• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Instrumen Pengelolaan DAS Batang Gadis

RENCANA DAN STRATEG

3. Perumusan Instrumen Pengelolaan DAS Batang Gadis

a. Perencanaan pengelolaan DAS terpadu yang mengkombinasikan rencana tata ruang wilayah (RTRW), pengelolaan dan penilaian resiko lingkungan, ekonomi dan sosial dengan partisipasi masyarakat dalam menentukan arah pembangunan.

b. Instrumen perubahan perilaku sosial melalui perumusan kurikulum pendidikan yang berbasiskan pengelolaan DAS sehingga muncul kesadaran dari masyarakat sendiri untuk menjaga ekosistem DAS tetap lestari.

c. Instrumen ekonomi, menjadikan DAS memiliki nilai secara ekonomi melalui mekanisme jasa lingkungan dan memberlakukan subsidi, incentive dan punishment.

d. Instrumen regulasi untuk mengontrol kualitas air, distribusi jumlah air, perencanaan penggunaan lahan dan perlindungan lingkungan sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat bagi semua pihak.

e. Resolusi konflik melalui manajemen konflik dan kebiasaan membangun konsensus untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang ada.

f. Pertukaran data dan informasi antar stakeholders melalui satu sistem manajemen informasi yang berifat terbuka.

124

5.2.4. Penataan Ruang DAS

Penataan ruang wilayah DAS seyogyanya mengacu pada pola RTRWK dan RTRWP yang telah menentukan status lahan dan mengalokasikan peruntukan penggunaan lahan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan di tingkat kabupaten atau Provinsi. Namun demikian karena sebagian besar RTRWP dan RTRWK disusun dengan menggunakan pertimbangan batas-batas wilayah administrasi sehingga pengintegrasiannya kedalam tata ruang wilayah DAS seringkali mengalami ketidaksinkronan. Oleh karena itu berdasarkan aspek tata ruang, strategi pencapaian tujuan pengelolaan DAS Batang Gadis dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Mendorong penerapan pendekatan wilayah DAS dalam RTRWP/ RTRWK yang disusun/direvisi untuk masa mendatang, dengan mensinergikan akses

pemanfaatan sumberdaya alam dalam kerangka “one river one plan and one

management”.

b. Mendorong pengimplementasian UU konservasi sumberdaya hayati dan UU Penataan ruang yang menentukan berbagai tempat/habitat yang menjadi kawasan konservasi dalam wilayah DAS. Zona konservasi dalam wilayah DAS dialokasikan pada lahan berlereng curam, sepanjang jalur aliran sungai (sempadan sungai), sekitar mata air, zona kubah gambut, dan wilayah lainnya yang rentan terhadap ancaman kerusakan.

c. Mendorong pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) pada kegiatan pembangunan yang dilakukan ditingkat daerah sehingga kegiatan pembangunan tersebut dapat bersinergi dengan perbaikan kualitas lingkungan.

d. Penguatan hubungan hulu, tengah dan hilir yang terkoneksi dengan siklus hidrologi sehingga efek negatif kegiatan pertanian di wilayah hulu dan tengah tidak menyebabkan kerugian masyarakat di wilayah hilir. Penguatan tersebut dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan dan pembuatan peraturan/perundangan yang bersifat mengikat.

125 e. Pengaturan pola pengembangan perkebunan salak milik rakyat melalui intensifikasi, sehingga mengurangi perluasan areal perkebunan salak tersebut ke wilayah berlereng terjal di zona kawasan lindung.

5.3. Kebijakan, Program, dan Kegiatan 5.3.1. Pertanian dan Kehutanan

Penerapan teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif dalam bentuk peningkatan tutupan vegatasi di wilayah DAS Batang Gadis dimaksudkan untuk melindungi tanah dari ancaman bahaya erosi, meningkatkan bahan organik tanah dan bahan organik di permukaan tanah, meningkatkan kelembaban sehingga dapat menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman serta memperbaiki kemampuan tanah dalam meresapkan air sehingga aliran permukaan dan erosi di DAS Batang Gadis dapat diturunkan.

Peningkatan tutupan tajuk vegetasi dapat diintegrasikan kedalam program intensifikasi pertanian di Kementerian Pertanian dan program nasional GN-RHL di Kementerian Kehutanan, dan dapat dilakukan secara swakarsa dan swadana oleh masyarakat (individu dan kelompok) dan pelibatan perusahaan swasta melalui pembiayaan dana CSR. Kegiatan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk penghutanan kembali hutan negara (hutan lindung) dan hutan produksi, lahan yang sudah terbuka, penghijauan, penanaman secara agroforestry, penanaman sepanjang jalur jalan utama termasuk jalan perusahaan swasta dan penamanan pohon pada wilayah sempadan sungai serta penanaman tanaman pertanian (semusim dan tahunan) pada lahan pertanian, tegalan, lahan terbuka, semak belukar dan perkebunan.

Untuk mempertahankan tutupan tajuk yang relatif tinggi sepanjang tahun maka penanaman tanaman pertanian sebaiknya dilakukan dengan sistem tumpang sari. Sedangkan pada tanaman perkebunan yang masih muda dan atau baru dibuka diperlukan penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) segera setelah pembukaan lahan dilakukan.

126 Selain ditujukan untuk menurunkan aliran permukaan dan erosi, bangunan konservasi tanah dan air dengan pendekatan sipil teknis pada lahan-lahan pertanian dan pemukiman juga ditujukan untuk meningkatkan peresapan air ke dalam tanah guna meningkatkan cadangan air bawah tanah yang pada gilirannya akan meningkatkan ketersediaan air (base flow) pada musim kemarau.

Berdasarkan kondisi tutupan lahan eksisting penerapan teknik KTA sipil teknis berbasis lahan di DAS Batang Gadis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pada penggunaan lahan pertanian (tegalan, ladang, kebun, lahan terbuka, dan semak belukar) teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan adalah teras (teras bangku, teras gulud), rorak dan saluran peresapan biopori yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal. Sedangkan pada tutupan lahan terbangun (pemukiman, perkantoran, dan pasar) dapat diterapkan sumur resapan dan atau lubang resapan biopori.

Pada dasarnya pengendalian aliran permukaan dan erosi harus dilakukan pada setiap jengkal lahan dengan meminimalkan akumulasi air yang masuk kedalam saluran dan sungai dan kalau memungkinkan pengendalian tersebut hingga zero run off. Namun demikian pengendalian yang demikian sangat sulit dilakukan sehingga sebagian aliran permukaan dan sedimen masuk ke dalam jaringan sungai. Untuk mengendalikan aliran permukaan (daya gerus aliran) dalam sungai yang sekaligus meminimalkan jumlah sedimen yang terbawa kebagian hilir dapat dilakukan melalui pembangunan Dam Pengendali dan Dam Penahan.

Dam pengendali (DPi) merupakan struktur bangunan yang ditujukan untuk mengendalikan aliran air sehingga erosi dan sedimentasi dapat ditekan. Selain itu, pada awal-awal pengoperasiannya DPi juga mempunyai fungsi sebagai tempat parkir air sementara sampai dengan daya tampungnya terisi oleh sedimen. Oleh karena itu, jika dilakukan pemeliharaan secara rutin dengan melakukan pengerukan sedimen yang tertahan oleh DPi, maka fungsi sebagai tempat parkir air sementara akan terpenuhi. Namun demikian, pada saat ini sumberdaya untuk melakukan pengerukan tersebut dipandang tidak efisien jika dibandingkan dengan

127 pembuatan DPi yang baru. Dam penahan (DPn) merupakan struktur bangunan yang ditujukan untuk mengurangi erosi pada parit atau selokan dengan menghambat kecepatan aliran air dan tanah terendapkan pada tempat tersebut.

Kegiatan pengelolaan DAS Batang Gadis sektor kehutanan (dan sebagian sektor pertanian) telah tertuang dalam Rencana Teknik Lapang-Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RTL-RLKT) (BPDAS Asahan Barumun, 2009). Tujuan utama RTL-RLKT adalah memberikan rekomendasi RLKT untuk lahan kritis yang diindikasikan oleh tingkat bahaya erosi (TBE) yang tergolong Sedang, Berat dan Sangat Berat. Rekomendasi konservasi tanah dan rehabilitasi lahan disusun berdasarkan peta informasi tentang fungsi lahan, kelerengan lahan, kedalaman tanah (solum), informasi sosial ekonomi (tekanan penduduk) dan Tingkat Bahaya (TBE).