• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS EKONOMI TWA GUNUNG MEJA

6.2. Nilai Ekonomi Wisata alam

6.2.1. Travel Cost Method (TCM)

89 bersejarah Perang Dunia II kepada anak-anak mereka, sekaligus menikmati keindahan Kota Manokwari karena dari Tugu Jepang para pengunjung juga dapat menikmati keindahan Kota Manokwari. Kegiatan wisata untuk penelitian/studi banding memiliki elastisitas sebesar 7,08 yang berarti persentase perubahan jumlah kunjungan 10,08 kali lebih besar dari perubahan biaya perjalanan. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kehutanan.

6.2. Nilai Ekonomi Wisata Alam

Untuk mengetahui nilai ekonomi sumberdaya alam yang atraktif bagi rekreasi digunakan pendekatan proxy yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam tersebut, dalam hal ini ditunjukkan oleh besarnya biaya perjalanan atau Travel Cost. Metode tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari sisi permintaan atau dari wisatawan, sementara untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata dari sisi penawaran atau dari masyarakat dihitung manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja.

6.2.1. Travel Cost Method (TCM)

Ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan Travel Cost Method (TCM) yaitu pendekatan sederhana melalui zonasi dan pendekatan individual. Namun, dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah pendekatan individual yaitu dengan menggunakan data dari survey. Pendekatan melalui zonasi tidak digunakan karena tidak tersedianya data sekunder jumlah kunjungan di TWA Gunung Meja.

a. Jumlah Kunjungan

Jumlah kunjungan pengunjung atau wisatawan ke TWA Gunung Meja mencerminkan tingkat kesukaan dan kepuasan terhadap kunjungan sebelumnya. Artinya, semakin banyak frekuensi wisatawan berkunjung ke TWA Gunung Meja, maka kondisi tersebut menggambarkan tingkat kesukaan dan kepuasan kunjungan terhadap TWA Gunung Meja. Jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja dalam setahun terakhir ditunjukkan pada Tabel berikut.

90

Tabel 17. Frekuensi Kunjungan ke TWA Gunung Meja Setahun Terakhir Frekuensi Kunjungan (kali) Orang Jumlah %

2 3 4 5 6 14 16 11 3 3 29,79 34.04 23.40 6.38 6.38 Total 47 100

Sumber : Data diolah (2011)

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan sudah berkunjung sebanyak 3 kali yaitu sebanyak 16 orang (34,04 persen), selanjutnya adalah wisatawan yang sudah dua kali berkunjung sebanyak 14 orang (29,79 persen) dan wisatawan yang berkunjung sudah 4 kali sebanyak 11 orang (23,40 persen), sedangkan wisatwan yang sudah berkunjung 5 kali dan 6 kali masing-masing 3 orang (6,38 persen), dan wisatawan yang baru pertaman kali berkunjung yaitu 1 orang (2,13 persen).

Tabel 17 juga menunjukkan bahwa semua responden (100 persen) sudah mengetahui keberadaan TWA Gunung Meja sebagai objek wisata karena sudah pernah berkunjung ke TWA Gunung Meja sebelumnya.

b. Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Komponen biaya perjalanan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk sampai ke TWA Gunung Meja hingga kembali ke tempat tinggal. Biaya perjalanan tersebut terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya konsumsi dan biaya komunikasi. Jumlah biaya perjalanan berdasarkan komponen-komponen biaya tersebut disajikan pada Gambar berikut.

93 Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 1) dengan melakukan pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,643 dan adjusted R2 sebesar 0,544 yang berarti bahwa 64,3 persen keragaman dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 35,7 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 6,497 dengan nilai sig sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson diperoleh sebesar 1,716 atau selang nilai statistik DW adalah du< DW < 4-dudi mana nilai du (n=47, k=3)adalah 1,6692, yang berarti tidak ada autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear terlihat bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat dilihat dari besaran VIF masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari hasil analisis regresi linear, maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Qij = 2,272 - 0,231Cij - 0,314J + 0,423M + 0.007A + 0,142P + 0,1180E + 0,160P1 + 0,196P2 + 0,036P3

Berdasarkan fungsi permintaan di atas terlihat besaran konstanta adalah 2,272 yaitu rata-rata nilai Qij jika variabel lainnya sama dengan nol. Dari fungsi persamaan tersebut variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan ke TWA Gunung Meja adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung, jarak, pendapatan dan persepsi pengunjung terhadap keindahan di TWA Gunung Meja.

Variabel biaya perjalanan memiliki nilai sig sebesar 0,009 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja pada taraf (α) 99 persen. Sedangkan Nilai Koefisien biaya perjalanan terhadap jumlah kunjungan sebesar -0,231 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 persen maka tingkat kunjungan wisatawan akan berubah sebesar 0,231 persen. Tanda negatif dari nilai elasitisitas tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara biaya perjalanan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja, di mana jika terjadi kenaikan biaya perjalanan maka akan menyebabkan turunnya jumlah kunjungan wisatawan begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, bahwa semakin tinggi

94

harga dalam hal ini biaya perjalanan, maka jumlah permintaan dalam hal ini jumlah kunjungan akan berkurang begitupun sebaliknya.

Variabel jarak memiliki nilai sig sebesar 0,007 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja pada taraf (α) 99 persen. Sedangkan nilai koefisien atau elastisitas jarak terhadap jumlah kunjungan bertanda negatif (+) yang mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak wisatawan dengan lokasi, maka kunjungan ke TWA Gunung Meja akan berkurang. Nilai Koefisien jarak terhadap jumlah kunjungan sebesar -0,314 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 persen maka tingkat kunjungan wisatawan akan berkurang sebesar 0,314 persen. Tanda negatif dari nilai elasitisitas tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara biaya perjalanan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja, di mana jika terjadi kenaikan biaya perjalanan maka akan menyebabkan turunnya jumlah kunjungan wisatawan begitu pula sebaliknya.

Variabel pendapatan memiliki nilai sig sebesar 0,013 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja pada taraf (α) 95 persen. Sedangkan nilai koefisien atau elastisitas pendapatan terhadap jumlah kunjungan bertanda positif (+) dengan nilai 0,423 yang berarti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen pendapatan, maka akan menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan sebesaar 0,423 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang, maka alokasi waktu untuk kunjungan ke tempat wisata juga meningkat.

Variabel persepsi terhadap keindahan memiliki nilai sig sebesar 0,131 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja pada taraf (α) 85 persen. Sedangkan nilai koefisien atau elastisitas pendapatan terhadap jumlah kunjungan bertanda positif (+) dengan nilai 0,196 yang berarti bahwa persepsi terhadap keindahan atau penilaian terhadap TWA Gunung Meja yang memiliki keindahan akan menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan sebesaar 0,196 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak persepsi wisatawan terhadap keindahan TWA Gunung Meja, maka alokasi waktu dan keinginan untuk berkunjung ke tempat wisata juga meningkat.

95 Variabel penjelas lainnya yang memiliki pengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja yang memiliki nilai sig lebih besar dari taraf kepercayaan (α) 15 persen yaitu variabel umur, pendidikan, status, persepsi terhadap kondisi fisik dan keamanan di TWA Gunung Meja. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kunjungan wisata di TWA Gunung Meja.

d. Surplus Konsumen

Menurut Fauzi (2004) setelah mengetahui fungsi permintaan, maka selanjutnya dapat diketahui surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen diperoleh dari selisih lebih antara tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen (dalam hal ini pengunjung) dengan biaya atau harga yang harus dibayarkan atau dikeluarkan untuk memperoleh kepuasan tersebut. Tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung Meja dapat digambarkan sebagai frekuensi atau jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Dengan demikian, berdasarkan asumsi tersebut, semakin tinggi tingkat kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan wisatawan.

Untuk melakukan kunjungan wisata tersebut dibutuhkan biaya dalam jumlah tertentu, dimana keseluruhan biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan biaya perjalanan per sekali kunjung ke TWA Gunung Meja. Karena itu, dalam menghitung surplus konsumen hanya melibatkan biaya perjalanan. Secara matematis, surplus konsumen dari wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung Meja dapat diukur dengan menggunakan fungsi permintaan di bawah ini :

LnQ = 2,272 - 0,231Lnc atau 𝑄 = 𝑐.9,699 0,231 atau 𝑐 = �9,699 𝑄 0,231

Selanjutnya untuk menghitung luasan surplus konsumen adalah menghitung luasan di bawah kurva permintaan sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

96

𝑊𝑇𝑃 ≈ 𝐶𝑆 = � �9,699 𝑐0,231𝑑𝑐 𝑐1

𝑐0

Berdasarkan data biaya perjalanan, diketahui bahwa jumlah biaya terendah yang dikeluarkan wisatawan untuk mengunjungi TWA Gunung Meja adalah Rp. 40.000,- dan biaya tertinggi adalah Rp. 500.000,-. Dengan demikian nilai co = 40000 dan c1 = 500000, yang selanjutnya disubstitusikan pada persamaan (12), sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

𝑊𝑇𝑃 ≈ 𝐶𝑆 = �5000009,699𝑐0,231𝑑𝑐 40000

Perhitungan dengan menggunakan software Maple 11 terhadap persamaan di atas, diperoleh besaran luas wilayah di bawah kurva permintaan sebesar 260674,67 Nilai tersebut merupakan surplus konsumen dari wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung Meja. Berdasarkan konsep WTP yang dibangun, maka nilai WTP wisatawan adalah sebesar surplus konsumen yaitu sebesar Rp. 260.674,67,-. Total nilai TCM adalah surplus konsumen dikalikan dengan jumlah wisatawan, di mana berdasarkan estimasi jumlah wisata yang berkunjung ke TWA Gunung Meja adalah 1.524 orang per tahun, sehingga total surplus konsumen adalah Rp. 397.268.197,- per tahun.

Berikut adalah kurva permintaan terhadap kegiatan wisata alam TWA Gunung Meja.

Gambar 14. Kurva Permintaan terhadap KegiatanWisata Alam TWA Gunung Meja

Total Kunjungan Biaya Perjalanan 0 1 2 3 4 5 6 40000 100000 200000 300000 400000 500000 Surplus Konsumen

97 Surplus konsumen yang terlihat pada kurva di atas merupakan luasan di bawah kurva permintaan yang menunjukkan kesediaan membayar wisatawan di atas harga pasar dalam hal ini adalah harga terendah yang juga menunjukkan tingkat kepuasan wisatawan.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Muhammmad Iqbal (2008), nilai ekonomi TWA Laut Pulau Weh di Kota Sabang adalah sebesar Rp. 3.775.293.639,50,- dengan besaran surplus konsumen adalah sebesar Rp. 126.053,21,- per tahun. Dibandingkan dengan surplus konsumen pada TWA Gunung Meja, diketaui surplus konsumen TWA Gunung Meja lebih besar dari surplus konsumen pada TWA Laut Pulau Weh. Tetapi nilai ekonomi wisata TWA Pulau Weh jauh lebih besar dibanding dengan nilai ekonomi wisata TWA Gunung Meja, karena perhitungan nilai ekonomi pada TWA Laut Pulau Weh merupakan surplus konsumen dikali dengan jumlah penduduk Kota Sabang, sedangkan pada perhitungan nilai ekonomi wisata TWA Gunung Meja merupakan perkalian dari surplus konsumen dengan jumlah pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung Meja selama 1 (satu) tahun.