• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA DAN STRATEG

3. Kegiatan pengembangan sumberdaya air

5.3.3. Kegiatan Pengembangan Kelembagaan

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya, lembaga-lembaga yang ada cenderung bersifat sektoral, dan oleh karena itu seringkali terjadi konvergensi kepentingan antar lembaga yang terlibat dalam pengelolaan DAS. Selain itu, masalah yang umum terjadi dalam pengelolaan sumber daya yang melibatkan banyak lembaga adalah masalah kerjasama dan koordinasi antar lembaga. Oleh karena itu Forum DAS Batang Gadis memegang peran sangat penting untuk mengkoordinasikan kebijakan dan sekaligus berperan sebagai komunikator dan fasilitator yang mampu mensinergikan kepentingan masyarakat publik dan pihak pemerintah sebagai pihak penentu kebijakan.

Pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS ditujukan untuk meningkatkan kapasitas lembaga baik di tingkat DAS (Forum DAS Batang Gadis) maupun di tingkat instansi pemerintah dan di tingkat akar rumput (masyarakat banyak) di wilayah pedesaan. Sasaran dari pengembangan kelembagaan adalah terbangunnya mekanisme kegiatan yang teratur dan saling mendukung atau terkoordinasi dengan semua pihak yang terkait sehingga pada akhirnya memberikan situasi dan kondisi yang kondusif dalam pemberian pelayanan sehingga terbangunnya masyarakat madani. Aspek pengembangan kelembagaan meliputi pengembangan organisasi lembaga, infrastruktur sosial, aturan-aturan, mekanisme dan lain sebagainya. Didalam pengembangan kelembagaan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan DAS, maka lembaga yang terkait dan perlu dikembangkan fungsi, koordinasi dan sinkronisasinya antara lain :

1. Lembaga Di Tingkat Provinsi

Lembaga yang terkait dengan pelaksanaan dan keberhasilan pengelolaan DAS di tingkat Provinsi yang berfungsi untuk mengkoor-dinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan serta mensinergikan penyelenggaraan program-program RHL ditingkat pusat hingga daerah adalah:

147 Bappeda Provinsi bertugas untuk mengkoordinasikan, meng- integrasikan, mensinkronkan serta mensinergikan dengan seluruh lembaga yang terkait di Provinsi sehingga rencana penyelenggaraan program-program RHL ditingkat pusat hingga didaerah dengan program-program lainnya, tidak saling tumpang tindih dan terciptanya keselarasan program satu sama lain dan dapat saling mendukung antar program satu dengan lainnya. Orientasi utama adalah terlaksananya program pembangunan daerah yang selaras-serasi dan berwawasan ingkungan. Bappeda Provinsi bersama-sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi mengadakan koordinasi, interaksi, sinkronisasi dengan seluruh lembaga yang ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait dengan RHL sehingga mampu mensinergikan program RHL hingga terciptanya pemberdayaan masyarakat dalam rangka pelaksanaan RHL di wilayahnya

b. Dinas Kehutanan Provinsi

Dinas Kehutanan Provinsi merupakan institusi kepanjangan tangan dari pemerintah Provinsi yakni Gubernur dalam melaksanakan tugas dibidang kehutanan pada wilayah kerjanya. Dinas Kehutanan Provinsi mengkoordinasikan, mengintegrasikan, sinkronisasi serta mensinergikan program-progam kehutanan yang ada di Pusat dengan Provinsi dan diseluruh daerah Kabupaten/Kota dengan seluruh lembaga yang terkait baik yang berada pada tingkat Provinsi contoh BPDAS, Bappeprop, Bapedalprop, Kehutanan dan lain sebagainya. c. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai merupakan institusi Departemen Kehutanan dibawah langsung Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial yang mempunyai tugas untuk memfasilitasi pelaksanaan program pengelolaan DAS di wilayah kerjanya meliputi antara lain penyusunan rencana multiyears, penyusunan Model RHL, monitoring dan evaluasi, pengembangan

148 kelembagaan masyarakat dan lain sebagainya. BPDAS juga mempunyai tugas bersama-sama dengan Bappeda Provinsi dan Dinas Kehutanan Provinsi untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensinergikan penyelenggaraan program- program RHL yang ada di pusat hingga didaerah sesuai dengan batasan tupoksinya.

d. Balai Wilayah Sungai Sumatera II

DAS Batang Gadis adalah termasuk dalam kategori Wilayah Sungai (WS) strategis nasional dengan cirri mempunyai Daerah Irigasi (DI) lebih besar dari 10.000 Ha. Untuk WS yang terkategori strategis nasional pengelolaan sumber daya airnya berada dalam kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum (cq. Direktorat Jenderal Pengelolaan Sumber Daya Air) dan di daerah UPT yang diberi kewenangan adalah Balai Wilayah Sungai Sumatera II. Sehingga dalam pengelolaan DAS Batang Gadis, UPT ini mempunyai peranan yang besar dalam menyusun Pola Sumberdaya Air di DAS Batang Gadis. Pola ini merupakan acuan dan pedoman bagi semua kegiatan yang terkait dengan sumber daya air.

2. Lembaga di Tingkat Kabupaten/Kota

Lembaga yang terkait dengan pelaksanaan dan keberhasilan Program RHL di tingkat kabupaten yang berfungsi untuk melaksanakan, mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronkan serta mensinergikan penyelenggaraan program-program RHL di tingkat Provinsi dengan Kabupaten/Kota wilayah kerjanya hingga sampai sasaran desa/ lokasi RHL

a. Bappeda Kabupaten/Kota

1) Bappeda Kabupaten/Kota merupakan institusi pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas seluruh perencanaan daerah kabupaten kota diwilayah kerjanya, sehingga Bappeda Kabupaten/Kota mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan

149 mensinkronkan dan mensinergikan rencana pengelolaan DAS dengan seluruh program yang ada di Kabupaten/Kota dan program yang ada di Provinsi sehingga menimbulkan keselarasan pembangunan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

2) Operasionalnya Bappeda Kabupaten/Kota bersama-sama Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota yang bersangkutan melaksanakan koordinasi dengan seluruh lembaga yang ada di Kabupaten/ Kota baik lembaga pemerintah, lembaga Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain sebagainya, supaya perencanaan program RHL dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak terjadi tumpang tindih.

b. Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota

Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk melaksanakan program RHL hingga tingkat desa. Berkaitan dengan itu Dinas Kehutanan mengadakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan mensinergikan penyelenggaraan pelaksanaan program-program RHL bersama-sama dengan Bappeda Kabupaten/Kota kepada dinas/lembaga yang ada di Provinsi terkait dan dengan dinas lembaga yang ada di Kabupaten/Kota terkait dengan pelaksanaan pengelolaan DAS di wilayah kerjanya.

c. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi

Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota dan lembaga yang terkait lainnya mengadakan bimbingan kepada lembaga masyarakat terkait pengelolaan DAS.

d. Lembaga Penyuluh

1) Lembaga penyuluh yang menaungi penyuluh kehutanan, pertanian, perkebunan dan lain sebagainya bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota dan lembaga-lembaga lainnya

150 yang terkait mengadakan bimbingan teknis dan penyuluhan kepada lembaga masyarakat yang ada di desa supaya terjadi penguatan kelembagaan masyarakat yang ada di desa dan terjadinya penguatan kapasitas individu masyarakat didalam mengelola, melaksanakan program pengelolaan DAS disekitar tempat tinggalnya.

2) Diharapkan masyarakat pelaku langsung program pengelolaan DAS mampu secara mandiri mengelola lingkungan mulai perencanaan yang diperlukan hingga sampai dengan pelaksanaan dan pelestarian lingkungan hidup disekitarnya.

e. Perkebunan swasta/BUMD/BUMN

Lembaga ini berperan besar dalam menyusun dan melaksanakan Standar Prosedur Operasi (SPO) di areal kerjanya dalam mendukung keberhasilan pengelolaan DAS Batang Gadis.

Selain kelembagaan yang telah disebutkan tersebut masih banyak lembaga/instansi/organisasi yang juga mempunyai kepentingan dan pengaruh dalam pengelolaan DAS Batang Gadis. Secara umum hasil analisis terhadap kepentingan dan pengaruh dari para stakeholders dalam pengelolaan DAS Batang Gadis disajikan dalam Tabel 51.

151 Tabel 51. Analisis kepentingan dan Pengaruh Stakeholders Pengelolaan DAS

Batang Gadis. No Stakeholders/ Pemangku kepentingan Bentuk kepentingan

terhadap DAS Potensi dampak Derajat Kepentingan Posisi Relatif Tingkat Pengaruh Stakeholders I 1 Masyarakat Umum, termasuk petani, masyarakat adat dan wanita

Pengguna air dan daya dukung DAS untuk keamanan pangan dan kesehatan

Tinggi Tinggi Tinggi Rendah

2 Pemprov SU, Pemkab Tapsel, Pemkab Madina dan Pemko Padang Sidempuan Kebijakan yang menjamin keberlanjutan

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

3 Balai Wilayah Sungai Sumatera II

Operator, penjaga dan pemelihara

Tinggi Tinggi Sedang Sedang 4 BPDAS Asahan

Barumun

Operator, penjaga dan pemelihara

Tinggi Tinggi Sedang Sedang 5 Rumah sakit,

PDAM

Pengguna, pemanfaat dan Pengembang

Tinggi Sedang Sedang Tinggi 6 UPT Irigasi

Batang Gadis

Operator, penjaga dan pemelihara

Tinggi Tinggi Sedang Tinggi 7 Departemen PU,

Dephut, Deptan

Pemegang wewenang nasional terhadap dewan air lintas provinsi

Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Stakeholders II

8 Perkebunan Pengguna, pemanfaat Tinggi Tinggi Sedang Sedang 9 LSM di

Kabupaten - Kota

Pemelihara Sedang Sedang Sedang Rendah 10 LSM Provinsi Pemelihara, pengguna Sedang Sedang Sedang Tinggi

Stakeholders III

11 Perguruan Tinggi Penggunaan rasional, penasehat, perancang

Sedang Sedang Tinggi Sedang 12 Internatioanal NGO (Conservation Internatioal/CI) Biodiversity dan pembiayaan teknis

Sedang Sedang Sedang Rendah 13 Lobby dan Partai

Politik

152 Melihat banyaknya lembaga yang terkait dan terlibat dalam pengelolaan DAS tersebut maka lembaga/instansi/organisasi yang ada tersebut harus selalu dimotivasi dan dijaga agar terjadi sinergitas peran dalam mensukseskan keberhasilan pengelolaan DAS Batang Gadis ini.

5.3.4. Penataan Ruang DAS

Selain didasarkan atas orientasi pengembangan wilayah (pengembangan daerah) untuk menciptakan dan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, penataan ruang wilayah DAS juga harus mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung lahan. Pola penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya dan konsistensi penataan ruang merupakan kunci penting dalam pengelolaan DAS.

Penataan ruang wilayah DAS Batang Gadis harus mampu menjamin hasil air (ketersediaan air) yang cukup (kuantitas dan kualitas) dan terdistribusi merata sepanjang tahun dalam seluruh areal DAS serta dapat meminimalkan kejadian banjir (besaran dan frekuensi) khususnya di wilayah hilir (Asahan dan Tanjung Balai). Oleh karena itu penataan ruang wilayah DAS berbasis sumberdaya air di DAS Batang Gadis sudah menjadi kebutuhan yang harus diimplementasikan. Pensimulasian tata ruang wilayah DAS Batang Gadis dan hasil air yang ingin dihasilkan dapat dilakukan dengan menggunakan model hidrologi watershed modelling system (Hydrology Enginer Corps US Army Departement, 2003).

Untuk mendapatkan hasil air yang cukup baik dan sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati dalam wilayah DAS dan mencegah terjadinya longsor dan banjir maka diperlukan konsistensi pelaksanaan UU Kehutanan yang melarang berbagai aktivitas penggunaan lahan pada zona konservasi seperti pada wilayah sempadan sungai, lahan berlereng curam, zona kubah gambut (Keputusan Menteri Pertanian), dan zona konservasi lainnya untuk melindungi dan melestarikan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati dalam wilayah DAS. Berdasarkan aspek penataan ruang maka beberapa kegiatan yang mendesak untuk dilakukan di DAS Batang Gadis adalah :

153 a. Merehabilitasi wilayah dinding terjal di sekeliling perbukitan dengan tanaman kehutanan dan menjadikan wilayah tersebut menjadi kawasan lindung. Penerapan kawasan lindung didasari atas pertimbangan topografi yang sangat curam (kemiringan lereng >100%) dan kondisi tanah yang sangat dangkal (<25 cm), sehingga kawasan tersebut merupakan kawasan yang sangat labil dan rentan terhadap ancaman kerusakan.

b. Melakukan penataan dan penghijauan wilayah sempadan sungai khususnya Sungai Batang Gadis (100 m kiri kanan sungai) untuk menjamin kestabilan arus aliran sungai. Penataan tersebut terutama dilakukan pada wilayah sempadan sungai yang telah digunakan untuk perladangan maupun perkebunan kelapa sawit.

c. Sosialisasi kepada para pihak (stakeholders) khususnya dinas terkait di tingkat kabupaten bahwa pengelolaan DAS Batang Gadis bukan hanya dilakukan di wilayah hulu (DAS Batang Gadis), tetapi dilakukan pada seluruh areal DAS. Oleh karena itu implementasi penataan ruang DAS perlu dilakukan baik di wilayah hulu, tengah dan hilir DAS.

d. Melakukan kerjasama para pihak di wilayah hulu, tengah dan hilir untuk meminimalkan genangan kronis di wilayah hilir.

e. Mendorong penerapan pendekatan wilayah DAS dalam RTRWP/RTRWK yang disusun/direvisi untuk masa mendatang, dengan mensinergikan akses

pemanfaatan sumberdaya alam dalam kerangka “one river one plan and one

management”.

f. Penguatan hubungan hulu, tengah dan hilir yang terkoneksi dengan siklus hidrologi sehingga efek negatif kegiatan pertanian di wilayah hulu dan tengah tidak menyebabkan kerugian masyarakat di wilayah hilir. Penguatan tersebut dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan dan pembuatan peraturan/perundangan yang bersifat mengikat.

g. Pengaturan pola pengembangan perkebunan salak rakyat secara intensif sehingga mengurangi ektensifikasi perkebunan salak ke wilayah kawasan lindung. Selain itu juga diperlukan rehabilitasi perkebunan salak pada lahan

154 kawasan lindung yang sangat terjal sehingga terbentuk agroforestry salak untuk mencegah terjadinya longsor dan banjir bandang dipuncak musim hujan yang sangat basah.

Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum Rumusan dan Rekomendasi

Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Batang Gadis dapat dilihat pada Tabel 52.

155 Tabel 52. Rumusan dan Rekomendasi Rencana Pengelolaan Terpadu DAS Batang Gadis

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

1.Pertanian, Kehutanan dan Pemukiman

1.1.Penataan Batas dan Penatagunaan penggunaan lahan

- Tata batas DAS

termasuk sub-sub DAS secara bertahap dan sosialisasinya - Penggunaan lahan sesuai dengan daya dukung lahan - Melakukan penataan

batas DAS dan sub- sub DAS secara bertahap.

- Melakukan evaluasi

kemampuan lahan

- Melakukan penataan batas

DAS dan sub-sub DAS secara bertahap.

- Melakukan kegiatan untuk

mensinkronkan penggunaan lahan eksisting dengan penggunaan lahan ideal untuk menjamin keberlanjutan kegiatan pertanian

- Melakukan penataan

batas DAS dan sub- sub DAS secara bertahap. - Memberikan masukan kepada para perencana pada sektor terkait mengenai arahan penggunaan lahan dalam wilayah DAS

BPKH Wilayah I Sumatera Utara, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten, serta Bappeda Provinsi dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan, BP-DAS Asahan Barumun, BB- KSDA Sumut, LSM, dan masyarakat sekitar hutan di DAS Batang Gadis 1.2.Pemilihan alternatif komoditi pertanian dan kehutanan Penggunaan tanaman/pohon lokal adaftif dan mempunyai nilai ekonomi tinggi dalam kegiatan RHL-Gerhan - Seleksi tanaman/pohon lokal adaptif mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memberikan fungsi ekologi yang baik untuk kegiatan RHL- Gerhan

- Melakukan pembibitan

tanaman/pohon lokal berbasis masyarakat, dan menyebarkannya kepada seluruh masyarakat yang terlibat dalan kegiatan RHL- Gerhan - Melakukan penghijauan pada lahan pertanian, penghijauan lahan terbuka, semak belukar, sempadan sungai, lahan terjal dengan

tanaman/pohon yang telah terseleksi

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan, BP-DAS Asahan Barumun, BB-KSDA Sumut, LSM, dan masyarakat sekitar hutan di DAS Batang Gadis. 1.3.Penerapan

teknologi tepat guna (Teknik

1.3.1. Intensifikasi Penerapan teknik konservasi tanah dan

- Sosialisasi pola tanam

tumpang sari, tumpang gilir,

- Demontrasi plot pola tanam

tumpang sari, tumpang gilir, penaman dalam strip serta

- Pemasyarakatan pola

tanam tumpang sari, tumpang gilir,

Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan

156

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Konservasi Tanah dan Air dengan Pendekatan Vegetatif)

air dengan

pendekatan vegetatif pada lahan pertanian melalui program intensifikasi pertanian

penaman dalam strip serta penggunaan mulsa dalam kegiatan pertanian rakyat.

- Sosialisasi penanaman

tanaman pelindung dalam budidaya kopi rakyat untuk meningkatkan produksi tanaman dan melindungi tanah dari ancaman erosi

- Sosialisasi

agroforestry pada lahan pertanian rakyat

penggunaan mulsa dalam kegiatan pertanian rakyat.

- Demonstrasi plot penanaman

tanaman pelindung dalam budidaya kopi rakyat untuk meningkatkan produksi tanaman dan melindungi tanah dari ancaman erosi

- Demonstrasi plot agroforestry

pada lahan pertanian rakyat

penaman dalam strip serta penggunaan mulsa dalam kegiatan pertanian rakyat melalui kegiatan penyuluhan, bimbingan teknis, layanan konsultasi dan pelatihan - Pemasyarakatan penanaman tanaman pelindung dalam budidaya kopi rakyat untuk meningkatkan produksi tanaman dan melindungi tanah dari ancaman erosi melalui kegiatan penyuluhan, bimbingan teknis, layanan kosultasi dan pelatihan.

- Pemasyarakatan

teknik agroforestry pada lahan pertanian rakyat melalui kegiatan penyuluhan, bimbingan teknis, layanan konsultasi dan pelatihan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan, BP-DAS Asahan Barumun, BB-KSDA Sumut, LSM, dan masyarakat sekitar hutan di DAS Batang Gadis. Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan, BP-DAS Asahan Barumun, BB-KSDA Sumut, LSM, dan masyarakat sekitar hutan di DAS Batang Gadis

157

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

1.3.2. Penataan dan pengembangan sistem pertanian terpadu berwawasan lingkungan - Sosialisasi teknologi/ sistem pertanian terpadu berwawasan lingkungan kepada PPL, kader lingkungan dan kelompok tani - Pembuatan plot-plot

contoh (demonstrasi plot) sistem pertanian terpadu di setiap wilayah kelompok tani dengan komoditi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan budidaya masyarakat

- Penerapan sistem

pertanian terpadu di tingkat/di setiap lahan garapan petani dengan komoditi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan

budidaya masyarakat

Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Kelompok Tani, LSM dan

masyarakat sekitar hutan di DAS Batang Gadis

1.3.4. Intensifikasi penerapan sistem pertanian konservasi (SPK) metode biologi/vegetatif di lahan perkebunan - Sosialisasi dan pembekalan kepada pekebun (Perkebunan Besar dan Perkebunan Rakyat) tentang sistem tanam konservasi berbasis pengelolaan vegetasi (cover crop, barisan tanam sejajar kontur, pemulsaan)

- Khusus pada lahan

perkebunan kelapa sawit, penempatan pelepah dan tandan kosong dirumpukkan memotong lereng (sejajar kontur) pada semua perkebuan besar (BUMN dan

- Penerapan sistem tanam

konservasi di seluruh perkebunan besar (BUMN dan BUMS)

- Khusus pada lahan

perkebunan kelapa sawit, penempatan pelepah dan tandan kosong dirumpukkan memotong lereng (sejajar kontur) pada sedikitnya 50% lahan perkebunan rakyat di DAS Batang Gadis

- Rehabilitasi tanaman di

bagian tengah hingga hulu DAS Batang Gadis tidak dilakukan pada musim hujan

- Penerapan sistem tanam konservasi di seluruh perkebunan rakyat - Khusus pada lahan perkebunan kelapa sawit, penempatan pelepah dan tandan kosong dirumpukkan memotong lereng (sejajar kontur) pada semua (100%) lahan perkebunan rakyat di DAS Batang Gadis

- Rehabilitasi

tanaman di bagian tengah hingga hulu DAS Batang Gadis tidak dilakukan pada

Dinas Perkebunan Provsu, Dishutbun Kab/Kota, PT. Perkebunan (BUMN dan BUMS), Pekebun (Rakyat)

158

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

BUMS)

- Rehabilitasi

tanaman di bagian tengah-hulu DAS tidak dilakukan pada musim hujan musim hujan 1.3.5. Penataan dan pengembangan sistem agroforestry (kebun campuran) - Sosialisasi teknologi/ sistem agroforestry yang memberikan hasil maksimum, namun sekaligus berfungsi perlindungan (proteksi) terhadap degradasi lahan dan lingkungan

- Mengembangkan sistem

agroforestry yang banyak dilakukan petani kawasan hulu DAS Batang Gadis yang sekedar merupakan percampuran antara pepohonan dengan tanaman pertanian namun belum memberikan hasil optimal, baik terhadap pendapatan maupun pencegahan degradasi lingkungan (mengubah dari sifat subsisten ke sifat intermediate)

- Mengembangkan

sistem agroforestry dari yang bersifat intermediate ke sifat komersial dan proteksi yang dapat memberikan hasil optimal, baik terhadap pendapatan maupun terhadap pencegahan degradasi lingkungan

Peneliti Perguruan Tinggi, Petani, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan Kab/Kota.

- Mengembangkan

hutan rakyat/hutan kemasyarakatan dengan tanaman produktif dengan jalan memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan

- Mengembangkan hutan

rakyat hutan kemasyarakatan dengan tanaman produktif dengan jalan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

memanfaatkan lahan dengan budidaya tanaman produktif di kawasan hutan dan

- Mengembangkan

hutan rakyat hutan kemasyarakatan dengan tanaman produktif dengan jalan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan lahan BP DAS Asahan Barumun, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Pemda Provinsi (Kab/Kota), Masyarakat sekitar hutan

159

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

dengan budidaya tanaman produktif di kawasan hutan dan sempadan sungai dengan sistem hutan produksi non-kayu

seluas 100 ha.

- Membangun kebun

bibit rakyat (KBR) berbasis pohon MPTS

sempadan sungai dengan sistem hutan produksi non- kayu seluas 200 ha.

- Menjadikan KBR

berbasis pohon MPTS yang professional 1 per kecamatan

dengan budidaya tanaman produktif di kawasan hutan dan sempadan sungai dengan sistem hutan produksi non-kayu seluas 500 ha - Menjadikan KBR MPTS professional di setiap Desa 1.3.6 Penghijauan lahan kritis - Melakukan kegiatan penghijauan di lahan masyarakat yang tergolong kritis dalam DAS Batang Gadis) sekurang-kurangnya 30% dari kawasan lahan yang masih kosong.

- Membuat hutan kota di

setiap ibukota Kabupaten dengan porsi minimal 10% dari kawasan kota.

- Melakukan kegiatan

enghijauan di lahan masyarakat dalam DAS Batang Gadis) mencapai 75% dari kawasan lahan yang masih kosong.

- Membuat hutan kota di setiap

ibukota Kabupaten dengan porsi minimal 20% dari kawasan kota.

- Melakukan kegiatan

penghijauan di lahan masyarakat dalam DAS Batang Gadis) mencapai 100% kawasan.

- Membuat hutan kota

di setiap ibukota Kabupaten dengan porsi minimal 30% dari kawasan kota.

Pemkab , BP-DAS Asahan Barumun, BB-KSDA Sumut, LSM, dan masyarakat. 1.3.7 Intensifikasi kebun campuran di lahan pekarangan - Mengembangkan kebun campuran di lahan pekarangan dengan tanaman produktif di kawasan pemukiman ibu kota

- Mengembangkan kebun

campuran di lahan

pekarangan dengan tanaman produktif di kawasan pemukiman ibu kota-ibu kota kecamatan - Mengembangkan kebun campuran di lahan pekarangan dengan tanaman produktif di setiap rumah penduduk BP DAS Asahan Barumun, BB Wilayah Sungai Sumatera II, Pemkab/Pemkot), PT.Perkebunan BUMN, BUMS, Perkebunan

160

Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program/Kebijakan Kegiatan Pihak Yang Berperan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

kabupaten - Memberikan pencerahan kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan jalur hijau bantaran sungai

- Merenovasi

kawasan perkebunan di bantaran sungai menjadi kawasan jalur hijau (hutan/kebun campuran) yang lestari sekurang- kurangnya 30% dari kasus yang ada.

- Melakukan kegiatan

pengelolaan dan implementasi jalur hijau bantaran sungai pada sungai utama

- Merenovasi kawasan

perkebunan di bantaran sungai menjadi kawasan