung

Informasi sejarah dan catatan yang terdokumentasikan tidak dapat menunjukkan secara jelas masyarakat yang pertama membuka kawasan hutan atau memanfaatkan lahan kawasan hutan Gunung Meja sebagai areal perladangan atau kebun masyarakat. Namun demikian, pada periode Perang Dunia II tentara sekutu memanfaatkan kawasan hutan Gunung Meja sebagai salah satu pos pertahanan dan persinggahannya, sebagai strategi pertahanan militer di kawasan Pasifik Selatan. Pada jaman pendudukan tentara Jepang, kawasan hutan Gunung Meja dimanfaatkan sebatai kubu pertahanan militer dengan membangun bunker, jalan dalam kawasan dan kubu-kubu pertahanan artileri untuk menangkal serangan udara dan kapal-kapal torpedo pasukan sekutu. Periode waktu pra 1960an, Pemerintah Belanda telah memanfaatkan Hutan Gunung Meja dan kawasan sekitarnya sebagai laboratorium lapangan pengembangan ilmu dan pengetahuan teknis kehutanan secara khusus hutan tropis di Papua. Informasi yang dilaporkan oleh Badan Pemangku Hutan Pemerintah Belanda menyatakan bahwa

kebun-60

kebun mayarakat yang terdapat di dalam kawasan adalah masyarakat Suku Biak dan pendatang dari luar Manokwari. Kelompok peladang ini, diduga adalah para sipil yang ikut bersama pasukan Sekutu ataupun Jepang, kemudian tinggal di bagian Pantai Utara Manokwari dan memanfaatkan lahan di sekitar kawasan Hutan Gunung Meja. Selain itu, Pemerintah Belanda juga membangun pondokan/rumah pos jaga bagi para petugas polisi kehutanan untuk berpatroli sepanjang hutan lindung hidrologis Gunung Meja, namun setelah beralih ke pemerintahan RI pos patroli ini dimanfaatkan sebagai rumah tinggal oleh para pegawai Kehutanan hingga saat ini.

Masyarakat Arfak yang berasal dari kelompok Suku Hatam dan Sough, mulai melakukan migrasi dan mobilisasi dari daerah pegunungan Arfak ke wilayah pusat kota Manokwari. Informasi dan catatan proses mobilisasi masyarakat ke wilayah kota tidak tercatat dan terdokumentasi dengan baik. Namun demikian, berdasarkan informasi dari pelaku sejarah, permukiman awal masyarakat kelompok suku Arfak yang dibuka di dalam dan sekitar kawasan Hutan Gunung Meja adalah Fanindi dan Ayambori. Kampung Fanindi meliputi daerah Amban, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya dan sekitarnya. Sedangkan Ayambori meliputi wilayah Borarsi, Kampung Ambon, Pasir Putih, Ayambori dan Inamberi. Pemukiman masyarakat kelompok suku Arfak dibangun di sekitar beberapa sumber mata air yang ada di kawasan Hutan Gunung Meja, yaitu Indoki, Ayambori dan Inamberi.

b. Jumlah Penduduk

Kawasan TWA Gunung Meja secara administratif berbatasan langsung dengan 4 wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Amban, Kelurahan Padarni, Kelurahan Manokwari Timur dan Kelurahan Pasir Putih. Sampai pada tahun 2010 jumlah penduduk di keempat kelurahan tersebut secara rinci disajikan pada tabel berikut.

61 Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Sekitar TWA Gunung Meja

Lokasi Jumlah KK Jumlah Penduduk

Kelurahan Amban 875 4.407

Kelurahan Pasir Putih 429 2.417

Kelurahan Padarni 1.372 7.756

Kelurahan Manokwari Timur 1.104 4.926

Total 3.780 19.496

Sumber : Monografi masing-masing Kelurahan (2011)

Dari keempat kelurahan tersebut, terdapat Sembilan kampung yang berbatasan langsung atau berdekatan dengan kawasan yaitu Ayambori, Aipiri, Anggori, Susweni, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya, Kampung Ambon Atas dan Sarinah. Etnik yang bermukim pada kampung-kampung tersebut umumnya campuran etnik asli Manokwari dan etnik pendatang. Etnik penduduk asli terutama dari suku Mole, Hatam, Sough dan Meyakh.

Dari beberapa pengecekan oleh Tim Fasilitasi dengan beberapa informan kunci seperti aparat pemerintah, diketahui bahwa beberapa unit pemukiman penduduk yang berada di sekitar kawasan Hutan Gunung Meja dan dipandang mempunyai dampak terhadap kawasan berupa pembukaan lahan kebun/ladang serta pengembangan perumahan warga, adalah unit-unit pemukiman sebagai berikut :

a. RT 2, RW VI, Kelurahan Manokwari Timur

RT ini pada umumnya dihuni oleh anggota TNI, sehingga dapat dikatakan bahwa degradasi lahan kawasan Hutan Gunung Meja disebabkan oleh warganya sangat kecil, bahkan mungkin tidak ada. Adapun beberapa bagian kawasan Hutan Gunung Meja yang bersinggungan dengan RT ini mengalami pembukaan, hal tersebut biasanya dilakukan oleh orang luar (terutama RT 1, RW IV, Kelurahan Manokwari Timur).

b. RT 1, RW VI, Kelurahan Manokwari Timur

RT ini pada umumnya dihuni oleh PNS di bidang pendidikan (Guru). Komposisi warga/masyakat asli Papua dengan warga pendatang menurut informasi aparat pemerintah ± 60% : 40%. Dari informasi, ada beberapa warga dari masyarakat Paniai dan Ayamaru yang melakukan pembukaan lahan dalam kawasan Hutan Gunung Meja.

62

c. RT 1, RW VII, Kelurahan Padarni

Kondisi kawasan Hutan Gunung Meja yang berdekatan dengan wilayah RT ini cukup memprihatinkan, karena selain pembukaan lahan untuk kegiatan perladangan, juga ada sebagian rumah warga yang telah dilakukan pengembangan ke dalam kawasan, terutama pemukiman penduduk yang berdekatan dengan SD Negeri 01/02 Kota. Dari informasi, masyarakat yang melakukan pembukaan lahan adalah masyarakat Karon, Kebar, Anggi dan Ayamaru.

d. RT 2, RW VII, Kelurahan Padarni

Kondisi kawasan Gunung Meja yang berbatasan dengan RT ini cukup memprihatinkan. Pada tahun-tahun 1980-an sampai 1990-an kondisi tegakan Eucaliptus yang berada antara Gunung Meja dengan RT ini cukup rapat, namun dengan bertambahnya penduduk di wilayah ini mengakibatkan kondisi tegakan-tegakan tersebut semakin rusak akibat ditebang. Selain itu, ada kegiatan pengambilan kayu bakar yang dilakukan oleh beberapa warga, khususnya masyarakat Kebar dan Anggi. Sedangkan yang melakukan pembukaan lahan dalam kawasan adalah masyarakat dari daerah Sorong (Ayamaru).

e. RT 3, RW VII, Kelurahan Padarni

Wilayah RT ini tidak terlalu luas, dengan asal usul suku penduduknya beranekaragam. Pada umumnya masyarakat di wilayah ini berprofesi sebagai PNS, namun budaya pertanian tetap dilakukan terutama oleh masyarakat yang berasal dari Sorong.

f. RT 1, RW III, Kelurahan Manokwari Barat

Masyarakat yang menempati RT ini cukup beragam. Dari informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa RT ini lebih banyak dihuni oleh masyarakat pendatang. Kondisi kawasan hutan Gunung Meja yang berbatasan dengan RT ini sebagian telah mengalami degradasi.Kasus yang sering dijumpai berupa penebangan pohon oleh masyarakat, baik untuk kayu bakar maupun diolah lebih lanjut menjadi kayu gergajian (papan dan balok). Disamping itu, di bagian utara RT ini yang berbatsan langsung dengan kawasan Hutan Gunung Meja telah dilakukan

63 perladangan liar oleh masyarakat Anggi. Selain itu juga mereka telah mendirikan rumah pada daerah penyangga yang menurut mereka telah mendapat ijin dari pemilik hak ulayat.

g. RT 2, RW III, Kelurahan Manokwari Barat (Kampung Toraja)

RT ini mayoritas dihuni oleh masyarakat Toraja dan sebagian besar bermata pencaharian di sektor swasta terutama sebagai tukang kayu. Tingkat ketergantungan utama masyarakat di RT ini terhadap kawasan Hutan Gunung Meja adalah air tanah. Penebangan pohon-pohon juga masih terjadi di RT ini untuk kebutuhan kayu bakar dan pembukaan lahan untuk kegiatan perladangan. Pembukaan lahan menjadi ladang dilakukan oleh masyarakat Anggi dan terus terjadi setelah era reformasi dimulai.

h. RT 3, RW III, Kelurahan Manokwari Barat

Penduduk di RT ini umumnya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada RT ini terdapat hak tanah ulayat dalam kawasan Hutan Gunung Meja. Kondisi kawasan yang berbatasan dengan RT ini pun telah mengalami degradasi, baik berupa pembukaan lahan maupun pengambilan kayu bakar. Kegiatan pembangunan juga terjadi di wilayah ini, yaitu pembangunan tempat ibadah dan rumah penduduk di daerah penyangga. Indikasi lain di kawasan ini yang menunjukkan bahwa kondisi kawasan Hutan Gunung Meja telah mengalami degradasi adalah mengeringnya sebuah kali (sungai) yang berada dalam kawasan

c. Kepemilikan Lahan

Kepemilikan lahan dalam kawasan TWA Gunung Meja sangat ditentukan oleh kebijakan dan legimitasi dua tokoh besar pemuda Arfak, yaitu Bapak Almarhum Loudwjik Mandacan dan Barent Mandacan serta kerabatnya. Wilayah kepemilikan lahan kawasan dibagi menjadi berikut : wilayah Ayambori, Kampung Ambon dan Brawijaya dimiliki oleh Bapak Barent Mandacan serta kerabatnya (Meidogda dan Saroy). Lahan kepemilikan marga Mandacan dan kerabatnya dibatasi oleh Sungai Wosi ke arah barat sampai Maripi dimiliki oleh marga Ulo dann Mansim.

64

Sejalan dengan perkembangan status kawasan dan upaya pelestarian kawasan serta pembangunan daerah, maka hak kepemilikan lahan dalam kawasan telah diserahkan oleh masyarakat pemilik ulayat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari pada tahun 2000/2001 dan 2001/2002 melalui pembayaran kompensasi kepada 64 orang dari kelompok marga Mandacan, Meidogda dan Saroy selaku pemilik ulayat. Dengan demikian, hak guna pengelolaan kawasan TWA Gunung Meja saat ini berada pada Pemerintah Daerah Manokwari.