• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

4.1 Identifikasi Masalah 1 Degradasi Sunga

4.1.3 Erosi Tanah dan Sedimentas

Erosi tanah di DAS Batang Gadis termasuk tinggi terutama pada saat terjadi hujan lebat. Kondisi ini bisa dilihat dari kekeruhan air sungai jika diamati pada saat kejadian hujan (terutama bila hujan terjadi di daerah hulu DAS). Pada saat tidak terjadi hujan, kondisi air sungai cukup jernih karena tidak ada aktifitas pengangkutan partikel tanah dari lahan-lahan di dalam kawasan DAS. Selain itu, kekeruhan air pada saat hujan di sepanjang sungai Batang Gadis mengalami variasi, ada kalanya di bagian DAS yang lebih hulu memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada bagian yang lebih hilir. Hal ini menunjukkan adanya proses pengenceran dari Sub-sub DAS di bagian yang lebih hilir, dimana kondisi Sub DAS tersebut memiliki tutupan lahan yang lebih baik. Dengan kondisi tutupan lahan yang baik maka Sub DAS tersebut akan mensuplai air yang relatif lebih jernih dibandingkan dengan Sub DAS yang tutupan lahannya tidak baik.

74

(a)

75

(c)

76 Gambar 20. (a) kondisi aliran air pada saat tidak terjadi hujan diamati di Desa Hulu Pungkut Kec. Kota Nopan, (b) Pertemuan antara Sungai Ulu Pungkut dengan Batang Gadis, (c) hasil air yang dberasal dari tipe tutupan lahan yang masih bagus, (d) dan (e) kondisi aliran air sungai saat terjadi hujan diamati di Desa Tamiang Kec. Kota Nopan.

Sedangkan untuk sedimentasi di DAS Batang Gadis dapat dilihat terutama pada alur sungai yang datar. Selain sedimentasi yang berupa kerikil pasir dan tanah, ditemukan juga bongkahan batuan, batang dan cabang kayu-kayuan, bongkahan rumpunan bambu, sisa-sisa bangunan serta perkakas rumah. Sedimen yang berupa tanah, pasir dan kerikil umumnya dijumpai pada hampir semua alur sungai, khususnya akan terlihat pada saat kondisi air sedang surut. Sedangkan bongkahan batuan, batang dan cabang kayu-kayuan, bongkahan rumpunan bambu, sisa-sisa bangunan serta perkakas rumah dapat dijumpai pada beberapa tempat yang telah mengalami longsor maupun banjir bandang. Sedimen yang berupa endapan tanah dan pasir halus umumnya dijumpai di wilayah hilir DAS atau di daerah muara sungai.

77

(a)

78

(d) (c)

79 Gambar 21. Kondisi sedimentasi di sungai Batang Gadis; (a) endapan berupa batuan di Kec. Kota Nopan, (b) Bongkahan kayu yang diakibatkan oleh banjir bandang di Desa Tanjung Medan Kec. Sayur Matinggi, (c), (d) dan (e) sumber endapan di Sungai Batang Gadis yang berupa longsoran dari tebing pinggir jalan utama menuju Provinsi Sumatera Barat

Hasil identifikasi di lapangan ditemukan adanya genangan air di daerah sebelum pertemuan antara sungai Angkola dengan sungai Batang Gadis Hulu (Desa Pardomuan/Sipotang Niari). Genangan air ini cukup lama dapat mengalir ke sungai utama menuju ke muara sehingga banyak menimbulkan endapan lumpur yang tertinggal di wilayah tersebut. Bahkan hasil wawancara dengan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut, diperoleh informasi bahwa akibat adanya pelurusan sungai Batang Gadis yang sudut pertemuannya dengan sungai Batang Angkola hampir 900 maka kondisi sungai Angkola sebelum pertemuan dengan sungai Batang gadis Hulu tersebut semakin parah dimana pada musim hujan pasti tergenang dan pada saat musim kemarau air sulit untuk mengalir. Akibatnya petani yang tadinya bisa mengusahakan kegiatan pertanian saat lahan tidak tergenang air, tidak bisa lagi mengusahakan lahannya. Saat survey ditemukan banyak lahan-lahan pertanian yang tergenang air dan tidak bisa diusahakan oleh petani.

80 Erosi dan sedimentasi yang terjadi di sungai Batang Gadis beserta anak-anak sungainya salah satunya dapat diketahui melalui nilai total dissolved solid (TDS) yang merupakan konsentrasi sedimen terlarut (residu terlarut) yang terkandung di dalam air sungai tersebut. Hasil analisis TDS terhadap contoh air dari 10 lokasi pengambilan di DAS Batang Gadis disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 memperlihatkan bahwa contoh air yang berasal dari wilayah perkotaan, baik dari saluran primer bendung Batang Gadis di Panyabungan, maupun dari pertemuan antara saluran drainase dengan sungai Ayumi (anak sungai Batang Angkola) di Padang Sidempuan memiliki kadar (konsentrasi) sedimen terlarut yang lebih tinggi masing-masing mencapai rerata 249 mg/L dan 247 mg/L. Konsentrasi sedimen terlarut sebesar 249 mg/L di Bendung Batang Gadis ini mencapai 1,63-1,96 kali lebih tinggi dibandingkan pada contoh air pada sungai Batang Gadis dari lokasi lainnya (termasuk dari anak sungainya), sedangkan konsentrasi sedimen sebesar 247 mg/L di pertemuan drainase dengan sungai Ayumi (di Kota Padang Sidempuan) mencapai 1,94-2,01 kali lebih tinggi dibandingkan pada air sungai Batang Angkola dari titik lokasi pengambilan sampel lainnya.

Tabel 25. Konsentrasi sedimen terlarut pada contoh air di DAS Batang Gadis

No Lokasi Sampel Konsentrasi Sedimen (mg/L) Air Lapisan Atas (Permukaan) Air Lapisan Bawah Rataan

1 Sungai Batang Gadis Desa Tamiang

Kec.Kotanopan 153 153 153,0

2 Sungai Hulu Pungkut (anak sungai

Batang Gadis) Desa Huta Pungkut 130 159 144,5 3 Pertemuan sungai Hulu Pungkut dengan

sungai Batang Gadis di Desa Huta Pungkut

140 149 144,5

4 Sungai Aek Lapan (anak sungai Batang Gadis) di Jembatan Jl.Lintas

Panyabngan

127 127 127,0

5 Saluran Primer Bendung Batang Gadis

di Panyabungan 250 248 249,0

6 Sungai Batang Gadis sebelum pertemuan dengan sungai Batang Angkola di Sipotang Niari

128 127 127,5

81 No Lokasi Sampel Konsentrasi Sedimen (mg/L) Air Lapisan Atas (Permukaan) Air Lapisan Bawah Rataan

pertemuan dengan sungai Batang Gadis di Sipotang Niari

8 Pertemuan sungai Batang Angkola

dengan Batang Gadis di Sipotang Niari 126 126 126,0 9 Sungai Batang Angkola di Kecamatan

Sayurmatinggi (sebelum bendung Sayurmatinggi)

127 128 127,5

10 Pertemuan Saluran Drainase dengan sungai Ayumi (Anak Sungai Batang Angkola) di Kota Padang Sidempuan

245 249 247,0

Sumber: Data primer hasil analisis laboratorium

Dengan mengetahui debit dan konsentrasi sedimen dari sungai Batang Gadis dan sungai Batang Angkola maka dapat diketahui debit sedimennya masing-masing. Debit sedimen merupakan jumlah seluruh muatan sedimen yang melalui penampang sungai atau merupakan perkalian antara konsentrasi sedimen (Tabel 25) dengan debit sungai (Tabel 26). Debit sedimen di DAS Batang Gadis yang merupakan hasil perkalian antara konsentrasi sedimen (Tabel 25) dengan debit sungai (Tabel 26) dari 10 lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 27.

Tabel 26. Debit sungai Batang Gadis dan Batang Angkola pada empat lokasi (titik) pengamatan Nama Sungai Tempat Debit (m3/det) Kecepatan (m/det) Luas Basah (m2) Lebar (m) Tanggal Pengukuran Batang Gadis Hulu Muara B.

Angkola - Siabu 76,43 1,05 72,93 44 9 Nop. 2007 Batang

Gadis Hulu

Hilir Sipotang

Niari 91,57 0,805 113,73 54 9 Nop. 2007 Batang

Angkola Aek Libung 23,73 0,739 32,09 22 9 Nop. 2007 Batang

Angkola Sayur Matinggi 29,57 0,397 74,5 32 10 Nop. 2007

82 Tabel 27. Debit Sedimen Sungai Batang Gadis dan Sungai Batang Angkola pada

empat lokasi (titik) pengamatan

Nama Sungai Tempat Debit

(m3/det) Konsentrasi Sedimen (mg/L) Debit Sedimen (kg/det) Batang Gadis Muara B. Angkola – Siabu 76,43 127,5 9,74

Batang Gadis Hilir Sipotang Niari 91,57 126,0 11,54 Batang Angkola Aek Libung 23,73 247,0 5,86 Batang Angkola Sayur Matinggi 29,57 127,5 3,77

Sumber: Hasil penghitungan

Tabel 27 menunjukkan bahwa debit sedimen yang terdapat di sungai Batang Gadis lebih besar dibandingkan debit sedimen yang terdapat di sungai Batang Angkola. Debit sedimen pada sungai Batang Gadis berkisar antara 9,74-11,54 kg/det yang berarti sekitar 1,9-2,6 kali lebih tinggi dibandingkan debit sedimen pada sungai Batang Angkola sebesar 3,77-5,86 kg/det. Dengan debit sedimen berkisar antara 3,77-11,54 kg/detik pada sungai Batang Gadis dan sungai Batang Angkola tersebut, berarti sebanyak ratusan juta ton sedimen terangkut dari DAS Batang Gadis ini setiap tahunnya (Tabel 28).

Tabel 28. Sedimen terangkut di DAS Batang Angkola-Batang Gadis pada empat lokasi (titik) pengamatan

Nama Sungai Tempat

Debit Sedimen (kg/det) Sedimen Terangkut (ton/hari) Sedimen Terangkut (ton/thn) Batang Gadis Muara B. Angkola –

Siabu 9,74 841,54 307.162,10

Batang Gadis Hilir Sipotang Niari 11,54 997,06 363.925,44 Batang

Angkola Aek Libung 5,86 506,30 184.800,96 Batang

Angkola Sayur Matinggi 3,77 325,73 118.890,72

Sumber: Hasil penghitungan

Tabel 28 menunjukkan bahwa sedimen terangkut di DAS Batang Gadis berkisar antara 119 juta hingga 364 juta ton per tahun. Sedimen sebanyak ini jelas akan menyebabkan pendangkalan aliran (badan) sungai di daerah hilir hingga muara

83 sungai yang mengakibatkan sungai menjadi mudah meluap jika terjadi hujan karena daya tampungnya semakin kecil. Fenomena seperti ini yang saat ini sering terjadi di kawasan sekitar sungai Batang Gadis, terutama di daerah pertemuan antara sungai Angkola dengan sungai Batang Gadis Hulu (di sekitar wilayah Kecamatan Siabu di Kabupaten Mandailing Natal dan wilayah Kecamatan Sayurmatinggi di Kabupaten Tapanuli Selatan).

Sedimen terangkut sungai yang tinggi ini memberikan gambaran bahwa di kawasan hulu dan tengah dari DAS Batang Gadis telah terjadi erosi yang besarnya setara dengan sedimen terangkut sungainya, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.4 di atas. Erosi dari kawasan DAS dengan besaran mencapai ratusan juta ton per tahun itu memberikan indikasi bahwa DAS Batang Gadis tergolong ke dalam DAS sangat kritis.

Kondisi tersebut juga didukung oleh hasil analisis terhadap Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS Batang Gadis sebagaimana yang disajikan pada Tabel 29 berikut.

Tabel 29. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS Batang Gadis No. Tingkat Bahaya Erosi

(TBE) Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sangat Ringan 30.390,74 6,01 2 Ringan 25.667,30 5,08 3 Sedang 82.514,57 16,32 4 Berat 124.039,21 24,54 5 Sangat Berat 242.847,47 48,04

Total Luas (Ha) 505.459,29 100,00

Sumber : BPDAS Asahan barumun 2009

Tabel 29 menunjukkan bahwa 72,58% wilayah DAS Batang Gadis termasuk dalam TBE berat sampai dengan sangat berat. Jika terjadi hujan maka kontribusi dari kedua TBE ini sangat besar dalam menyumbang sedimen ke Sungai Batang Gadis.

84